KEMBALI PADA KEKASIH

Suatu malam di kota Langsa

Suatu malam di kota Langsa

KEMBALI PADA KEKASIH

Buih buih di lautan akan kupintal menjadi tambang pengikat

Bersama anyaman gelombang menjadi hamparan peraduanmu

Awan-awan kan kutenun menjadi selendang memayungi rambutmu

 

Desir-desir angin di pegunungan akan kujahit menjadi pakaian tidurmu

Bahwa bintang kejora akan kupetik menjadi mutiara di dadamu

Akan kutarik bulan purnama menjadi pelita menyuluhi rindu

 

Maka rebahlah matahari menerangi malam-malammu

Agar bersemi madu jiwamu

 

Kekasih hitunglah hari sejak perpisahan kita

Maka sempurnalah perjumpaan kita nantinya

 

Di dalam surga dua alam di pertemuan

Kembali pada asal sebenar-benarnya asal

 

Langsa, 8 Zulqaidah 1444 Hijriah bertepatan 28 Mei 2023

Katalog puisi terdahulu:

  1. Di Tepian Pantai Pulau Bunta; 6 Maret 2018;
  2. Dengarlah Suara Kematian; 15 Juli 2018;
  3. Telatah Yang Patah-Patah Menuju Makrifat; 11 Desember 2018;
  4. Laut Dan Senja; 10 Januari 2019;
  5. Jika Hari Ini Adalah Kemarin; 20 Februari 2019;
  6. Jangan Mencintai Lautan; 4 April 2019;
  7. Seorang Tanpa Nama Tanpa Gelar; 15 Mei 2019;
  8. Peucut Kherkof Suatu Masa; 24 September 2019;
  9. Mengunci Malam; 1 April 2020;
  10. Apa Arti Masa Depan; 10 Juli 2020;
  11. Perahu Baa Mencapai Alif; 23 September 2020;
  12. Jejak Langkah; 26 Desember 2020;
  13. Hati Resah Berkisah; 1 April 2021;
  14. Kopi Pahit Semalam; 11 Agustus 2021;
  15. Mimpi Mimpi Pion; 30 November 2022;
Posted in Puisiku | Tagged , , , , , , , , , , , | Leave a comment

SUSUNAN PEMERINTAHAN ACEH SEMASA KESULTANAN

Cap Sikureng atau 'Segel Sembilan Lipat' Aceh dibuat pada pertengahan abad ke-17, kemungkinan besar pada masa milik Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah (m. 1641-1675).  Selama 250 tahun stempel besar Aceh selalu mencantumkan nama penguasa yang sedang berkuasa di lingkaran tengah, dikelilingi oleh delapan lingkaran kecil berisi nama-nama para leluhur yang termasyhur.

Cap Sikureng atau ‘Segel Sembilan Lipat’ Aceh dibuat pada pertengahan abad ke-17, kemungkinan besar pada masa milik Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah (m. 1641-1675). Selama 250 tahun stempel besar Aceh selalu mencantumkan nama penguasa yang sedang berkuasa di lingkaran tengah, dikelilingi oleh delapan lingkaran kecil berisi nama-nama para leluhur yang termasyhur.

SUSUNAN PEMERINTAHAN ACEH SEMASA KESULTANAN

Judul Asli: De Inrichting van het Atjehsche Staatbestuur onder het Sultanaat dalam Majalah Berkala Bijdreagen tot de Taal-en Volkenkunde van Nederland Indie 5, III Deel, 1888. Ditulis oleh Karel Frederik Hendrik van Langen. Alih Bahasa Aboe Bakar dengan judul Susunan Pemerintahan Aceh Semasa Kesultanan, Cetakan keempat, 2022, Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh, Banda Aceh.

Download e-book (format pdf): STRUKTUR PEMERINTAHAN ACEH SEMASA KESULTANAN

Review Buku Susunan Pemerintahan Aceh Semasa kesultanan Aceh

Judul Asli: De Inrichting van het Atjehsche Staatbestuur onder het Sultanaat dalam Majalah Berkala Bijdreagen tot de Taal-en Volkenkunde van Nederland Indie 5, III Deel, 1888. Ditulis oleh Katel Frederik Hendrik van Langen. Alih Bahasa Aboe Bakar dengan judul Susunan Pemerintahan Aceh Semasa Kesultanan, Cetakan keempat, 2022, Pusat Dokumentas. dan Informasi Aceh, Banda Aceh.

Jauh sebelum Snouck Hurgronje menulis tentang orang Aceh dalam buku De Atjehers, 1893-1894. Van Langen telah menulis berbagai buku tentang Aceh sebagai pegawai pemerintah kolonial Belanda ia memiliki konstribusi besar dalam meneliti Aceh pada masa itu.

Karel Frederik Hendrik van Langen lahir 28 Maret 1848 di Willem I, dekat Ambarawa, Jawa Tengah. Riwayat orang tuanya tidak pernah disebutkan pada berbagai catatan, besar dugaan ia merupakan anak “kompeni” mengingat kota Ambarawa dan Magelang merupakan kota-kota tentara Belanda, walahpun Van Langen sendiri tidak mengikuti jejak militer orang tuanya.

Di usia 20 dia memasuki dinas Pemerintah Kolonial Belanda, setahun kemudian mendapat jabatan “ambtenaar terbeschikking” (Pegawai diperbantukan) di Borneo (Kalimantan) dan tahun 1870 menjadi “Controleur 3e.kl” di Sumatera Barat. Kemudian promosi menjadi “Controleur 2e.kl” dan “Controleur 1e.kl” masih di Sumatera Barat.

Tahun 1879 dia diperbantukan untuk sementara di Aceh dibawah Gubernur K. van der Heijden (1877-1881). Tahun 1881 dia diangkat untuk sementara sebagai Asisten Residen Aceh Barat, dan 2 tahun kemudian defenitif.

Tahun 1884 van Langen menjadi Asisten Residen Aceh Besar, selama itu dia bertemu dengan Teuku Umar dari Meulaboh yang berniat bekerja sama dengan Belanda. Teuku Umar jauh lebih cerdik dari Van Langen dan berkali-kali Van Langen kalah ilmu dan tertipu oleh Teuku Meulaboh tersebut.

(Baca: Teuku Umar Pahlawan)

Tahun 1885. Tengku Syech Saman (Tengku Chik Di Tiro) mengirimkan surat kepada Residen Van Langen di Kutaraja (Banda Aceh sekarang) , isinya tak lain adalah ultimatum. Ia menawarkan perdamaian, asal orang-orang Belanda menganut agama Islam, terlebih dahulu pemerintah. Salinan terjemahan transkipsi asli yang tersimpan pada perpustakaan Universitas Kerajaan Belanda di Leiden, Cod Or. 7321; duplikatnya tersimpan pada Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh di Banda Aceh.

(Baca: Surat Tengku Chik di Tiro)

Tahun 1886 ia mendapat cuti luar negeri ke Eropa, Ketika Kembali tahun 1888 diangkat sebagai Asisten Residen di Meester Cornelis (sekarang Jatinegara), tahun 1889 di Bengkulu dan tahun 1892 kembali ke Aceh untuk urusan-urusan Aceh dalam hal melaksanankan apa yang disebut peraturan pelayaran.

Nyonya van Langen dan teman-temannya. Marry van Zoest, Nyonya Gosenson van Langen dan Nyonya van Zijl Gosenson kemungkinan di sebuah pasanggrahan di Berastagi dekat Kabanhjahe tahun 1937. (van Langen sendiri telah meninggal tahun 1915). Sumber KITLV.

Sejak tahun 1895 Van Langen empat kali menjabat Pejabat Sementara Gubernur Aceh walaupun tidak lama. Selain melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pejabat pemerintah, van Langen menulis beberapa karangan tentang Aceh baik ilmu bumi maupun antroplogi. Antara lain:

  1. Atjehsche Taalstudien (dalam Tijdschr. Bataviaasch Genootschap, XXVII), 1883.
  2. Atjeh Westkust (dalam Tijdschr. Aardr Genootschap, seri II,VI,VI), 1888, Leiden.
  3. De Inrichting van het Atjehsche Staatbestuur onder het Sultanaat dalam Bijdreagen tot de Taal-en Volkenkunde van Nederland Indie 5, III Deel, 1888.
  4. Bijdreagen tot de Kennis der gajoe Landen (dalam Tijdschr. Bataviaasch Genootschap, V).
  5. Beknopt Alfab Informatieboekje beteffende Groot Atjehsche Personen en Aangelegenheden, 1897, s-Gravenhage.
  6. Handleiding voor der beoefening der Atjegsche taal, s-Gravenhage. 1889.
  7. Woordenboek der Atjehschee taal, s-Gravenhage. 1889.

Pada tanggal 9 April 1898 van Langen atas permintaan sendiri diberikan pensiun. Dia meninggal tahun 18 April 1915 di kota Ede, provinsi Gelderland, Belanda.

Artikel-artikel tentang Aceh:
  1. TARIKH ACEH DAN NUSANTARA 29 OKTOBER 2017;
  2. PEKUBURAN SERDADU BELANDA PEUCUT KHERKHOF DI BANDA ACEH SEBAGAI SAKSI KEDAHSYATAN PERANG ACEH 11 NOVEMBER 2017;
  3. PEMBERONTAKAN KAUM REPUBLIK KASUS DARUL ISLAM ACEH 17 NOVEMBER 2017;
  4. TUANKU HASYIM WALI NANGGROE YANG DILUPAKAN SEJARAH 19 NOVEMBER 2017;
  5. KOPRS MARSOSE SERDADU PRIBUMI PELAYAN RATU BELANDA 8 DESEMBER 2017;
  6. HIKAYAT-HIKAYAT DARI NEGERI ACEH 16 DESEMBER 2017;
  7. LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH; 12 JANUARI 2018;
  8. SECANGKIR KOPI DARI ACEH; 22 JANUARI 2018;
  9. ACEH PUNGO (ACEH GILA); 8 FEBRUARI 2018;
  10. SIAPAKAH ORANG ACEH SEBENARNYA; 6 APRIL 2018;
  11. ORANG ACEH DALAM SEJARAH SUMATERA; 15 APRIL 2018;
  12. KETIKA IBNU BATTUTA MELAWAT SAMUDERA PASAI; 16 APRIL 2018;
  13. KISAH HIDUP LAKSAMANA MALAHAYATI; 18 APRIL 2018;
  14. PERANAN LEMBAGA TUHA PEUET DALAM MASYARAKAT ACEH PADA MASA LAMPAU; 5 MEI 2018;
  15. MENYINGKAP MAKNA SYAIR KUTINDHIENG SELAKU MANTRA SIHIR ACEH KUNO; 15 MEI 2018;
  16. SEJARAH KERAJAAN LAMURI; 24 JUNI 2018;
  17. KEBIJAKAN POLITIK ISLAM OLEH SNOUCK HURGRONJE SEBAGAI SARAN KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA UNTUK MENGHANCURKAN KEKUATAN ISLAM DI INDONESIA; 25 JUNI 2018;
  18. MASA DEPAN POLITIK DUNIA MELAYU; 28 JULI 2018;
  19. EDISI KHUSUS SERI PAHLAWAN NASIONAL PRANGKO 100 TAHUN CUT NYAK DHIEN; 8 AGUSTUS 2018;
  20. MEMOAR PANGLIMA POLEM SEORANG PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN; 19 SEPTEMBER 2018;
  21. PUTROE PHANG JULUKAN DARI TENGKU KAMALIAH SEORANG PUTRI KESULTANAN PAHANG; 28 SEPTEMBER 2018;
  22. TEUKU NYAK ARIEF SEORANG YANG TULEN BERANI DAN LURUS SEBAGAI RENCONG ACEH DI VOLKSRAAD; 17 OKTOBER 2018;
  23. RINCIAN ISI KANUN MEUKUTA ALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESULTANAN ACEH DARUSSALAM YANG DISUSUN PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN ISKANDAR MUDA; 26 OKTOBER 2018;
  24. CATATAN SEJARAH RANTAI BABI ATAU RANTE BUI DALAM TULISAN YANG DISUSUN KOLONIAL BELANDA; 26 OKTOBER 2018;
  25. PASUKAN MERIAM NUKUM SANANY SEBUAH PASAK DARI RUMAH GADANG INDONESIA MERDEKA; 4 NOVEMBER 2018;
  26. PENEMUAN ARCA KEPALA ALALOKITESWARA SEBAGAI JEJAK KEBERADAAN PERADABAN AGAMA BUDHA DI ACEH; 18 NOVEMBER 2018;
  27. REVOLUSI DESEMBER ’45 DI ACEH ATAU PEMBESMIAN PENKHIANAT TANAH AIR; 6 FEBRUARI 2019;
  28. LEBURNJA KERATON ATJEH; 11 MARET 2019;
  29. HADIH MAJA PENGAJARAN SERTA HIBURAN WARISAN LELUHUR; 27 MARET 2019;
  30. HAME ATAU PANTANGAN ORANG ACEH DARI MASA LAMPAU; 19 JUNI 2019;
  31. SINGA ATJEH BIOGRAPHI SERI SULTAN ISKANDAR MUDA; 6 AGUSTUS 2019;
  32. APA SEBAB RAKYAT ACEH SANGGUP BERPERANG PULUHAN TAHUN MELAWAN AGRESSI BELANDA; 17 OKTOBER 2019;
  33. PERBANDINGAN PENGUCAPAN BAHASA ACEH DENGAN BAHASA INDONESIA; 30 DESEMBER 2019;
  34. BERBAGAI BAHASA DAERAH DI ACEH; 30 JANUARI 2020;
  35. LOKASI ISTANA KERAJAAN ACEH DULU DAN SEKARANG; 27 FEBRUARI 2020;
  36. MEREKONSTRUKSIKAN KEMBALI LETAK ISTANA DARODDONYA; 3 MARET 2020;
  37. LEGENDA DAN MITOS ASAL USUL PENAMAAN PULAU SABANG, GUNUNG SEULAWAH, PANTAI ALUE NAGA DAN KAWASAN ULEE LHEU; 29 MEI 2020;
  38. LEGENDA ASAL USUL GUNUNG GEURUTEE; 1 JUNI 2020;
  39. HAMZAH FANSURI PERINTIS SASTRA MELAYU; 4 JULI 2020;
  40. GEREJA PERTAMA DI ACEH; 12 JULI 2020;
  41. PERISTIWA TERBUNUHNYA TEUKU UMAR; 1 AGUSTUS 2020;
  42. SISTEM PERPAJAKAN KERAJAAN ACEH; 14 AGUSTUS 2020;
  43. SEJARAH KERAJAAN PEDIR (POLI) ATAU NEGERI PIDIE; 18 AGUSTUS 2020;
  44. SEJARAH KERAJAAN DAYA (LAMNO); 21 AGUSTUS 2020;
  45. KETIKA ACEH MINTA MENJADI VASAL TURKI USTMANI; 21 SEPTEMBER 2020;
  46. HENRICUS CHRISTIAN VERBRAAK MISIONARIS KATOLIK PERTAMA DI ACEH; 23 SEPTEMBER 2020;
  47. BUSTANUS SALATIN PANDUAN BERKUASA PARA SULTAN ACEH; 27 SEPTEMBER 2020;
  48. SEJARAH PENDIRIAN PUSA (PERSATUAN ULAMA SELURUH ACEH); 16 OKTOBER 2020;
  49. PARA ULEEBALANG RAJA KECIL DI ACEH DARI MASA KESULTANAN SAMPAI REVOLUSI SOSIAL (1512-1946); 25 OKTOBER 2020;
  50. KENAPA SULTAN ACEH MENYERAH PADA BELANDA; 9 APRIL 2021;
  51. HIKAYAT MEURAH SILU; 8 JUNI 2021;
  52. SULTAN ALAIDDIN MAHMUDSYAH II, SULTAN ACEH MERDEKA TERAKHIR; 29 JUNI 2021;
  53. RAJA DEKAT TUHAN JAUH; 3 AGUSTUS 2021;
  54. BERZIARAH KE MESJID ASAL PENAMPAAN DI BLANGKEJEREN GAYO LUES; 17 AGUSTUS 2021;
  55. KISAH-KISAH DI BLANG; 22 NOVEMBER 2021;
  56. ORIDA (OEANG REPUBLIK INDONESIA) ACEH 1947-1949; 14 JANUARI 2022;
  57. ACEH YANG DILUPAKAN; 29 MARET 2022;
  58. PROSA ALAM GAYO LUES; 8 AGUSTUS 2022;
  59. ADAT PELANTIKAN PEMAHKOTAAN PENABALAN SULTAN ACEH DARUSSALAM; 10 JANUARI 2023;
Posted in Buku, Cuplikan Sejarah, Mari Berpikir | Tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , | Leave a comment

SEPAK TERJANG SNOUCK HURGRONJE SEBAGAI PENASIHAT PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA

Snouck Hurgronje sebagai Abdul Ghaffar di Arab, kelak diberi julukan Tengku Puteh oleh orang-orang Aceh.

Snouck Hurgronje sebagai Abdul Ghaffar di Arab, kelak diberi julukan Tengku Puteh oleh orang-orang Aceh.

SEPAK TERJANG SNOUCK HURGRONJE SEBAGAI PENASIHAT PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA

Christiaan Snouck Hurgronje dilahirkan pada tanggal 8 Februari 1857 di Oosterhout. Setelah tamat Hogere Burgerschool (Sekolah Menengah Lima Tahun, penerjemah) di Breda dan setelah menempuh ujian negara, ia kuliah di Universitas Leiden. Di sana ia menempuh ujian kandidat dalam mata kuliah teologi, setelah itu ia menempuh ujian dalam ilmu sastra Samiyah. Pada tanggal 24 November 1880 studinya di universitas itu berakhir dengan promosi – cum laude – menjadi doktor dalam ilmu sastra tersebut, berdasarkan sebuah disertasi tentang perjalanan haji ke Mekah berjudul Het Mekkaansche Feest (Perayaan di Mekah).

Dari tahun 1881 sampai 1887 Dr. Snouck Hurgronje menjadi lektor pada Lembaga Kota Praja untuk Pegawai Hindia Timur di Leiden dari tahun 1887 sampai 1889 di universitas tersebut. Kurun waktu pertama – 1884/85 – disela oleh waktu bermukimnya di tanah Arab. Pemukimannya di sana memberikan kesempatan yang langka kepada Dr. Snouck Hurgronje untuk dapat ikut menghayati kehidupan penduduk Mekah di pusat akidah kaum muslimin.

Masih terdapat banyak salah paham tentang cara ia berhasil masuk ke Mekah. Sekarang pun masih banyak orang yang menyangka bahwa ia bergerak di sana dengan menyamar dan akhirnya terpaksa meninggalkan Mekah dengan tergesa-gesa, karena ia ketahuan sebagai seorang asing, seorang Belanda yang telah masuk menyelonong ke Mekah secara sembunyi-sembunyi. Dugaan-dugaan seperti ini sering disertai cerita-cerita yang sangat berupa omong-kosong. Bahkan seorang pengarang biografi yang ternama seperti Henriette L.T. de Beaufort pun rupanya percaya kepada penyamaran yang gaib itu. Ia menulis dalam riwayat hidup Cornells van Vollenhoven (halaman 26)” … Ia mengunjungi arsip kota dan arsip mesjid. Sebagaimana pantasnya bagi seorang calon haji yang saleh ia ikut serta dalam semua peribadatan; ia bercakap-cakap dengan rakyat dan bersoal jawab dengan para ulama. Tak seorang pun yang ragu-ragu bahwa bahasa Arab merupakan bahasa asalnya. Seolah-olah dengan lahap ia minum dari sumber-sumber rohani orang-orang yang beriman dalam agama Islam. Kemudian secara mendadak rupanya timbul kebocoran dalam rahasia penyamarannya, sebab surat kabar berbahasa Perancis Le Temps bertanggal 5 Juli ’85 salah ucap berlebih-lebihan dan membuka sedikit-sedikit tabirnya: Abd al-Gaffar sebenarnya seorang sarjana dari Leiden, yaitu Dr. Snouck Hurgronje.”

Sebab kejadian sebenarnya, meskipun tidak seromantis itu, telah digambarkan oleh Snouck Hurgronje sendiri dalam sebuah karangan “Aus Arabien” (Dari Negeri Arab) dalam Münchener Allgemeine Zeitung tanggal 16 November 1885 (dimuat dalam Verspreide Geschriften, jilid III, halaman 1-13) dan dalam sebuah karangan yang terbit dalam Meuwe Rotterdamsche Courant tanggal 26 dan 27 November 1885 yang lebih kurang sama isinya (“Mijne reis naar Arabie”, Perjalanan saya ke negara Arab). Dalam karangan tersebut dilukiskan dengan panjang lebar keberangkatannya yang mendadak dari Mekah tak lama sebelum permulaan ibadah haji yang sangat diharapkannya agar dapat diikutinya. Bersama dengan itu juga diberikan alasan-alasan mengapa ia diperintahkan agar segera pergi.

Bagaimana Snouck Hurgronje dapat masuk ke Mekah? Dengan menyamar? Tidak, kecuali jika pakaian ribuan calon haji lain sebelum dia mau disebut pakaian samaran. Sebab untuk orang yang tahu, yaitu Gubernur Kerajaan Turki dan para pegawainya, Syarif Besar yang berbangsa Arab serta lingkungannya, dan yang lebih penting lagi: bagi banyak alim ulama, ia adalah seorang muslim terpelajar berbangsa Belanda yang telah datang ke Mekah untuk melakukan telaah dan untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah.

Bagaimana hal itu mungkin terjadi di Mekah, suatu tempat di mana orang asing dari Eropa ditolak dan tempat apabila ada orang yang masuk dengan sembunyi-sembunyi dan kemudian ketahuan, tidak terjamin lagi jiwanya? Sesudah tiba di Jedah, pelabuhan untuk Mekah, Snouck Hurgonje yang telah diundang untuk keperluan tersebut di atas oleh konsul yang disertainya dalam perjalanan ke sana, dapat menumpang di Konsulat Belanda. Hubungan-hubungan yang telah diadakan oleh konsul serta agen perkapalan Belanda dengan para syekh (penunjuk jalan calon haji) di Mekah dapat dimanfaatkan untuk mengundang para alim ulama di Mekah untuk mengirim beberapa di antara mereka ke Jedah. Alasannya ialah karena seorang sarjana berbangsa Belanda yang muda yang sedang menelaah agama Islam, ingin berjumpa dengan mereka. Pertemuan itu terjadilah dan setelah diadakan perbincangan tentang pokok agama – Snouck Hurgronje diminta berbicara mengenai itu – dan mengenai beberapa kitab pedoman tertentu yang oleh Snouck Hurgronje sendiri mulai dibicarakannya, maka para tamu dari Mekah menerangkan bahwa sikap Snouck Hurgronje terhadap agama Islam sudah jelas bagi mereka. Kata mereka, “Kami merasa bahwa Anda seorang di antara kami.” Dengan jalan ini terbukalah baginya jalan ke Mekah.

Sarjana yang muda itu telah sempat antara lain berlatih menuturkan bahasa Arab karena di negeri Belanda ia telah tinggal selama tiga bulan dengan seorang Arab yang terpelajar. Setelah lebih kurang pada tahun 1919,  seorang kenalan berbangsa Arab  ia seorang anggota tua perhimpunan para penunjuk jalan yang telah menghadiri perbincangan tersebut di atas. Ketika ditanyakan apakah ternyata Snouck Hurgronje yang ketika itu ditanya oleh para alim ulama, memang fasih lidahnya, maka kenalan saya itu menjawab, “Tidak, ia bukan hanya fasih, tetapi apa pun yang dikatakannya pantas dipikirkan.”

Jadi, bagi orang Mekah yang terpelajar, Snouck Hurgronje bukan sembarang orang asing, juga bukan orang asing bagi seorang dua bangsa Indonesia di antara mereka (lihatlah “Vergeten Jubile’s”, Hari-hari Kenangan yang Terlupakan), Verspreide Geschriften IV, II, halaman 417 dan seterusnya). Bagi khalayak ramai ia hanya salah seorang di antara banyak orang asing yang menonjol, meskipun tampaknya seperti orang Eropa, sebab banyak orang Turki dan Suriah pun berambut pirang dan bermata biru. Adapun para pejabat menganggap dia seorang tamu terpandang.

Wali (gubernur) Turki di Mekah menyatakan penyesalannya karena harus mengusirnya, karena andaikata Snouck Hurgronje lebih lama tinggal di sana, hal itu akan membahayakan hidupnya. Karena berangkat dengan tergesa-gesa, semua catatan dan bahan fotografinya terpaksa ditinggalkannya di Mekah. Tetapi berkat pengurusan dan perantaraan yang baik sekali oleh agen perkapalan di Jedah, semua itu dapat disusulkan kepadanya.

Lebih kurang tiga bulan sesudah keberangkatannya, Snouck Hurgronje menerima surat dari wali tersebut. Dalam surat itu ia diberitahukan bahwa kesalahpahaman telah dijelaskan dan ia akan disambut lagi dengan baik sekali. Snouck Hurgronje menjawab bahwa tujuan perjalanannya telah tercapai dan bahwa ia tidak sempat lagi kembali ke Mekah. Bertahun-tahun kemudian, lebih kurang tahun 1920, kemungkinan ini memang dipikirkannya juga. Akan tetapi, karena ketika itu tidak ada jaminan bahwa ia akan disambut baik, disebabkan oleh sikap Raja Syarif Husein yang berubah-ubah, ia tidak jadi melakukan kunjungan ke sana, meskipun didesak oleh seorang teman lama di Mekah yang tetap melakukan surat-menyurat dengan dia sejak tahun 1883.

Sepucuk surat permohonan yang disampaikannya kepada Pemerintah Belanda pada tahun 1887, agar diperbantukan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda guna lebih lanjut menelaah agama Islam dan hal-hal yang bersangkutan dengan itu selama dua tahun, telah dikabulkan pada tahun 1889. Untuk mencapai hasil ini, masih perlu juga diberikan uraian lisan kepada Menteri Jajahan. Menteri tersebut yakin juga bahwa tugas yang dimohonkan itu akan membuat orang yang bersangkutan mampu memperkaya pengetahuannya, tetapi ia tidak segera memahami faedah yang timbul dari tugas tersebut bagi Pemerintah Hindia Belanda.

Setelah dua tahun yang diperkenankan itu berakhir, Snouck Hurgronje, dalam sepucuk surat pada bulan Mei, 1890 (I-3), menyatakan harapan agar Pemerintah Hindia Belanda hendaknya mendesak agar ia secara tegas diberi ikatan dinas di Hindia Belanda. Arti penting baginya yang terkandung dalam lingkungan kegiatan yang menjadi pilihannya, terbukti oleh kutipan yang berikut dari surat tersebut, “Sebaliknya ikatan dinas pada Pemerintah Hindia Belanda secara tetap, sekarang pun bagi saya masih tetap merupakan pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan jabatan guru besar. Sebagaimana telah saya ketengahkan sebelumnya, karena di sini saya menemukan lingkungan kegiatan yang, dengan bersambungnya secara paling sempurna telaah-telaah saya sebelum ini, memberikan kesempatan yang tak ada taranya agar – mudah-mudahan – saya dapat melakukan pekerjaan yang bermanfaat untuk kepentingan Pemerintah dan ilmu pengetahuan.”

Selama ia tinggal di negara Arab, maka percakapan-percakapannya dengan beberapa orang Aceh telah meyakinkan Snouck Hurgronje bahwa tindakan-tindakan yang telah diambil oleh Pemerintah terhadap Aceh telah gagal. Sebabnya ialah karena tidak terdapat pengetahuan tentang negeri dan suku Aceh yang semestinya menjadi dasar tindakan tersebut. Di samping itu, agar dapat memperkuat keyakinan itu dengan bukti-bukti dan agar dapat orang lain menerimanya, perlulah diadakan penelitian di tempat itu juga. Dengan demikian timbullah rencananya – dalam hal ini ia percaya kepada pengalamannya di negara Arab – untuk memasuki daerah pedalaman Aceh mulai dari Penang. Di sana ia hendak menghimpun data yang dapat membantu dalam memecahkan masalah Aceh. Izin Pemerintah Hindia Belanda yang perlu untuk hal itu mula-mula memang diberikan kepadanya, tetapi setibanya di Penang, ternyata terdapat keberatankeberatan sedemikian rupa di pihak Pemerintah di Kutaraja hingga ia terpaksa membatalkan perjalanan penelitian di pedalaman yang hendak dilangsungkannya atas risikonya sendiri.

Bulan Mei 1889, setelah di Betawi, mulailah Snouck Hurgronje menjalankan jabatan pegawai yang diperbantukan kepada Pemerintah Hindia Belanda. Dua tahun berikutnya digunakan untuk penelitian di Jawa Barat dan Jawa Tengah tentang keadaan pengajaran agama Islam dan tentang keadaan apa yang pada zaman itu dirangkum di bawah nama – yang kekeliruannya setiap kali ditunjukkan oleh Snouck Hurgronje -“para rohaniwan Mohammadan” (demikianlah Pemerintah Kolonial Belanda sebagaimana bangsa Eropa lain menyebut agama Islam).

Penelitian-penelitian yang luas tersebut belum sampai pada bagian Pulau Jawa dan Madura selebihnya, ketika Pemerintah menganggap penyelidikan tentang, keadaan religius-politik di Aceh lebih mendesak dibandingkan dengan melanjutkan pekerjaan di Jawa.

Perintah untuk penyelidikan baru dari pihak Pemerintah diberikan bulan Februari 1891. Penyelidikan-penyelidikan yang diadakan secara setempat-setempat guna keperluan itu berlangsung dari bulan Juli 1891 sampai awal bulan Februari 1892. Pada tanggal 23 Mei 1892 Snouck Hurgronje menyampaikan sebuah laporan yang kini tersohor tentang keadaan religius politik di Aceh, yang selanjutnya dalam surat-menyurat mengenai hal itu, selalu dikutip sebagai “Laporan Aceh”. Dengan bermusyawarah dengan pihak Pemerintah diolahnyalah dua bab awal (A dan B) laporan tersebut, yang membahas “pernyataan kehidupan orang Aceh yang di dalamnya pengaruh agama Islam berturut-turut agak berada di belakang dan tegas-tegas terkemuka”. Setelah diolahnya, dimasukkannyalah hasilnya ke dalam bukunya yang berjudul De Atjehers yang terbit pada tahun 1893/1894 (pada tahun 1906 terbitlah sadurannya dalam bahasa Inggris). Kedua bab lainnya (C dan D) dalam laporan itu yang berkenaan dengan “saat-saat utama dalam perang bertalian dengan penggambaran kami tentang watak suku bangsa dan beberapa kesimpulan”, bersama dengan lampiran-lampiran laporan tersebut, telah dimuat dalam karya itu di dalam bab III-I.

Setelah kembali ke Jawa, Snouck Hurgronje, melalui surat-menyurat yang teratur dengan para pengirim beritanya di Aceh (III-20), tetap mengetahui sepenuhnya jalannya hal-ihwal di sana, juga jika ditinjau dari segi orang pribumi. Pada tahun 1898, dua tahun setelah Teuku Umar membelot dan Jenderal Deyckerhoff dipecat, dan ketika Kolonel Van Heutsz diangkat menjadi Gubernur Sipil dan Militer daerah Aceh dan bawahannya, maka Pemerintah memberikan kepada Snouck Hurgronje sebuah tugas yang maksudnya memberikan kepadanya pengaruh yang tetap atas urusan pemerintahan sipil di sana (III-35). Disebabkan perbedaan pandangan, maka berakhirlah kerja samanya dengan Van Heutsz pada tahun 1903. Sesudah itu Snouck Hurgronje tidak kembali lagi ke Aceh, namun ia tetap bekerja untuk daerah itu, biarpun tanpa mengunjunginya.

Di antaranya, untuk mengetahui hubungan antara pemerintahan swatantra pribumi dengan perangkat pegawai, dalam bulan-bulan awal tahun 1901 Snouck Hurgronje sering berada di Jambi dan Palembang. Pada akhir tahun itu pun ia tinggal beberapa pekan di Jambi. Tahun 1903, setelah kepergiannya dari Aceh, dan setelah ia tinggal selama dua bulan di daerah itu dalam rangka pemukiman yang diperpanjang, maka ia berusaha mengadakan perjalanan ke Kerinci, di perbatasan daerah pegunungan Padang (sekarang Sumatra Barat, penerjemah). Setelah ia menumpang perahu ke Bangka, pada pertemuan Sungai Mesuma dengan Sungai Marangin, maka ia berjalan kaki lewat medan yang sangat sulit yang akan makan waktu sepuluh hari untuk sampai ke tempat tujuannya. Tetapi ia terpaksa memutuskan perjalanannya, akibat serangan penyakit malaria, serta kembali lagi.

Juga berdasarkan data yang dikumpulkan selama perjalanan-perjalanan tersebut, maka menjadi mungkinlah bagi Snouck Hurgronje untuk memberikan pandangannya pada tahun 1916 tentang sebab-sebab yang menimbulkan pemberontakan di Jambi dan Palembang.

Data-data yang dikumpulkannya sampai akhir tahun 1902 tentang Tanah Gayo dan penduduknya telah terbit pada tahun 1904 dalam bentuk buku.

Pekerjaan sebagai penasihat Pemerintah bagi urusan di luar Aceh yang juga selama ia tinggal di sana sudah bertambah, meskipun dalam ukuran yang lebih terbatas, dilanjutkan dengan dasar semula setelah kembalinya ke Betawi pada bulan Maret atau April 1903. Hanya saja, jumlah nasihat mengenai pokok-pokok yang aktual dan memerlukan telaah, bertambah sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi waktu yang dapat digunakannya untuk melengkapi penelitian yang terdahulu dilakukannya di Jawa Barat dan Jawa Tengah di bidang agama Islam, dengan penelitian serupa di bagian lain Pulau Jawa.

Pada tanggal 12 Maret 1906 berangkatlah Snouck Hurgronje untuk cuti setahun ke negeri Belanda, hampir tujuh belas tahun sesudah tanggal ia memulai kegiatannya di Betawi (11 Mei 1889).

Kenang-kenangan akan kurun waktu terakhir dalam kegiatannya di Betawi, selama masa jabatan Gubernur Jenderal Van Heutsz, kurang menggembirakan baginya. Dalam sepucuk surat bertanggal 11 Oktober 1907 kepada Kolonel Van der Maaten – yang dimuat sebagai lampiran XLVIII dalam jilid II karyanya, Snouck Hurgronje en de Atjeh Oorlog (Snouck Hurgronje dan Perang Aceh), terbaca, “Lama-kelamaan bagi saya soal bekerja di Hindia Belanda terasa dibuat pahit-getir karena dengan sengaja ditunjukkan kurangnya penghargaan dan bantuan dari kedudukan yang tertinggi, dan barangkali rasa mudah tersinggung yang telah bertambah pada saya karena sudah lama tinggal di sini, telah menyebabkan saya lebih merasakan kekecewaan tersebut daripada dulu. Namun, hal ini menjadi ‘terlalu berat’ bagi saya.”

Nomor-nomor agenda sejumlah nasihat yang diberikannya sesudah tiba di negeri Belanda masih tetap bertanda V (verlof atau cuti) sampai pada akhir bulan Juli 1906, sesudah itu tidak ada lagi. Dalam bulan berikutnya Snouck Hurgronje telah memberikan jawaban “tidak” ketika ditanya apakah ia akan kembali ke Hindia Belanda. Ini pun sesudah ia berpikir lama. Tentang hal ini harap membaca surat-menyuratnya dengan Kolonel Van der Maaten. Masih juga dalam sepucuk surat tertanggal September 1907 tercantum, “Namun, andaikata kepada saya ditawarkan kesempatan untuk bekerja di sana dengan menghasilkan sesuatu, maka biarpun hal itu akan dilakukan dengan dasar yang dahulu, saya tidak akan berkeberatan.”

Namun, cuti tersebut berubah menjadi pemukiman yang tetap di negeri Belanda. Meskipun begitu, ikatannya dengan Hindia Belanda tidak diputuskannya. Jelasnya, mimbar pengajaran bahasa Arab yang ditawarkan kepadanya, oleh Snouck Hurgronje baru diterima baik setelah Pemerintah mengabulkan syarat yang dikemukakannya. Syaratnya ialah agar hendaknya ia tetap boleh menjalankan jabatan sebagai penasihat dalam urusan-urusan yang menyangkut kepentingan golongan pribumi dan golongan Arab.

Jabatan penasihat mendapat sifat yang lain sama sekali setelah ia bermukim di negeri Belanda. Akibat tuntutan-tuntutan jabatan guru besar, kegiatannya sebagai penasihat Pemerintah seakan-akan mundur ke belakang, sekurang-kurangnya bagi dunia luar. Akan tetapi dalam kenyataannya, sifat ulasan-ulasan serta nada nasihat-nasihat menjadi jauh lebih tajam, khususnya yang mengenai hal-hal yang selama bertahun-tahun menyebabkan dia menunjukkan dengan tegas tindakan-tindakan yang salah atau peraturan yang tidak adil. Juga mengenai soal-soal yang tak kunjung dibuatkan peraturan padahal dianggapnya perlu dan berkali-kali dibelinya demi kepentingan serta kewibawaan Pemerintah.

Didalamnya ia menyalahkan anjuran Pemerintah agar jangan naik haji dengan alasan penyakit atau kerusuhan di Tanah Suci, sebab nasihat semacam itu sia-sia dan oleh penduduk dikira nasihat itu telah didorong oleh hal-hal lain. Yang disebutnya tidak adil, lagi pula sangat tidak bijaksana terhadap mancanegara yang beragama Islam, ialah pembatasan kebebasan gerak bagi orang Arab dari Hadramaut setelah mereka diperkenankan masuk ke Hindia Belanda dan telah menerima izin bermukim. Pers Pan-Islam di negeri-negeri Arab dan Turki, telah berhasil memanfaatkan keluhan keluhan mengenai hal itu, yang sebagian benar dan sebagian dilebihlebihkan atau dikarang-karang; ini sangat merugikan citra Pemerintah Belanda di dunia Islam. Sebagai imbangan terhadap kebiasaan Pemerintah: memperkenankan mereka masuk dengan agak terbatas, sedangkan mereka yang telah telanjur masuk, diberi kebebasan sesedikit mungkin, maka Snouck Hurgronje menyarankan: dengan mengecualikan mereka yang sedikit banyak dapat mengukuhkan haknya karena berkerabat erat dengan orang-orang yang sudah bermukim di Indonesia, seorang pun jangan dibolehkan masuk ke sini mengingat pengaruh orang Arab yang tidak diinginkan dibidang agama. Sebaliknya, mereka yang sudah telanjur masuk, hendaknya diberi kebebasan yang menjadi haknya. Ketika Pemerintah mendapat pengertian lain pada tahun 1921, ternyata telah lewatlah waktu yang tepat untuk mengadakan perubahan peraturan, yang agaknya akan dihargai.

Mengenai pengangkatan penerjemah-penerjemah untuk bahasa-bahasa Turki dan bahasa Arab oleh Departemen Luar Negeri – pengangkatannya sangat perlu demi citra Pemerintah – sehingga Kedutaan Belanda di Konstantinopel tidak lagi perlu menggunakan penerangan dan bantuan para sarjana yang bekerja pada Kedutaan Jerman di kota itu, hal ini ditunggu bertahun-tahun dengan sia-sia. Padahal, penasihat (Snouck Hurgronje) telah mengulas hal ini berkali-kali kepada Pemerintah dengan nada yang tajam.

Adapun larangan naik haji tahun 1915 dan 1916 selama Perang Dunia I yang dipandang mutlak perlu oleh Snouck Hurgronje, untuk melawan Pemerintah Turki sehubungan dengan aksi Pan-Islamnya, tidak diberlakukan oleh Pemerintah. Alasannya ialah menurut anggapan Pemerintah, pada waktu itu bagaimanapun kapal-kapal haji tak dapat berlayar, jadi hasilnya sama juga. Perbedaan paham yang mendalam timbul pula antara Snouck Hurgronje dengan para pegawai pimpinan di Departemen Pemerintah Dalam Negeri di Betawi mengenai pemberian lebih banyak otonomi (kemandirian) kepada pihak Pangreh Praja Pribumi, supaya pemerintahan ganda – Belanda dan Pribumi – berangsur-angsur akan beralih menjadi pemerintahan tunggal dan seluruh tugas dapat diembankan kepada para pejabat pribumi. Yang menjadi syarat’ bagi pewujudan hal ini ialah: meninggalkan pendapat tentang kerendahan budi dan kerendahan kecendekiaan (intelektual) para pejabat pribumi. Suatu pendapat yang dilawannya dengan kekuatan alasannya. Tentang pemberian lebih banyak kemandirian kepada para bupati. Pemberian lebih banyak kewenangan kepada semua bupati secara berangsur-angsur yang diusulkannya di sini dalam ulasan yang tajam, menurut kecakapan dan andal diri mereka sebagai pemimpin mandiri atas dewan-dewan kabupaten, tanpa pengawasan pihak Eropa sedikit pun, tidak diambil alih oleh Pemerintah. Di Jawa dan Madura, kabupaten-kabupaten dibentuk antara tahun 1923 dan 1928 dalam rangka perubahan pangreh praja secara umum. Namun, pengawasan pihak Eropa dipertahankan juga dalam dewan-dewan tersebut.

Perbedaan-perbedaan pendapat seperti yang disebutkan tadi terkadang menimbulkan hubungan yang tegang sekali dengan pihak Departemen Tanah Jajahan. Hal ini tidak akan saya bicarakan secara lebih rinci dan lebih lanjut. Dalam surat bulan Mei 1931 kepada Jenderal Van der Maaten. Baris-baris yang berikut mengesankan – sesudah dijawab permintaannya untuk mendapat keterangan tentang satu peristiwa khusus selama ekspedisi Pidir yang terjadi 33 tahun yang lalu (1898), “Sekaligus karena menulis surat kepada Anda, saya ingin mempermaklumkan kepada Anda bahwa saya baru-baru ini secara agak mendadak, telah menjadi penasihat kehormatan (honoris causa) bagi Pemerintah Perancis untuk politiknya terhadap Maroko… Saya terpaksa mengakui bahwa sukses kecil ini membantu mengatasi beberapa salah penilaian terhadap saya yang telah saya alami di tanah air.” Beberapa sarjana dan pejabat, di antaranya Prof. B.J.O. Schrieke dan Prof. Mr. Dr. F.M. baron van Asbeck yang karena jabatannya mengetahui nasihat-nasihat Snouck Hurgronje yang berharga dan yang tersimpan di dalam arsip Hindia Belanda, menyadari betapa sangat penting artinya untuk mengumpulkan dan menerbitkannya. Dr. R.W. van Diftelen-lah, yang ketika itu menjadi Kepala Kabinet Sekretariat Umum di Bogor, yang membicarakan hal itu selama cutinya, kira-kira tahun 1933, dengan Dr. Snouck Hurgronje. Yang tersebut terakhir ini dapat menyetujui pikiran tersebut, tetapi mengemukakan bahwa untuk hal itu perlu ada izin dari Menteri Tanah Jajahan dan perlulah diperhitungkan bahwa mengenai satu hal yang sama sering telah diberikannya nasihat. Maka, agar jangan membuat bacaannya membosankan karena sering terjadi pengulangan, perlu diadakan suatu pembatasan dan pemilihan. Setelah kembali dari cutinya, Van Diflelen segera mulai menghimpun dan menyuruh menyalin nasihat tersebut. Pada tahun 1940 semua nasihat Snouck Hurgronje yang terdapat di Sekretariat Umum telah dibuatkan salinannya. Salinan ini dengan sekumpulan yang cukup banyak, berupa catatan Van Diflelen dan dua rekan penelaahnya tentang tiga kuliah Snouck Hurgronje  disimpan di dalam lemari-lemari baja. Selama pendudukan Jepang kabarnya lemari-lemari itu telah dibawa oleh orang Jepang dan isinya bertebaran di pekarangan. Surat dan kartu tetap tergeletak di situ dalam segala cuaca. Apa yang masih tersisa katanya telah dihancurkan oleh sejumlah gerombolan yang berkeliaran dan dibakar oleh mereka. Sepanjang yang diketahui, tidak ada sedikit pun yang masih tersimpan.

Sejarah Indonesia:

  1. Teuku Nyak Arief Seorang yang Tulen Berani dan Lurus sebagai Rencong Aceh di Volksraad; 17 Oktober 2018;
  2. Catatan Sejarah Rantai Babi atau Rante Bui dalam Tulisan yang Disusun Kolonial Belanda; 26 Oktober 2018;
  3. Pasukan Meriam Nukum Sanany Sebuah Pasak dari Rumah Gadang Indonesia Merdeka; 4 November 2018;
  4. Penemuan Arca Kepala Alalokiteswara Sebagai Jejak Keberadaaan Peradaban Agama Budha di Aceh; 18 November 2018;
  5. Revolusi Desember 1945 di Aceh atau Pembasmian Pengkhianat Tanah Air; 6 Februari 2019;
  6. Singa Atjeh Biographi Seri Sultan Iskandar Muda; 6 Agustus 2019;
  7. Apa Sebab Rakyat Aceh Sanggup Berperang Puluhan Tahun Melawan Agressi Belanda; 17 Oktober 2019;
  8. Lokasi Istana Kerajaan Aceh Dulu dan Sekarang; 27 Februari 2020;
  9. Hamzah Fansuri Perintis Sastra Melayu; 4 Juli 2020;
  10. Gereja Pertama di Aceh; 12 Juli 2020;
  11. Peristiwa Terbunuhnya Teuku Umar; 1 Agustus 2020;
  12. Sejarah Kerajaan Pedir (Poli) atau Negeri Pidie; 18 Agustus 2020;
  13. Sejarah Kerajaan Daya (Lamno); 21 Agustus 2020;
  14. Para Uleebalang Raja Kecil di Aceh Dari Masa Kesultanan Sampai Revolusi Sosial (1512-1946); 25 Oktober 2020;
  15. Kenapa Sultan Aceh Menyerah Pada Belanda; 9 April 2021;
Posted in Cuplikan Sejarah, Data dan Fakta | Tagged , , , , , , , , , , , , , , , | Leave a comment

MELIHAT MENDENGAR DAN MERASAKAN

Adalah sebuah anugerah untuk menikmati tiap suapan rasa, merasakan sensasi melihat mendengar dan merasakan. Sebuah rasa syukur untuk dapat menghirup nafas sampai hari ini adalah sebuah keajaiban.

Adalah sebuah anugerah untuk menikmati tiap suapan rasa, merasakan sensasi melihat mendengar dan merasakan. Sebuah rasa syukur untuk dapat menghirup nafas sampai hari ini adalah sebuah keajaiban.

MELIHAT MENDENGAR DAN MERASAKAN

Kita hidup di dunia tenaga, energi. Secara fisika energi tetap jumlahnya, kekal, tidak bisa diciptakan dan dibinasakan. Semua benda di jagat raya ini menyimpan potensi energi. Energi aneka bentuk yang bisa berubah dari satu format ke bentuk lain.

Langsa, 15 Februari 2023. Berlari di sore hari di lapangan tengah kota tidak semata-mata untuk sehat atau bugar belaka. Namun juga membangun sebuah kesadaran bahwa “aku” adalah sebuah makhluk sosial yang hidup dalam sebuah dunia yang beragam rupa. Abu tak hanya sekedar berlari tapi juga memperhatikan suara burung yang berkicau di sore hari, anak-anak yang bermain ceria di taman, para remaja bersenda bersama temannya, atau kerja keras seorang kakek yang bersemangat menjajakan makanan kecil.

Hanya merasakan desir-desir udara yang menerpa wajah. Abu hadir disitu sekaligus tidak hadir di kehidupan mereka. Hanya sebagai pengamat yang berjarak oleh sekat-sekat ruang. Beginilah mungkin esensi hidup bersosial, kita berbagi ruang yang sama, tanpa harus mengambil resiko untuk terlibat. Hanya cukup menyadari apa yang sedang terjadi saat peristiwa terjadi tanpa harus menghakimi dan tidak terambil alih oleh harapan. Tindakan ini mungkin tidak akan membuat meraih tingkat kebahagiaan yang tinggi seperti ketika memenangkan perlombaan. Bisa jadi adalah salah satu cara bersyukur dalam hidup untuk tidak dikuasai oleh hasrat yang tak pernah habis.

Menurut Abu cara ini tidak hanya mengajarkan untuk beradaptasi tentang kenyataan yang tersaji dihadapan muka kita. Entah kegagalan, kekalahan atau bahkan kemenangan kita. Mungkin itulah yang membawa sedikit ketenangan ketika hanya sedikit hal yang membuat kita khawatir. Karena jangankan esok, hari ini saja kita semua tidak tahu bagaimana mengakhirinya.

Tiba-tiba ingatan Abu melompat jauh ke belakang.

Aneuk Galong Baro, Aceh Besar, circa tahun 1991. Pada bulan Ramadhan Abu kerap pulang kampung Ayah. Betapa kagum, takjub seorang Abu yang masih berumur 7 tahun tentang keajaiban buah kelapa. Bagaimana bisa dalam buah sekeras itu bisa ada air yang sangat lezat, daging gurih serta acapkali terdapat kentos, yaitu tunas kepala yang ditemukan dalam buah kelapa yang sudah terbelah, rasanya agak sedikit berminyak dan lemak. Disitulah terbersit, hidup yang baik adalah hidup yang bermanfaat sebagaimana buah kelapa, sebagaimana pohon kelapa. Jika seseorang tak ingin meraih kemuliaan di masa mudanya, tak akan mulia hidupnya sampai tua.

Lhokseumawe, tepatnya 15 Februari 2008 Abu memulai menulis di blog tengkuputeh.wordpress.com (kelak ditingkatkan  menjadi tengkuputeh.com pada 1 April 2017). Sejak awal tahun 2000-an fenomena blogger mulai merambah di Indonesia, orang-orang berbagi cerita melalui website pribadi. Saat itu media sosial belum terlalu populer, Friendster sudah lahir tapi budaya bersosial media belum kuat. Dahulu blog bersifat sangat personal dibuat oleh blogger berdasarkan topik-topik yang disenanginya. Pada awalnya blog menjadi wadah bagi para pengguna untuk mengekspresikan pendapat atau perasaan pribadi. Saling berkunjung serta memberikan komentar antara sesama blogger menjadi ladang silaturahmi ketika itu. Lahir dan maraknya media sosial seperti Facebook dan twitter (kemudian disusul Intagram dan kawan-kawan) menjadi sejenis microblogging membuat blog perlahan-lahan berkurang. Teman-teman awal Abu yang saling berkunjung dan berkomentar semasa dunia blogger nyaris semuanya sudah tidak ada lagi. Pada akhirnya para blogger berguguran satu demi satu.

Pada akhirnya semua hanyalah pilihan pribadi dengan kerumitan pikiran dan latar belakang seseorang. Ketika menjalani sesuatu yang sama secara terus menerus akan muncul kebosanan dan itu bukanlah sesuatu hal yang buruk. Kebosanan adalah lonceng pemanggil bahwa kita harus berubah. Kehidupan terlalu rumit, kita tidak bisa memprediksi semua sebab dan akibat. Hasilnya tergantung kemampuan kita berdansa dengannya.

Pada usia 15 tahun usia tengkuputeh.com sekaligus menjelang usia penulis menuju ke-39 ini Abu berpikir dan menarik kesimpulan bahwa. Tiap generasi memang memiliki masa hura-huranya, nikmatilah sebelum generasi tersebut menjadi generasi tua yang julid ke generasi muda hura-hura berikutnya.

Adalah sebuah anugerah untuk menikmati tiap suapan rasa, merasakan sensasi melihat mendengar dan merasakan. Sebuah rasa syukur untuk dapat menghirup nafas sampai hari ini adalah sebuah keajaiban.

Baca juga: KISAH KISAH PETUALANGAN SI ABU

Posted in Cerita, Kisah-Kisah, Kolom | Tagged , , , , , , , , , , , , , | Leave a comment

DI BAWAH NAUNGAN LENTERA

Syair Hikayat Perang Sabi (Hikayat Perang Sabil) Koleksi Museum Aceh sebagai penyemangat pejuang Aceh dalam melawan agresi Belanda.

Syair Hikayat Perang Sabi Koleksi Museum Aceh

DI BAWAH NAUNGAN LENTERA

Ketika aku belia betapa terkesima membaca kitab Rihlah karya Ibnu Bathutah bahwa dia berlayar ke Quanzhou menumpang kapal dagang milik Sultan Malik Az-Zahir dari Kesultanan Samudera Pasai. Membaca uraian Ibnu Bathutah bahwa di sana bendera Kesultanan Samudera Pasai berkibar pada Kapal-kapal dagang dari Pasai memenuhi Bandar yang dijuluki “Zaitun” oleh pedagang Arab itu membuat aku semakin terkesima. Sehebat itukah kemampuan leluhur kita melaut, sampai-sampai Ibnu Bathutah kembali dari negeri Cina setelah bertualang di kota-kota Peking, Hangzhou, Fuzhou pun pulang dari Quanzhou menggunakan jung dagang Pasai.

Jauh sebelum itu, ayah dari Malik Az-Zahir yaitu Malik As-Saleh pernah menjamu seorang petualang dari Venezia selama lima bulan di Samudera Pasai yang menjadi utusan Kaisar Tiongkok ke Persia bersama dua ribu pengikut. Imago Mundi buku yang ditulis kelak menjadi saksi mengambarkan pujian pelancong Eropa itu yang mengagumi kemajuan yang dicapai Kesultanan Samudera Pasai saat itu. Lentera Samudera Pasai kemudian menyebarkan cahaya Islam ke seluruh Asia Tenggara seolah menjadi legenda dan mitos di hari ini. Padahal kitab-kitab secara nyata bercerita apa adanya.

Bukan kita bangsa yang tak mencatat, ketika Belanda mendarat pada ekspedisi kedua di Peunayong yang mereka pertama kali lakukan adalah membakar perpustakaan dan arsip Kesultanan Aceh yang telah berusia 800 tahun, darahku mendidih ketika memahami tujuan kolonial untuk menghapus sejarah kita, tujuannya adalah memutus kita dengan para leluhur yang agung.

Ketika Ali Mughayatsyah mendirikan kesultanan Aceh dengan tujuan membawa cahaya peradaban, bahwa keturunannya Iskandar Muda pernah mengepung Malaka yang dikuasai Portugis untuk membebaskan bangsa Melayu dari penjajahan. Kisah hidup disebut oleh Belanda via Snouck Hurgronje sebagai dongeng belaka membuat amarahku memuncak. Ketika aku membaca dokumen bahwa mereka (Belanda) meratakan makamnya dan membangun kantor gaji tentara Belanda diatasnya, sehingga seolah-olah makam Sultan Iskandar Muda tak pernah ada, emosi dan darahku mendidih.

Mungkin aku tak seberani Laksamana Malahayati yang tanpa banyak bicara menikamkan rencong ke dada Cornelis de Houtman pada pertarungan satu lawan satu di atas geladak kapal. Atau akupun tak cukup cerdik sebagaimana Teuku Umar yang menjadi satu-satunya pejuang selama kiprah Belanda di Nusantara mampu mengelabui mereka sampai dibenci dengan sebenci-bencinya.

Aku melihat dan mencari sekelilingku adakah orang yang setabah Tengku Chik Ditiro yang mengorbankan dirinya untuk orang-orang di negeri ini. Aku menangis mengetahui ia tak dikalahkan oleh musuh melainkan di racun oleh bangsa sendiri. Hikayat Prang Sabi seharusnya menjadi bacaan wajib disini, tapi apakah kalian pernah membaca setidaknya satu bait dari maha karya Tengku Chik Pante Kulu itu?

Di babah pinto syeureuga lapan

Saboh krueng sinan indah han sakri

Bate di pante pudoe ngon intan

Ji dong meu kawan budiadari

 Budiadari nyang seudang-seudang

Ji teubit u blang ji dong meuriti

Ji mat ngon kipaih maseng di jaroe

Ji preh woe lakoe dalam prang sabi

Ija puteh ngon sampoh darah

Ija mirah ngon sampoh daki

Semakin bertambah usia aku mendapati diriku tak sehebat mereka, aku adalah manusia zaman ini dengan segala kelemahan yang ada. Namun ketika mencari teladan aku membuka kisah-kisah mereka, cukup menjadi pegangan menghadapi zaman ini.

Aku takut, anak-anak yang baru dilahirkan nanti akan melupakan mereka. Orang-orang hebat yang semakin pudar kisah-kisahnya. Aku tak berharap pemerintah akan mengurusi hal-hal seperti ini, mereka sudah sibuk dengan urusan mereka. Di bawah naungan lentera cahaya mereka aku mencoba bercerita tentang mereka dengan segala kekurangan yang ada padaku, aku mohon maaf atas keterbatasan kemampuanku.

Yang aku inginkan kalian semua mengingat mereka. Carilah dan bacalah dari sumber lebih terpercaya tentang mereka-mereka yang berjasa dan rela menumpahkan darah mereka untuk kalian yang kelak akan mewarisi negeri Aceh ini.

Langsa, 26 Januari 2023

Beberapa opini terdahulu:
  1. Nilai Seorang Manusia; 8 Juli 2019;
  2. Membaca Angin Menghindari Badai; 28 September 2019;
  3. Kaya Tanpa Harta; 24 November 2019;
  4. Perjalanan Yang Luar Biasa; 4 Desember 2019;
  5. Merekonstruksikan Kembali Letak Istana Daroddonya; 3 Maret 2020;
  6. Abu Nawas Menasehati Raja; 2 Juni 2020;
  7. Bustanus Salatin Panduan Berkuasa Para Sultan Aceh; 27 September 2020;
  8. Kenapa Sejarah Tak Boleh Dilupakan; 4 Oktober 2020;
  9. Penjara Pikiran; 9 Oktober 2020;
  10. Mengapa Harus Mempelajari Bahasa Daerah; 17 Maret 2021;
  11. Ilmu Memahami Ilmu; 15 Juni 2021;
  12. Lembu Patah; 18 Desember 2021;
  13. Jangan (Mudah) Percaya Dengan Apa Yang Kau Baca; 12 Februari 2022;
  14. Aceh Yang Dilupakan; 29 Maret 2022;
  15. Sejarah Tak Bepihak Kepada Kita; 8 September 2022;
Posted in Kolom, Mari Berpikir, Opini | Tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , | Leave a comment

ADAT PELANTIKAN PEMAHKOTAAN PENABALAN SULTAN ACEH DARUSALAM

Alauddin Mahmudsyah II adalah merupakan Sultan Aceh terakhir yang memerintah Aceh sebelum invasi kolonial. Ia menolak pengakuan terhadap kedaulatan kerajaan Belanda atas Kesultanan Aceh setelah perjanjian Sumatra (Traktat Sumatera) antara Belanda dan Inggris. Atas penolakan tersebut, Kerajaan Belanda akhirnya menyatakan Perang terhadap Kesultanan Aceh pada tanggal 26 Maret 1873.

ADAT PELANTIKAN PEMAHKOTAAN PENABALAN SULTAN ACEH DARUSALAM

Pada masa lalu, pada saat Sultan Aceh Darussalam meninggal dunia, maka sebelum mayitnya dikebumikan pada pekuburan tertentu, kabinetnya mengadakan rapat kilat untuk menunjuk siapakah yang patut ditunjuk untuk pengganti sementara dari almarhum Sultan. Sesudah dimusyawarat dan diperiksa dengan tidak mendalam, lazimnya penunjukan jatuh pada putera tertua yang tidak cedera dan memenuhi syarat-syarat lain sekedarnya. Kabinet tersebut terdiri  dari  seorang Perdana Menteri (Wazir Utama) dan beberapa orang Menteri (Wazir) yang  disebut juga Uleebalang Poteu (Hulubalang Sultan yang tidak memiliki wilayah kekuasaan),  dengan Teuku Qadhi Malikul Adil, Teuku Keureukon Katibulmuluk Sri Indrasura  (sudah diangkat mendjadi  Uleebalang III  mukim  Keureukon  sejak  tahun   1832), Teuku Keureukon Katibulmuluk Sri Indramuda (Teuku Keureukon Lamteungoh), Teuku Panglima Dalam, Teuku Rama Setia (Panglima pasukan khusus pengawal Sultan). Penasehat-penasehat hukum dan adat seperti Teuku Panglima Meuseugit Raya, Teuku Imeum  Luengbata  dan Teku Nek  Meuraksa,   serta  Panglima   lainnya  seperti Teuku Aneuk Batee dan lain-lain.

Tindakan yang dilakukan sesuai dengan Adat Aceh. “Matee Raja, meugantoe Raja atawa Raja matee, Radja tanom.”  Artinya Ketika Raja meninggal maka Raja berganti atau Raja meninggal maka Raja dikuburkan.”

Kompleks makam Sultan Aceh, Kandang XII kondisi tahun 1875.

Setelah itu, barulah dilaksanakan/disiapkan apa-apa yang diperlukan untuk pemakaman. Peti mati yang disebut Raja Keureunda dibikin orang. Pemberitahuan mulai dilakukan oleh Teuku Rama Setia dan para pembesar negeri lainnya. Uleebalang yang berdekatan dengan pembesar lainya datang bertaziah ke istana Darud Dunya, Bandar Aceh Darussalam (Banda Aceh sekarang).  Sultan sementara bertindak dalam segala bidang mengenai pengebumian jenazah almarhum Sultan. Panglima Sagoe, Ulebalang-Uleebalang dan pembesar lain memberikan bantuan sepenuhnya sehingga penguburan itu berjalan sebagaimana wajarnya. Urusan yang menyangkut dengan penguburan, kenduri, pengajian dan sebagainya dapat dikatakan serupa dengan orang Aceh lain. Pembagian harta pusaka kepunyaan pribadinya dilakukan menurut hukum dan adat. Rumah tempat tinggal almarhum Sultan, tetap untuk tempat kediaman Sulthan yang menggantikannya.

Teuku Nek Meuraksa

Biasanya setelah 44 hari, barulah oleh Perdana Menteri mulai dilaksanakan untuk mengadakan pemilihan Sultan Aceh yang defenitif mengantikan yang telah meninggal dunia. Perdana   Menteri menetapkan kapan harus diadakan permusyawaratan di ibukota Kerajaan Aceh. Setelah diadakan persiapan, maka diundanglah antara lain:

  1. Ketiga Penglima Sagoe utama yang menguasai Aceh Besar selaku wilayah yang mengelilingi ibu kota yaitu: Panglima Sagoe XXII Mukim, Panglima Sagoe XXV Mukim dan Panglima Sagoe XXVI Mukim;
  2. Uleebalang Baet;
  3. Uleebalang Tungkop;
  4. Uleebalang IX Mukim Lhoknga, Teuku Nek Purbawangsa;
  5. Uleebalang Meuseugit Raya;
  6. Uleebalang Meuraksa, Teuku Nek Raja Muda Setia;
  7. Keujren Chik (kerajaan-kerajaan besar) di seluruh Aceh dengan didampingi oleh satu atau dua pembesarnya antara lain Raja Samalanga, Raja Pidie, Raja Meureudu, Raja Idi, Raja Trumon, Raja Karang Baru, Raja Linge dan lain-lain;
  8. Seluruh pembesar di kraton;
  9. Panglima-panglima Sultan, seperti Teuku Aneuk Batee dan lain-lain;
  10. Dan orang-orang lain yang dirasa perlu.

Manuskrip memuat susunan Pemerintahan Kerajaan Aceh pada Masa Sultan Iskandar Muda. Manuskrip ini milik University Kebangsaan Malaysia yang belum dikatalogkan.

Perdana Menteri, Menteri-Menteri, Teuku Keureukon dan Teuku Panglima bekerja keras untuk membuat penyelenggaraan, mendekati hari yang ditentukan mereka akan menginap di rumoh panyang (pesanggarahan) di sekitar asrama kraton sekarang.

Para pembesar Negeri Aceh yang berkepentingan duduk bersidang pada hari yang telah ditetapkan. Mereka bermusyawarah panjang lebar tentang pengganti Sultan yang telah dipanggil ke rahmatullah. Pengganti sementara menjadi calon pertama. Jika tidak terdapat cacat pada dirinya, maka pemeriksaan dan pertimbangan diteruskan. Calon Sultan harus mengetahui dan mengamalkan hukum Islam dan adat Istiadat Aceeh.  Ia harus pandai berbicara, bukan hanya dalam bahasa Aceh, tetapi juga dalam bahasa jawoe (Melaju) dan Arab. Umurnya telah telah dewasa dan akhlak harus baik.

Dimasa terakhirnya dari Kerajaan Aceh Darussalam, penganti Sultan sementara dari almarhum Sultan Ibrahim Mansyur Syah yang meninggal tahun 1870 bernama Tuanku Mahmud (cucu almarhum Sultan), putera dari Tuanku Sulaiman (anak dari Sultan Ibrahim Mansyur Syah) yang pernah menyingkir ke Lampageue IV Mukim Peukan Bada. Tuanku Mahmud ditunjuk karena putera mahkota yang Bernama Tuanku Zainul Abidin meninggal dunia juga pada hari ayahnya meninggal (Sultan Ibrahim Mansyur Syah) itu. Putera dari Tuanku Zainul Abidin Bernama Tuanku Muhammad Daud (kelak mengantikan Tuanku Mahmud yang meninggal akibat penyakit ketika Istana diserang Belanda di tahun 1874) masih kecil waktu itu.

Pembicaraan dan pertimbangan dilangsungkan dengan mendalam sekali tentang diri Tuanku Mahmud. Penasehat-penasehat Sultan membentangkan buah pikirannya masing-masing. Semua berupaya agar tidak terjadi perang saudara dalam suksesi kekuasaan. Akhirnya bulat mufakat Tuanku Mahmud menjadi calon tunggal Sultan Aceh Darussalam. Semua pembesar-pembesar Aceh yang memiliki wilayah kekuasaan maupun tidak, bertanggung jawab atas keputusan musyawarah besar itu.

Pelantikannya ditetapkan, pembesar-pembesar negeri kembali dahulu kenegeriannya masing-masing dan Kembali ke Banda Aceh pada waktunya. Penerangan diberilan sepenuhnya kepada rakyat sehingga mereka merasa tentram. Dalam masa itu di Banda Aceh diadakan persiapan untuk penabalan Sultan yang baru.

Pembesar-pembesar negeri kemudian kembali ke Banda Aceh untuk menghadiri upacara pengangkatan Sultan Aceh secara resmi yaitu Tuanku Mahmud bin Tuanku Sulaiman, ketika diangkat masih berusia remaja. Penganti Sultan Mansyur Syah diberi nama Sultan Mahmud Syah dan digelari “Poteu Meureuhom” yang baru. Sesudah siap pelaksanaan, maka seluruh pembesar mengambil tempat masing-masing untuk menghadiri penabalan Sultan sementara rakyat di luar tempat itu berdesak-desak. Tempat penabalan dan istana Sultan telag dihiasi seperlunya, sejurus lamanya, rakyat sunyi senyap.

Istana Kesultanan Aceh pada masa puncak kejayaan abad -XVII

Istana Kesultanan Aceh pada masa puncak kejayaan abad -XVII

Tuanku Mahmud Syah duduk berdekatan dengan panglima-panglima Sagoe, uleebalang-uleebalang terkemuka, penasehat Sultan dan pembesar lainya. Teuku Panglima Polem bangkit dari tempat duduknya, mengambil Tuaku Mahmud dan membawanya ke tempat penabalan yang disebu “bate tabaj” dan mendudukkannya, beliau diiringi oleh kedua Panglima Sagoe lainnya Teuku Qadku Malikuladil, Teuku Keureukon Katibulmuluk Sri Indramuda. Kemudian penasehat Sultan Teuku Haji Abdurrahman Lamteugoh, dan anggota kabinet yang dipimpin oleh Habib Abdurrahman al-Zahir selaku pimpinan dan menteri-menteri lainnya. Keamanan dalam majelis menjadi tanggungan kepada Teuku Panglima Dalam dan Teuku Panglima Meuseugit Raya. Perdana Menteri melakukan penabalan Tuanku Mahmud menjadi Sultan Aceh dengan bergelar Sri Sultan Alaiddin Mahmud Syah, disumpah oleh Teuku Qadli Malikul Adil, berkewajiban setia kepada kerajaan, tanah air dan agama.

Teuku Tjut Oh, Sri Imam Muda, Panglima Sagoe dari XXVI Mukim tampil kemuka dan menyerukan “Deelat”. Pembesar lainnya dengan rakyat sekalian mengikuti seruan “Deelat” itu sampai beberapa kali, setelah itu dilepaskan tembakan meriam sampai 101 kali. Sultan Alaiddin Mahmud Syah menyerahkan “djeuname Aceh” atau mahar Aceh kepada ketiga Panglima Sagoe sebanyak 32 kati emas dan 1600 Ringgit Aceh untuk dibagi-bagikan kepada rakyat.

Panglima Polem IX atau bernama lengkap Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud adalah seorang panglima Aceh. Setelah pengangkatannya sebagai Panglima dia kemudian mewarisi gelar Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Wazirul Azmi. Adalah Pahlawan Nasional Republik Indonesia.

Teuku Sri Setia Ulama, Panglima Sagoe XXV Mukim tampil juga kemuka untuk membaca doa sebagai penutup peresmian penabalan itu. Kemudia Teuku Panglima Polem selaku Panglima Sagoe XXII Mukim mengambil Sultan dan membawanya Kembali ke persemayaman semula. Tugas Panglima Polem (yang merupakan gelar turun temurun sejak zaman Sultan Iskandar Muda) dalam setiap penabalan Sultan Aceh sehingga disebut oleh orang Aceh dahulu. “Panglima Polem peu ek peutren Po teu Raja.” Artinya Panglima Polem menaikan dan menurunkan Raja.

Upacara penabalan Sultan Aceh kemudian dibubarkan dan masing-masing pembesar negeri kembali ketempatnya, untuk menjalankan tugasnya seperti biasa. Mereka mendapatkan masing-masing satu stel pakaian yang dinamai “siseuen salen” kemudian kabar tentang pengangkatan Sultan baru disiarkan dengan seluas-luasnya.

Sultan Aceh Terakhir Tuanku Alaiddin Muhammad Daudsyah (1884-1939)

Sultan Aceh Terakhir Tuanku Alaiddin Muhammad Daudsyah (1884-1939)

Pelantikan pemahkotaan dan penabalan Sultan Alaiddin Mahmud Syah II merupakan penaubatan Sultan Aceh yang terakhir dapat dilakukan secara sempurna menurut adat. Pada tahun 1873 Belanda menyerang Kesultanan Aceh, meski dapat dipukul mundur pada percobaan pertama pada agresi militer kedua pasukan Belanda dapat merebut Istana Kesultanan Aceh Darussalam dengan cara licik yaitu menyebar bibit penyakit kolera. Pada tanggal 26 Januari 1874, 2 hari setelah jatuhnya Dalam ke tangan Belanda, Sultan Mahmud Syah tiba-tiba diserang penyakit kolera yang merupakan senjata biologis yang dibawa pasukan Belanda, pada hari itu juga beliau, Sultan Alaiddin Mahmudsyah II menutup mata untuk selama-lamanya. Selanjutnya Sultan Aceh berikutnya Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah dilantik dengan upacara sederhana di Masjid Indra Puri pada tahun 1878 sehubungan dengan telah jatuhnya ibu kota ketangan Belanda. Perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda terus berjalan. Ketika peperangan total telah surut maka disambung dengan perang gerilya untuk sementara, bahkan ada masa timbul perlawanan kepada Belanda oleh hanya seorang, demikianlah terus menerus sampai Belanda angkat kaki selama-lamanya dari bumi Aceh pada tanggal 12 Maret 1942.

Referensi: Moehammad Hoesin, ADAT ACEH, Penerbit Dinas Pendidikan dan Kebudajaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh, tahun 1970, cetakan pertama.

Sangat menyedihkan jika hari ini atau kelak kemudian hari (Nauzubillahiminzhalik) didapati kenyataan orang-orang Aceh dengan lidah sendiri merendahkan adat mereka. Tulisan ini dibuat semata-mata agar kita semua tak lupa dengan masa lalu gemilang itu, sehingga tetap menyimpan api dalam dada untuk membangunnya Kembali. 

Artikel-artikel tentang Aceh:
  1. AROMA MEMIKAT DARI DAPUR ACEH16 OKTOBER 2017;
  2. TARIKH ACEH DAN NUSANTARA29 OKTOBER 2017;
  3. PEKUBURAN SERDADU BELANDA PEUCUT KHERKHOF DI BANDA ACEH SEBAGAI SAKSI KEDAHSYATAN PERANG ACEH11 NOVEMBER 2017;
  4. PEMBERONTAKAN KAUM REPUBLIK KASUS DARUL ISLAM ACEH17 NOVEMBER 2017;
  5. TUANKU HASYIM WALI NANGGROE YANG DILUPAKAN SEJARAH19 NOVEMBER 2017;
  6. KOPRS MARSOSE SERDADU PRIBUMI PELAYAN RATU BELANDA8 DESEMBER 2017;
  7. HIKAYAT-HIKAYAT DARI NEGERI ACEH16 DESEMBER 2017;
  8. LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH; 12 JANUARI 2018;
  9. SECANGKIR KOPI DARI ACEH; 22 JANUARI 2018;
  10. ACEH PUNGO (ACEH GILA); 8 FEBRUARI 2018;
  11. SIAPAKAH ORANG ACEH SEBENARNYA; 6 APRIL 2018;
  12. ORANG ACEH DALAM SEJARAH SUMATERA; 15 APRIL 2018;
  13. KETIKA IBNU BATTUTA MELAWAT SAMUDERA PASAI; 16 APRIL 2018;
  14. KISAH HIDUP LAKSAMANA MALAHAYATI; 18 APRIL 2018;
  15. PERANAN LEMBAGA TUHA PEUETDALAM MASYARAKAT ACEH PADA MASA LAMPAU; 5 MEI 2018;
  16. MENYINGKAP MAKNA SYAIR KUTINDHIENGSELAKU MANTRA SIHIR ACEH KUNO; 15 MEI 2018;
  17. SEJARAH KERAJAAN LAMURI; 24 JUNI 2018;
  18. KEBIJAKAN POLITIK ISLAM OLEH SNOUCK HURGRONJE SEBAGAI SARAN KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA UNTUK MENGHANCURKAN KEKUATAN ISLAM DI INDONESIA; 25 JUNI 2018;
  19. MASA DEPAN POLITIK DUNIA MELAYU; 28 JULI 2018;
  20. EDISI KHUSUS SERI PAHLAWAN NASIONAL PRANGKO 100 TAHUN CUT NYAK DHIEN; 8 AGUSTUS 2018;
  21. MEMOAR PANGLIMA POLEM SEORANG PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN; 19 SEPTEMBER 2018;
  22. PUTROE PHANG JULUKAN DARI TENGKU KAMALIAH SEORANG PUTRI KESULTANAN PAHANG; 28 SEPTEMBER 2018;
  23. TEUKU NYAK ARIEF SEORANG YANG TULEN BERANI DAN LURUS SEBAGAI RENCONG ACEH DI VOLKSRAAD; 17 OKTOBER 2018;
  24. RINCIAN ISI KANUN MEUKUTA ALAMPERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESULTANAN ACEH DARUSSALAM YANG DISUSUN PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN ISKANDAR MUDA; 26 OKTOBER 2018;
  25. CATATAN SEJARAH RANTAI BABI ATAU RANTE BUIDALAM TULISAN YANG DISUSUN KOLONIAL BELANDA; 26 OKTOBER 2018;
  26. PASUKAN MERIAM NUKUM SANANY SEBUAH PASAK DARI RUMAH GADANG INDONESIA MERDEKA; 4 NOVEMBER 2018;
  27. PENEMUAN ARCA KEPALA ALALOKITESWARASEBAGAI JEJAK KEBERADAAN PERADABAN AGAMA BUDHA DI ACEH; 18 NOVEMBER 2018;
  28. REVOLUSI DESEMBER ’45 DI ACEH ATAU PEMBESMIAN PENKHIANAT TANAH AIR; 6 FEBRUARI 2019;
  29. LEBURNJA KERATON ATJEH; 11 MARET 2019;
  30. HADIH MAJA PENGAJARAN SERTA HIBURAN WARISAN LELUHUR; 27 MARET 2019;
  31. HAME ATAU PANTANGAN ORANG ACEH DARI MASA LAMPAU; 19 JUNI 2019;
  32. SINGA ATJEH BIOGRAPHI SERI SULTAN ISKANDAR MUDA; 6 AGUSTUS 2019;
  33. APA SEBAB RAKYAT ACEH SANGGUP BERPERANG PULUHAN TAHUN MELAWAN AGRESSI BELANDA; 17 OKTOBER 2019;
  34. PERBANDINGAN PENGUCAPAN BAHASA ACEH DENGAN BAHASA INDONESIA; 30 DESEMBER 2019;
  35. BERBAGAI BAHASA DAERAH DI ACEH; 30 JANUARI 2020;
  36. LOKASI ISTANA KERAJAAN ACEH DULU DAN SEKARANG; 27 FEBRUARI 2020;
  37. MEREKONSTRUKSIKAN KEMBALI LETAK ISTANA DARODDONYA; 3 MARET 2020;
  38. LEGENDA DAN MITOS ASAL USUL PENAMAAN PULAU SABANG, GUNUNG SEULAWAH, PANTAI ALUE NAGA DAN KAWASAN ULEE LHEU; 29 MEI 2020;
  39. LEGENDA ASAL USUL GUNUNG GEURUTEE; 1 JUNI 2020;
  40. HAMZAH FANSURI PERINTIS SASTRA MELAYU; 4 JULI 2020;
  41. GEREJA PERTAMA DI ACEH; 12 JULI 2020;
  42. PERISTIWA TERBUNUHNYA TEUKU UMAR; 1 AGUSTUS 2020;
  43. SISTEM PERPAJAKAN KERAJAAN ACEH; 14 AGUSTUS 2020;
  44. SEJARAH KERAJAAN PEDIR (POLI) ATAU NEGERI PIDIE; 18 AGUSTUS 2020;
  45. SEJARAH KERAJAAN DAYA (LAMNO); 21 AGUSTUS 2020;
  46. KETIKA ACEH MINTA MENJADI VASAL TURKI USTMANI; 21 SEPTEMBER 2020;
  47. HENRICUS CHRISTIAN VERBRAAK MISIONARIS KATOLIK PERTAMA DI ACEH; 23 SEPTEMBER 2020;
  48. BUSTANUS SALATIN PANDUAN BERKUASA PARA SULTAN ACEH; 27 SEPTEMBER 2020;
  49. SEJARAH PENDIRIAN PUSA (PERSATUAN ULAMA SELURUH ACEH); 16 OKTOBER 2020;
  50. PARA ULEEBALANG RAJA KECIL DI ACEH DARI MASA KESULTANAN SAMPAI REVOLUSI SOSIAL (1512-1946); 25 OKTOBER 2020;
  51. KENAPA SULTAN ACEH MENYERAH PADA BELANDA; 9 APRIL 2021;
  52. HIKAYAT MEURAH SILU; 8 JUNI 2021;
  53. SULTAN ALAIDDIN MAHMUDSYAH II, SULTAN ACEH MERDEKA TERAKHIR; 29 JUNI 2021;
  54. RAJA DEKAT TUHAN JAUH; 3 AGUSTUS 2021;
  55. BERZIARAH KE MESJID ASAL PENAMPAAN DI BLANGKEJEREN GAYO LUES; 17 AGUSTUS 2021;
  56. KISAH-KISAH DI BLANG; 22 NOVEMBER 2021;
  57. ORIDA (OEANG REPUBLIK INDONESIA) ACEH 1947-1949; 14 JANUARI 2022;
  58. ACEH YANG DILUPAKAN; 29 MARET 2022;
  59. PROSA ALAM GAYO LUES; 8 AGUSTUS 2022;

 

Posted in Cuplikan Sejarah, Data dan Fakta | Tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , | 4 Comments

DENDAM KEKUASAAN

Mainan Impian Hot Wheels Ultra Hot

Mainan Impian Hot Wheels Ultra Hot

DENDAM KEKUASAAN

Steve Harvey dalam satu kesempatan mengatakan bahwa: “People say that money changes people. It realy doesnt! You know what. I learned about money. Money don’t change people but money alloes you to be more of who you really are. If you’re a kind person when you get a lot money you become a kinder person. If you’re asshole when you get a lot of money you become a bigger asshole. Money allows you to amplify whoever you really are!”

Dia tidak percaya bahwa uang  akan  mengubah seseorang! Mungkin  ada orang  (terlihat) berubah ketika memiliki (banyak) uang, akan tetapi (sejatinya) dia tidak berubah sama sekali. Uang hanya membuat orang (tersebut) menemukan jati dirinya yang sejati. Hal-hal yang dulunya tidak mampu dia capai ketika tidak memiliki uang dilampiaskan saat (sudah) memilikinya. Kekuasaan memiliki narasi yang sama. Seorang jurnalis sekaligus politikus senior termasuk pendiri PDI Perjuangan, Panda Nababan memberikan terminologi yang cantik untuk fenomena ini, “dendam kekuasaan”. Salah satu tantangan dari ketika berkuasa adalah mampu menahan diri dari kecenderungan (hasrat) membalas atau bahkan menindas kepada orang-orang yang tidak dia sukai.

Meulaboh, suatu petang tahun 1988. Resah dan gelisah menunggu di sini, di sudut sekolah tempat yang kau janjikan ingin jumpa denganku walau mencuri waktu, berdusta pada guru. Malu aku malu pada semut merah, yang berbaris di dinding menatapku curiga seakan penuh tanya. Sedang apa di sini? Suara radio terdengar kencang dalam kedai alat-alat perkantoran, mungkin sang pemilik baru menganti baterai. Seingat Abu waktu itu berumur 4 tahun dan diajak ayah ke pasar untuk membeli barang. Ketika bersandar di etalase kaca di toko tersebut mata Abu tertuju pada sebuah mainan mobil, sebuah sedan terbuat dari besi dan pintu depannya terbuka. Tertikam dan kasmaran Abu mengingatkan mainan tersebut dan meminta kepada ayah. Beliau bertanya berapa harganya kepada pemilik toko. “Tujuh ribu!” Seingat Abu. Ayah menggelengkan kepala. Biasanya Abu menahan diri, tapi hari itu Abu benar-benar ingin mainan tersebut. Abu menjerit dan menangis sekeras-kerasnya sampai harus dilarikan pulang dengan vespa biru ayah langsung ke rumah.

Biasanya Abu lupa, tapi keeseokan harinya Abu meminta lagi, merengek setiap saat sampai pada tahap mungkin menjengkelkan. Untuk menenangkan hati Abu menawarkan sebuah mobil yang lain, sebuah mainan Toyota Kijang pickup dari plastik seharga Rp. 500,- dan Abu menolak keras! Sampai akhirnya ayah dan ibu mengalah dengan meminjam uang seorang teman kantor Abu pun dibelikan mainan tersebut.

YouTube adalah sebuah alat yang mengagumkan, sebuah kreasi manusia yang maha dahsyat. Tanpa sengaja Abu menonton sebuah video klip lawas, lagu kisah kasih di sekolah yang dinyanyikan oleh Obie Messakh. Awalnya Abu tertawa dengan gaya remaja tahun 1980-an yang ditampilkan. Betapa abang-kakak SMA di video tersebut terlihat sangat dewasa dibandingkan generasi hari ini. Apalagi adegan dimana Obie Messakh sedang menanti kekasihnya di toilet sekolah. Apakah dia tidak terlalu tua untuk berperan sebagai anak sekolah yang berumur 17-18 tahun? Tapi sejenak komedi tersebut menjadi sangat melankolis ketika fragmen-fragmen masa kecil Abu membanjiri otak Abu. Batin menyimpan ingatan (juga) ternyata. Abu teringat almarhum ayah, karib kerabat di pesisir barat Aceh yang telah tiada terutama karena diterjang tsunami tahun 2004. Dan yang paling Abu kenang adalah kesalahan- kesalahan yang pernah di buat pada masa lalu. Betapa Abu (selalu) menjadi seseorang yang terlambat untuk belajar.

Begini kira-kira, cara pandang manusia dipengaruhi oleh subjektivitas manusia itu sendiri, dengan cara pandang seperti itu ketika mendonggak langit dan melihat bulan bisa terlihat lebih besar atau lebih kecil. Tahun 1988, keuangan keluarga kami sedang tidak baik. Ayah baru dimutasi ke Meulaboh, biaya hidup membuat kami harus menjual pickup Chevrolet dengan harga Rp. 800.000,- Anggaplah hari ini harga mobil pickup pada tahun 2023 adalah Rp. 60.000.000,- maka nilai uang Rp. 7000,- di tahun 1988 mungkin sama dengan Rp. 525.000,- hari ini. Betapa banyaknya! Mengingat itu, Abu merasa semacam rasa malu ketika duduk menulis seakan betapa egois dan keras kepala, kekanakan diri ini. Kecerdasan manusia tidak bisa dipaksakan kepada seseorang ketika belum saatnya (dia) tiba, begitulah Abu pada masa itu.

Seiring waktu Abu bekerja dan memperoleh penghasilan. Entah kenapa Abu menyukai mainan mobil-mobilan dan kerap menyisihkan sedikit gaji untuk memenuhi hasrat tersebut. Suka memberi hadiah kepada keponakan berupa mainan, mungkin adalah sebuah hasrat dari masa kecil yang belum pernah tercapai utuh. Atau mungkin bisa jadi hanya sebuah dendam kekuasaan yang berbeda rupa, yaitu dendam kemiskinan. Sampai pada suatu malam, sendirian di perantauan dan mengalami demam Abu bertanya kepada diri sendiri. Kapan ini semua akan berakhir? Atau mungkin tidak pernah berakhir.

Sebagai seseorang yang pernah mengalami kekurangan seharusnya Abu tahu kekayaan kemiskinan, hanya (mereka) yang pernah menderita yang tahu kekayaan penderitaan. Bahwa ada hasrat-hasrat yang tak tercapai sesungguhnya baik bagi jiwa, seharap apapun kita padanya. Ada nilai yang agung dan substansial dari menahan keinginan. Sebuah moral yang memberikan ketenangan kepada kita ketika berhadapan dengan orang lain, begitupun ketika orang lain berhadapan dengan kita. Ada perasaan aman, semua manusia pasti senang berhadapan dengan orang yang santun dan baik. Sesuatu hal yang membuat kita percaya bahwa tiap-tiap manusia pasti memiliki kebaikan dalam dirinya.

Ketika Abu merenungi (dalam-dalam)  uang, nilai, dan jabatan adalah hal yang bisa jadi mudah ataupun sulit didapatkan di dunia. Tapi yang paling  sulit adalah ketika kita harus menjawab  pertanyaan. Apakah  yang sudah  kamu lakukan di dunia?

Dalam setiap tafakur, niscaya terdapat rasa syukur. Ini adalah hari dimana Abu merasa selaku manusia tidak memiliki alasan yang menyatakan Allah tidak mencintai kita, hamba-Nya yang penuh salah dan lupa ini.

Langsa, 00:39 WIB, 5 Januari 2023

Baca juga: KISAH KISAH PETUALANGAN SI ABU

Posted in Cerita, Kisah-Kisah | Tagged , , , , , , , , , , , , , | Leave a comment

GELAS KEHIDUPAN

Hidup ibarat filem dimana kamu tokoh utamanya. Tapi kamu harus siap juga jika menjadi cameo dalam filemnya orang lain.

GELAS KEHIDUPAN

Sepasang suami istri duduk di sebuah taman kota, masing-masing membawa satu gelas plastik jus alpukat, terdistorsi oleh sebuah momen jus sang istri jatuh. Si suami berusaha sigap menangkap dan gagal. Mereka tertawa kemudian berbagi segelas jus yang tersisa. Perasaan dua orang itu apakah cinta?

Cinta kita sering mendengar namanya, tanpa pernah tahu apa defenisi sebenarnya, tetapi barang siapa yang memiliki hati pasti akan mampu merasakan cinta. Sebagaimana barang siapa yang merasakan pahitnya kerinduan pasti memahami bagaimana hangatnya pertemuan.

Hidup ibarat filem dimana kamu tokoh utamanya. Tapi kamu harus siap juga jika menjadi cameo dalam filemnya orang lain.

Sambil berlari pelan berkeliling lapangan, menyaksikan kejadian tersebut terpikir bahwa hidup ini adalah ibarat sebuah tayangan filem dimana kamu adalah tokoh utamanya. Ada banyak tokoh-tokoh lain maupun filem-filem lain yang bersinggungan, yang mana kamu harus siap menjadi cameo dalam filemnya orang lain, atau mungkin merupakan peran antagonis yang bengis bagi mereka.

Kita semua manusia rentan terhadap kesalahan, acapkali melupakan. Atau memiliki persepsi tentang sebuah kebenaran yang pihak lain melihatnya sebagai kejahiliyahan. Penting juga membuka persepsi dan tidak membatasi informasi hanya pada satu sumber, manusia diberikan akal. Logika adalah sebuah pelatihan tentang seni berpikir, menganalisa dan jika diterapkan dengan benar maka logika bisa mengatasi kurangnya kebijaksanaan, yang hanya bisa diperoleh melalui usia dan pengalaman.

Ketika layar filem kehidupan terkembang, pengusahaan, pendayagunaan, penghisapan, pemerasan adalah hal-hal yang kita lihat. Hidup memang tidak adil, namun keadilan dunia malah ditampakkan dengan kasat mata dengan ketidakadilan tersebut. Karena keadilan hakiki tentu hanya ada dihari pembalasan. Bagi mereka yang percaya pada keadilan Tuhan maka sesungguhnya dunia ini rapuh bagai jaring laba-laba.

Tanpa akal dan akhlak manusia bagai binatang purba yang merindukan pergelutan berdarah-darah, pertarungan dalam rimba untuk menghancurkan pelipis musuh. Ibarat sebuah panggung kita semua adalah pemeran utama dari kehidupan kita. Hidup yang hanya satu kali saja, tapi ini bukan cerita Hollywood yang bisa dibuat sekuel, atau diulangi lagi. Nikmatilah segala lelucon, kesedihan ataupun kegembiraan dengan sebaik-baiknya hidup.

Beratnya perpisahan adalah sebuah kenyataan bahwa manusia sebagai makhluk tidak punya kemampuan hadir di dua tempat dalam waktu bersamaan, sebuah klausul yang berakibat bahwa ia tak mampu mengerjakan dua pekerjaan atau pemikiran sekaligus. Semua harus runut dalam waktu.

Pada akhirnya seiring berjalannya umur, seharusnya kita menyadari bahwa kehidupan bukan cerita untuk menyalurkan kehebatan, melainkan adalah kisah tentang bagaimana mengendalikan hawa nafsu. Setiap pertemuan pasti akan membawa hikmah. Bertemu dengan mereka yang baik akan memberimu kebahagiaan, mereka yang buruk dan atau jahat akan memberimu pelajaran tentang kehidupan. Akan tetapi bertemu orang-orang yang terbaik akan memberimu kenangan. Masalahnya bersediakan kamu menjadi kenangan yang indah bagi orang lain?

Langsa, 16 Desember 2022

Beberapa renungan terdahulu:

  1. Laut Dan Senja; 10 Januari 2019;
  2. Jika Hari Ini Adalah Kemarin; 20 Februari 2019;
  3. Jangan Mencintai Lautan; 3 April 2019;
  4. Syair Perahu oleh Hamzah Fansuri; 3 April 2019;
  5. Seorang Tanpa Nama Tanpa Gelar; 15 Mei 2019;
  6. Membaca Angin Menghindari Badai; 28 September 2019;
  7. Perjalanan Yang Luar Biasa; 4 Desember 2019;
  8. Sunyi; 19 Maret 2020;
  9. Apa Arti Masa Depan; 10 Juli 2020;
  10. Perahu Baa Mencapai Alif; 23 September 2020;
  11. Penjara Pikiran; 9 Oktober 2020;
  12. Semerbak Aroma Angsana di Banda Aceh; 30 November 2020;
  13. Derita; 14 Juli 2021;
  14. Alamanak Akan Terus Berganti; 4 Januari 2022;
  15. Prosa Alam Gayo Lues; 12 Agustus 2022;
Posted in Kolom, Mari Berpikir, Pengembangan diri | Tagged , , , , , , , , , , , , , , , , | 2 Comments

MIMPI MIMPI PION

Mereka yang melupakan mimpi-mimpinya akan bangun dalam keadaan kalah

MIMPI MIMPI PION

Siapakah yang berperang mati-matian di Surabaya?

Pada sejarah kita akan menemukan nama para tokoh berjasa

Namun apakah proklamator akan memanggul senjata dan terjun dalam pertempuran berdarah-darah

Ketika rumah-rumah di Aceh di bakar

Siapakah yang mendirikan kembali di tempat itu, anak siapa?

Gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, siapakah para pekerjanya?

Bagaimana keadaan malam setelah monument nasional didirikan?

Kemanakah para buruh pergi? Di ibukota Jakarta

Penuh dengan bangunan-bangunan tinggi, siapakah pemilik tanah yang digusur. Bukankah yang mendapat pujian hanya istana dan para penghuninya

Ketika tsunami Aceh menerjang, pagi itu di sapu samudera. Laut menangisi orang biasa yang pergi hari itu

Iskandar Muda pernah mengepung Malaka. Apakah dia pergi perang sendiri saja?

Raden Wijaya menghalau tentara Mongol dan mendirikan Majapahit

Apakah tidak ada tukang masak bersamanya?

Sultan Muhammad Daudsyah menangisi kerajaannya yang di invasi Belanda

Istana dibakar, tanah-tanah serta emas dijarah. Tapi apakah dia satu-satunya yang menderita di perang Aceh lawan Belanda

Ketika Sukarno dan Hatta membaca proklamasi siapa yang membuat teh untuk mereka?

Setiap halaman sejarah setiap kejayaan

Ada anak buah yang terkorban, apakah nama mereka disebut satu persatu

Terlalu banyak orang terlalu banyak cerita yang terlupakan

Apakah kacung-kacung ini pantas berharap kejayaan?

Maka lupakan azas kepatutan dan kepantasan yang disebut oleh pejabat yang tak pernah berkeringat dan berdaki itu

Mereka yang melupakan mimpi-mimpinya akan bangun dalam keadaan kalah

Bermimpilah meski itu adalah getirnya kenyataan

Langsa, 30 November 2022

Beberapa puisi terakhir:

  1. Penantian; 21 Februari 2018;
  2. Di Tepian Pantai Pulau Bunta; 6 Maret 2018;
  3. Dengarlah Suara Kematian; 15 Juli 2018;
  4. Telatah Yang Patah-Patah Menuju Makrifat; 11 Desember 2018;
  5. Laut Dan Senja; 10 Januari 2019;
  6. Jika Hari Ini Adalah Kemarin; 20 Februari 2019;
  7. Jangan Mencintai Lautan; 4 April 2019;
  8. Seorang Tanpa Nama Tanpa Gelar; 15 Mei 2019;
  9. Peucut Kherkof Suatu Masa; 24 September 2019;
  10. Mengunci Malam; 1 April 2020;
  11. Apa Arti Masa Depan; 10 Juli 2020;
  12. Perahu Baa Mencapai Alif; 23 September 2020;
  13. Jejak Langkah; 26 Desember 2020;
  14. Hati Resah Berkisah; 1 April 2021;
  15. Kopi Pahit Semalam; 11 Agustus 2021;
Posted in Mari Berpikir, Puisiku | Tagged , , , , , , , , , , , , , , | 4 Comments

OH MASA LALU TERNYATA SUNGGUH JAUH AKU BERJARAK DENGANMU

Pagi hari pada tanggal 8 Agustus 2008 di Masjid Pusong Lhokseumawe.

OH MASA LALU TERNYATA SUNGGUH JAUH AKU BERJARAK DENGANMU

Beberapa orang bertanya apakah kisah-kisah Abu adalah sebuah cerita yang murni fiksi ataukan diary dari pengalaman hidup Abu. Kehidupan nyata jarang sekali memiliki alur yang memuaskan sebagaimana sebuah cerita, rasa-rasanya kehidupan akan selalu menghasilkan akhir yang suram atau mungkin datar-datar saja. Tapi di sisi lain Abu tak menampik beberapa peristiwa dalam cerita hadir dari pengalaman hidup Abu sendiri yang telah diberi bumbu sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan atau hikmah. Maka jawaban pertanyaan dari orang-orang tersebut bahwa kisah Abu ini bukanlah murni cerita sekaligus kaffah sebuah diary.

Berbeda dengan Hollywood dimana filem yang sukses akan memiliki sekuel, hidup kita tak begitu hanya sekali lalu mati. Selayaknya dijalani dengan sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya. Abu sejenak mencoba mengingat momen-momen emas dalam hidup, setiap hari bertambah dewasa kemudian dihisap oleh rutinitas betapa Abu menyadari bahwa tiap-tiap manusia sebagaimana diri sendiri bukanlah robot, kita memiliki rasa atas apa-apa yang telah kita lalui bersama waktu. Perubahan adalah syarat berjalannya waktu kita manusia harus siap menjadi bentuk terbaru dari dirinya setiap detik berjalan. Ketika menilik kebelakang seraya menghirup aroma kopi mix di depan laptop Abu mencoba mengingat dan bercerita tentang masa lalu.

Pertengahan tahun 1990. Hari itu adalah hari pertama Abu pergi ke sekolah, masuk Madrasah Ibtidaiyah (setingkat Sekolah Dasar) riuh suara anak-anak di antar orang tuanya sebentar lagi usai, kelas pertama di mulai. Menatap sendu Ibu yang mengantar ke pintu kelas. Ada perasaan gentar melihat teman-teman baru, ada yang membawa termos warna-warni dan beberapa anak perempuan mengenakan pita. Decit suara kapur pun di mulai dan bu guru membuka kelas dengan ramah. Sekolah adalah dunia yang sama sekali asing bagi Abu yang waktu itu berusia 6 tahun, biasanya di rumah (sebagai anak pertama) adalah raja dengan adik-adik sebagai punggawa. Di sekolah harus membaur dan rasanya Abu belum siap menuju samudera lepas ini. Abu mengintip keluar dan memastikan ibu masih menunggu diluar, Abu bertanya dalam hati bagaimana jika tali sepatu lepas? Abu belum belajar cara mengikatnya. Waktu berjalan sangat perlahan ketika tiba-tiba Abu mendapati ibu sudah tidak tampak lagi di jendela. Kegelisahan memuncak maka terjadilah! Abu menjerit sekuat tenaga menangis memanggil-manggil ibu sementara seisi kelas terkejut, dan semua pandangan mengarah kepada Abu, semakin tertekan Abu semakin keras menjerit. Akhirnya ibu kembali dan memeluk Abu. Akhirnya bu guru mengizinkan Abu pulang karena Abu terus meminta. Rasa takut kerap kali mengalahkan rasa malu, tak peduli Abu melangkah pergi tak sanggup menghadapi dunia sekolah. Mulai keesokan harinya Abu diberi kemudahan oleh guru untuk mengikuti pelajaran dengan didampingi Ibu, dan terjadilah momen paling cemen seumur hidup ketika belajar ibu menyuapkan es krim dan menyemangati untuk belajar. Ini adalah cuplikan adegan yang paling memalukan dalam hidup Abu, tapi di sisi lain membuat Abu merasa sangat dicintai oleh Ibu. Bahwa dalam keadaan paling memalukan sekalipun beliau selalu di sisi Abu.

Hari-hari sekolah pun berjalan dan Abu akhirnya belajar berteman dan menemukan sahabat-sahabat terbaik di madrasah. Mereka tidak pernah menyinggung kejadian menangis itu dan Abu sempat merasa semua lupa. Sampai di kelas 6 Abu dicalonkan menjadi ketua kelas dan dengan segala kharisma yang telah ada waktu itu Abu memenangkannya dengan mudah. Seorang gadis manis, pujaan sekolah mendatangi Abu dan mengucapkan selamat, ia tersenyum dengan lesung pipi yang masih Abu ingat sampai sekarang kemudian berkata. “Tidak disangka ya Abu dulunya anak yang menangis ketika masuk sekolah sekarang bisa menjadi ketua kelas.” Sebuah belati tajam menusuk ulu hati Abu kemudian melirik kawan-kawan tim sukses, mereka ada yang menunduk, bersiul atau memberikan jempol ke Abu. Kalian memang sahabat-sahabat terbaik. Belum pernah dalam hidup Abu mendapatkan bintang terang di mata gadis-gadis sekolah seperti ini, kalian sungguh luar biasa. Abu tersenyum rasa dingin di hati berubah menjadi hangat dan mata Abu berkaca-kaca, sial! Dengan sigap Abu mengucapkan terima kasih dan percakapan kami berhenti disitu. Abu tidak berpengalaman berbicara dengan perempuan, apapun itu jika itu bukan keahlianmu maka hindari.

Abu selain memiliki sikap yang ekspresif juga memiliki ingatan yang tajam terhadap masa lalu. Hal ini diamini oleh Ibu Abu tapi dengan catatan bahwa Abu hanya melupakan kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat tapi tidak pernah melupakan kesalahan orang lain, dan itu mengesalkan katanya. Otak merekam peristiwa kemudian ketika kita mengaksesnya kembali telah berubah menjadi informasi. Kendalanya kita tidak bisa memilih apa yang kita ingat dan apa yang kita lupakan. Pernah ada kejadian Abu bertemu dengan seorang teman SMA baru-baru ini dan dia mengungkapkan bahwa dia dulu membenci Abu karena pernah berkata buruk untuknya. Mukanya jelek, orangnya dekil dan sebagainya. Abu mencoba mengingat dan telah melupakan kejadian waktu SMA itu, tapi Abu menyadari kekurangan tersebut dan meminta maaf seraya menambahkan apa kira-kira perbuatan yang bisa Abu lakukan untuk menebus kesalahan tersebut. Ia menampik dan berkata sudah lega karena telah menyampaikan perasaannya, kami bersalaman dan tertawa. Sama-sama lega karena telah memperbaharui hubungan yang telah retak dulunya (dalam hal ini Abu tidak sadar).

Masa lalu bisa memalukan untuk diceritakan, sekaligus menjadi indah dalam kenangan. Ketika mengingat kesalahan-kesalahan yang pernah Abu buat sontak merasa malu. Kita semua pernah salah, syukur bagi mereka yang mendapat pengampunan, sedang ada juga yang dihakimi kesalahan-kesalahan muda yang seharusnya ditebus. Tapi juga tak seharusnya seorang koruptor selepas masa tahanan yang sedikit itu disambut dengan suka cita dan gegap gempita. Betapa mirisnya dan menurunnya kemampuan berpikir kualitas manusia provinsi ini. Akh, Abu merasa malu.

Baca juga: KISAH KISAH PETUALANGAN SI ABU

Posted in Kisah-Kisah, Pengembangan diri | Tagged , , , , , , , , | Leave a comment