ABU NAWAS MENASEHATI RAJA

Kedermawanan dan kemegahan keluarga al-Barmaki pada masa puncak kejayaan

Kedermawanan dan kemegahan keluarga al-Barmaki pada masa puncak kejayaan.

ABU NAWAS MENASEHATI RAJA

Tatkala sayap-sayap elang terpangkas, sebilah belati ditikamkan ke jantungnya.

Sejarah dan berbagai legenda menceritakan bahwa zaman keemasan Baghdad terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dengan menjadi pusat dunia dengan tingkat kemakmuran luar biasa. Saat itu Baghdad menjadi “kota yang tiada bandingannya di seluruh dunia”. Ini adalah masa-masa ketika khalifah belum teracuni oleh kebudayaan Persia, semakin tenggelam di tengah harem-haremnya. Begitulah hikayat bercerita.

Abu Nawas menjadi teman setia ar-Rasyid, dan pengawalnya dalam berbagai petualangan di malam hari. Apakah menjadi teman dekat raja itu menyenangkan? Belum tentu! Kadang kala ketika merasa sangat dekat kita merasa raja itu adalah seorang teman biasa, dan melupakan bahwa dia adalah raja. Seorang raja dengan kekuasaannya bisa sangat kejam, ada pepatah yang mengatakan, “Tuhan jauh, raja dekat.” Sesungguhnya Tuhan Maha Pengampun dan menerima taubat, sedang raja tidak. Maka berhati-hatilah, jika tidak tragedi keluarga Barmaki akan berulang.

Tragedi keluarga Barmaki

Tragedi keluarga Barmaki merupakan catatan hitam dalam sejarah khalifah Harun ar-Rayid. Bermula sejak Khalid bin Barmak diangkat menjadi wazir (perdana menteri), pengaruh keluarga ini semakin bertambah besar dalam pemerintah dinasti Abbasiyah. Putranya Yahya bin Khalid al-Barmaki menjabat sebagai wazir pada masa khalifah al-Mahdi dan al-Hadi. Cucunya Jafar bin Yahya al-Barmaki menjabat wazir pada masa khalifah Harun ar-Rasyid, saudara Yahya yaitu Fadhl bin Yahya menjabat sebagai wali (gubernur) Azerbaijan. Kedudukan tersebut membuat kekayaan keluarga Barmaki melimpah dengan kemegahan dan kekayaan yang nyaris menandingi khalifah. Keluarga Barmaki, terutama Jafar memiliki hubungan dekat dengan khalifah ar-Rasyid, mereka membantu dan menjalankan pemerintahan secara baik. Sejarawan menyebut mereka sebagai bunga bagi seluruh dinasti Abbasiyah dengan memimpin pasukan, menaklukkan musuh-musuh dan mempertahankan kedaulatan dinasti.

Keluarga Barmaki membangun istana di sebelah timur Baghdad. Istana Jafar, “al-Ja’fari” menjadi kediaman utama dari sejumlah istana yang dibangun. Berbagai bangunan berdiri di tepi sungai Tigris. Mereka terkenal dengan kedermawanannya, di negeri-negeri Arab, kata barmaki menjadi sinonim kata dermawan dan ungkapan “sedermawan Jafar” menjadi peribahasa yang dikenal luas. Jafar sendiri bersahabat dekat dengan Harun ar-Rasyid.

Sampai pada suatu hari khalifah Harun ar-Rasyid memerintahkan pembunuhan atas Jafar bin Yahya selaku kepala keluarga itu dan yang lainnya dimasukkan ke dalam penjara. Istana mereka di hancurkan dan seluruh harta disita. Kejadian pemusnahan keluarga Barmaki pada tahun 802 Masehi itu terjadi dengan sebab-sebab yang tidak jelas.

Eksekusi Jafar bin Yahya al-Barmaki atas suruhan Khalifah Harun ar-Rasyid

Eksekusi Jafar bin Yahya al-Barmaki atas suruhan Khalifah Harun ar-Rasyid.

Salah satu dugaan penyebab tragedi keluarga Barmaki adalah karena Jafar telah menyinggung khalifah. Kepala Jafar dibawa kehadapan khalifah kemudian jasadnya dipotong tiga kemudian kepala dan tiga potongan kepalanya digantung di jembatan sungai Tigris. Selain jangan pernah menyingung raja, kejadian ini memberikan kita pelajaran lain yang sangat penting mengapa tradisi hukum islam dibentuk oleh ulama dan ahli hukum fiqih. Kita tidak bisa membayangkan jika para raja menciptakan hukum yang menjadi tradisi yang harus kita ikuti.

Pengaruh Filsafat Yunani

Dahulu kala bangsa Yunani memahami nilai dari waktu senggang, mereka mengurangi tugas sampai sekecil mungkin dengan hidup dalam lingkungan yang luar biasa sederhana. Mereka terbiasa berdiskusi tidak hanya untuk urusan sehari-hari, seperti perlu tidaknya menaikkan pajak dalam rapat umum. Mereka bahkan mempelajari hal-ikhwal alam semesta. Orang-orang Yunani lebih dahulu suka memikirkan persoalan, dari bahan apa dunia ini tersusun, dan apa yang menjadi penyebab segala kejadian dan peristiwa. Kegiatan berpikir seperti itu dinamakan filsafat.

Pada masa dinasti Umayyah, pengaruh kebudayaan Yunani belum terlihat karena penguasa Ummayyah lebih tertuju kepada kebudayaan Arab. Pengaruh ini mulai masuk pada dinasti Abbasiyah melalui orang-orang Persia yang memiliki jabatan dan peranan penting dalam struktur pemerintahan. Para khalifah pada mulanya hanya tertarik pada ilmu kedokteran dan pengobatan, tapi kemudian tertarik pada filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya. Itu semua tidak terlepas dari adanya usaha penerjemahan buku-buku Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Kelak ini akan melahirkan ilmu filsafat Islam.

Pertanyaan sang khalifah

Cerita diatas adalah fakta sejarah, selanjutnya adalah sahibul hikayat.

Pemikiran bisa jadi sangat bebas, melayang di angkasa. Pada suatu hari khalifah Harun ar-Rasyid ketika merenung, berpikir kemudian bertanya-tanya kepada dirinya. “Sedang apakah Allah saat ini?” Segera dia bertanya kepada pada ulama istana.  Para ulama istana terdiam, tidak berani menjawab. Meskipun ulama istana mereka tidak berani menjawab sesuatu yang dilarang oleh ilmu tauhid.

Khalifah kemudian bertanya, “jika kalian tidak sanggup menjawab maka siapakah yang bisa menjawabnya?”

Para ulama istana lagi-lagi terdiam, tidak mungkin mereka mengorbankan seorang ulama non-istana untuk menjawabnya. Meskipun mereka bergaji dari khalifah tapi hati nurani masih ada. Jika mereka memberikan jawaban yang salah bisa berbahaya, seperti Haman yang menasehati Firaun.

Tidak semua pertanyaan harus dijawab, tidak semua komentar perlu ditanggapi. Tapi raja tidak bisa diabaikan, jika diabaikan maka raja marah. “Aku beri waktu tiga hari kepada kalian untuk menjawab! Atau carikan orang yang bisa menjawabnya! Jika tidak kalian semua akan aku hukum!”

Abu Nawas adalah solusi

Kemudian mereka berembuk siapa yang bisa menjawabnya. Seseorang dengan kualitas ilmu mumpuni, mampu menyusun kata yang tidak menyinggung hati khalifah sekaligus tidak melanggar kaidah ilmu tauhid. Kalau diserahkan kepada seorang yang tidak diplomatis maka akan mengundang bencana. Sulit memang mencari jawaban tengah untuk pertanyaan khalifah, karena dalam Islam dilarang untuk memikirkan zat Allah melainkan diperintahkan merenungi ciptaan-Nya. Disitulah ditemukan keimanan.

Sampai pada suatu saat seseorang di antara mereka berkata, “bagaimana jika kita suruh Abu Nawas yang menjawabnya?”

Abu Nawas mampu membawa humor, celah yang menyela diantara kedapnya keyakinan dan angkuhnya sebuah kekuasaan besar. Kepandirannya boleh diharapkan untuk menangkis fantasi yang menyimpang.

“Benar sekali kita jemput Abu Nawas tapi jangan sampai pertanyaan ini bocor kepadanya. Kalau sampai dia tahu pertanyaan khalifah ini, dia akan melarikan diri ke Damaskus sesegera mungkin.” Dan mereka sepakat.

Abu Nawas menjawab rahasia Ketuhanan

Segera Abu Nawas dihadapkan kepada khalifah Harun ar-Rasyid. Sang raja terkejut yang dihadapkan kepadanya adalah seorang badut untuk ditertawakan. Ia memandanginya dengan tak serius. “Jadi kamu yang bisa menjawab pertanyaanku?”

Abu Nawas memandangi ke kiri kanan, pertanyaan apa? Pikirnya, sialan aku dikerjai. Tapi dasar Abu Nawas tak memandangi resiko ia malah berkata, “tidak ada teka-teki sukar yang tidak dapat hamba pecahkan paduka!”

Teka-teki apa? Tapi hasrat Harun ar-Rasyid sedang membuncah untuk mengetahui jawaban pertanyaannya. “Baiklah kalau begitu jawab pertanyaannya! Sedang apakah Allah saat ini?”

Abu Nawas terdiam sesaat. Apa-apaan pertanyaan ini? Lagi-lagi dia melihat ke kiri-kanan seraya menunjuk para ulama istana. “Mereka tidak menjawabnya paduka?”

Raja menggeleng dan para ulama istana pucat pasi.

Abu Nawas menarik nafas, dan membuka topinya kemudian menggaruk-garuk kepalanya, berpikir. “Ini adalah rahasia Ketuhanan paduka.”

“Kalaupun rahasia beritahukan kepadaku!”

“Begini tuanku, sebenarnya mereka sudah tahu jawabannya. Tapi syarat mengetahui rahasia Ketuhanan ini sangat berat. Mungkin mereka takut kepada paduka sehingga tidak berani mengutarakannya.”

Kening raja berkerut. “Katakan padaku apa syaratnya!”

“Hamba takut paduka marah.”

“Aku janji tidak akan marah.”

“Syaratnya berat paduka. Sangat berat.”

“Kamu pikir aku tidak mampu?”

“Mampu paduka, tapi berat paduka sebaiknya jangan.”

“Katakan kepadaku.”

“Janji paduka tidak marah?”

“Janji!”

“Syaratnya kita harus bertukar tempat paduka. Baru bisa hamba katakan jawabannya.”

“Maksudmu?”

“Hamba duduk di singgasana, paduka berdiri ditempat hamba sekarang.”

Harun ar-Rasyid terdiam, tapi rasa ingin tahunya malah semakin menggelegak. “Baiklah!” Ia turun dari singgasananya dan mendorong Abu Nawas duduk disana.

Abu Nawas duduk dengan canggung, celingak celingguk, “Benar paduka ingin tahu Allah sedang apa saat ini?”

Harun ar-Rasyid mengangguk.

Maka Abu Nawas menjawab. “Allah dengan kekuasaan-Nya saat ini menjadikan Abu Nawas sebagai seorang raja dan Harun ar-Rasyid sebagai rakyat biasa.”

Suasana balairung istana sunyi, seolah malaikat lewat. Suasana mencekam.

Tiba-tiba Harun ar-Rasyid tertawa terpingkal-pingkal. “Kamu lucu Abu Nawas, tapi kamu benar. Pengawal ambilkan sekantong emas dari bendahara berikan kepada Abu Nawas.” Segera seorang pengawal pergi dari ruangan itu melaksanakan perintah raja.

Abu Nawas pun turun dari singgasana dan Harun ar-Rasyid naik kembali ke atas tahta. Menerima hadiah Abu Nawas pun pulang dengan riang gembira.

Abu Nawas menasehati sang raja

“Kami pikir kamu tidak lucu tadi Abu Nawas, kenapa raja tertawa?” Tanya seorang teman yang menyaksikan kejadian tersebut.

“Kamu tidak tahu pikiran sang raja. Lebih baik kata-kata yang tadi dianggap lucu daripada sebagai ancaman. Keluarga Barmaki selalu menasehati kebaikan tapi dimusnahkan oleh raja, nasehatku tadi dianggap lucu karena itu aku selamat.” Kata Abu Nawas.

“Memang itu tadi nasehat?”

Abu Nawas memandangi temannya. “Tentu itu tadi nasehat kawan. Allah dengan segala kekuasaan-Nya bebas berkehendak. IA berhak mencabut kerajaan siapapun, seketika dan tanpa ampun. Atau membiarkan seseorang berkuasa!”

Kawan Abu Nawas kemudian bergumam, “untung juga nasehatmu tadi dianggap lucu ya.”

“Untuk itu bersyukur kepada Allah S.W.T. Sedari tadi.” Mereka pun tertawa.

Abu Nawas menghadirkan politik lelucon, humor yang terasa dekat, bahagia secara akrab disaat waktu terlalu sempit untuk memaki atau menangisi nasib. Hadir menampilkan ironi, membuka pintu arif tak heran ia menjangkau siapa saja.

XXX

Berbagai opini :

  1. Tragedi Andalusia Mungkinkah Berulang; 30 Desember 2008;
  2. Apalah Artinya Sebuah Nama; 13 Juli 2009;
  3. Jangan Melupakan Sejarah; 26 Juli 2009;
  4. Menulis Haruskah Pintar; 26 Oktober 2009;
  5. Menegakkan Keadilan; 3 November 2009;
  6. Apa Yang Machiavelli Lakukan; 1 Juni 2011;
  7. Filosofi Gob; 10 Oktober 2011;
  8. Makna Puisi Yang Hilang; 5 Januari 2011
  9. Politik Abu Nawas; 24 Juli 2012;
  10. Kebenaran Yang Samar; 28 Februari 2013;
  11. Sultan Abu Nawas; 1 November 2013;
  12. Misi Mencari Abu Nawas; 7 Maret 2016;
  13. Membakar Buku Membunuh Inteletual; 6 Juni 2016;
  14. Memutus Lingkaran Kebencian; 8 Juli 2017;
  15. Ketika Kritis Itu Haram; 9 Oktober 2017;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cerita, Cuplikan Sejarah, Kisah-Kisah, Kolom, Mari Berpikir, Opini, Pengembangan diri and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

15 Responses to ABU NAWAS MENASEHATI RAJA

  1. Pingback: MASA-MASA KEMUNDURAN ISLAM | Tengkuputeh

  2. Pingback: KENAPA SEJARAH TAK BOLEH DILUPAKAN | Tengkuputeh

  3. Pingback: MENELUSURI SEJARAH PERANG SALIB | Tengkuputeh

  4. Pingback: AKHIR RIWAYAT SANG DURJANA | Tengkuputeh

  5. Pingback: HIKAYAT MEURAH SILU | Tengkuputeh

  6. Pingback: ILMU MEMAHAMI ILMU | Tengkuputeh

  7. Pingback: RAJA DEKAT TUHAN JAUH | Tengkuputeh

  8. Pingback: PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IBNU RUSYD | Tengkuputeh

  9. Pingback: LEMBU PATAH | Tengkuputeh

  10. Pingback: JANGAN (MUDAH) PERCAYA DENGAN APA YANG KAU BACA | Tengkuputeh

  11. Pingback: ACEH YANG DILUPAKAN | Tengkuputeh

  12. Pingback: TRAGEDI BARBASTRO | Tengkuputeh

  13. Pingback: ANDALUSIA SAYUP SAYUP SUARAMU SAMPAI | Tengkuputeh

  14. Pingback: SEJARAH TAK BERPIHAK KEPADA KITA | Tengkuputeh

  15. Pingback: DI BAWAH NAUNGAN LENTERA | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.