MEMUTUS LINGKARAN KEBENCIAN
Orang yang penakut pada saat OSPEK ternyata (sering) menjadi sangat garang ketika menjadi mentor, orang yang sangat tersiksa oleh suatu keadaan ternyata kerap menjadi penguasa yang menindas lebih keras dari pendahulunya. Jika seorang untuk mendapat pekerjaan menyogok 100 juta, maka ketika pegang kuasa akan meminta sogokan 200 juta, dan terus berlanjut. Terus membesar menjadi bola salju dari masa ke masa, tidak akan pernah selesai dan akhirnya menjadi lingkaran Kebencian (setan).
Ternyata manusia memiliki kecenderungan meniru apa yang ia benci, terkadang sifat meniru itu malah menjadikannya “lebih menjadi-jadi” dan lebih “ganas”. Tiap penindasan sebagaimana penjajahan adalah buruk. Hanya orang yang kotor isi kepalanya yang menganggap penjajahan mememiliki sisi baik dan buruk. Pemikiran bahwa penjajahan adalah memiliki sisi baik pernah ditanam di Indonesia melalui Belanda, kedatangan mereka adalah untuk membawa peradaban kepada penduduk Nusantara itu palsu!
Sejarah copy paste kebencian
Sejarah adalah ilmu yang menakjubkan, tiap-tiap kejadian di masa lalu tentu tak akan sama persis dengan hari ini, tapi ia memiliki pola dan jika kita berpikir dan mengkajinya dapat menjadi pembelajaran.

Kejadian yang menimpa kaum muslimin di Barbastro sesungguhnya ujian terbesar, jika bukan yang paling besar. Karena peristiwa yang terjadi di sana jauh lebih hebat dari yang digambarkan.
Ketika kekuasaan Islam di Cordova jatuh ke tangan Fernando de Castilla (1236), Portugal oleh Alfonso II (1249), dan daerah terakhir di Semenanjung Iberia di Granada jatuh ke tangan Raja Ferdinand (Arragon) dan Isabella (Castille) pada 1492. Segera pembalasan dendam dilakukan, pemaksaan kembali ke agama Kristen pun dilakukan. Padahal ketika berkuasa penguasa Islam yaitu Dinasti Ummayyah dan penerusnya tidak pernah melakukan pemaksaan agama kepada penduduk negeri yang ditaklukkan. Kita mengetahui bahwa selama 800 tahun Andalusia (Meliputi Spanyol, Portugal dan Perancis Selatan) merupakan pusat peradaban Islam, dalam rentang itu bangsawan Moor-Islam dan Spanyol-Kristen sudah melakukan kawin campur.
Pada 1492 Ferdinand dan Isabella mengeluarkan Dekret Alhambra yang memerintahkan seluruh Yahudi untuk meninggalkan Spanyol. Umat Islam di Spanyol juga mendapat perintah serupa. Banyak di antara mereka yang pindah ke agama Kristen daripada harus meninggalkan Spanyol, dan mereka ini disebut dengan istilah conversos. Para conversos ini dicurigai tidak pindah agama dengan jujur dan tulus.
Orang-orang Islam di Spanyol, Mudéjars atau yang sudah pindah ke Katolik, disebut Moriscos, tak luput dari penganiayaan yang dilakukan oleh Inkuisisi Spanyol. Menurut Perjanjian Granada (1491), umat Islam dijanjikan kebebasan beragama, namun perjanjian ini tidak berumur panjang. Pada 1502, umat Muslim diberikan ultimatum untuk masuk Kristen atau meninggalkan Spanyol. Mayoritas mereka pindah agama, namun hanya di luar saja, karena mereka masih berpakaian dan berbicara sebagaimana sebelumnya, beribadah menurut agama Islam secara sembunyi-sembunyi, dan menggunakan tulisan Aljamiado. Hal ini menyebabkan Kardinal Cisneros untuk menerapkan peraturan yang lebih keras dan memaksa, sehingga memicu sebuah pemberontakan. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan (1502), dan pihak Spanyol menggunakan pemberontakan ini sebagai alasan untuk membatalkan Perjanjian Granada. Pada 1508, pakaian bernuansa Islam dilarang. Pada 1526 dan 1527, peraturan yang lebih keras lagi dikeluarkan. Pada 1567, Raja Felipe II mengeluarkan baru yang melarang penggunaan nama berbau Islam, pakaian Islam, serta larangan berbahasa Arab. Bahkan orang-orang Islam diberitahu anak-anak mereka nantinya harus diserahkan untuk dididik para pendeta Kristen. Seluruh 300.000 moriscos akhirnya diusir dari Spanyol pada 1609–1614, oleh Raja Felipe III.
Mengapa pembalasan dendam itu terjadi? Mungkin karena mereka merasa tidak ada keadilan dalam penjajahan. Pembalasan berlanjut, setelah menemukan Tanjung Harapan, Vasco da Gama menaklukkan kerajaan Islam Goa di India dan menjadikan koloni kerajaan Portugal. Alfonso de Albuquerqe menaklukkan kekuatan Islam di Malaka dan membuka jalan ke Nusantara. Afrika, India dan Indo-Cina, kolonialisme Barat menghancurkan kekuatan Islam. Rute kematian dan darah tersebut dibuka dengan semboyan “gold”, “gospel”, dan “glory”. Penemuan jalur laut membuat kekuatan Barat dengan gemilang “melompati” Turki sebagai kekuatan besar Islam yang menjadi palang pintu ke timur, laut menjadi jalan tol dan bebas hambatan (berarti). Hasilnya? Pemusnahan suatu bangsa oleh bangsa lain, semua itu dipicu oleh kebencian.
Penindasan itu melebar ke Eropa
Spanyol juga menjajah Belanda. Penindasan terus-menerus oleh Spanyol kepada Belanda menyebabkan terjadinya Perang Delapan Puluh Tahun atau Pemberontakan Belanda (1566-1648), adalah pemberontakan Tujuh Belas Provinsi di Belanda terhadap raja Spanyol. Awalnya, Spanyol berhasil meredam pemberontakan ini, tetapi tahun 1572 pihak pemberontak berhasil menguasai Brielle, dan pemberontak akhirnya menang dan memperoleh kemerdekaan melalui Perdamaian Munster(1648).
Setelah merdeka Belanda mereka mengikuti jejak penjajah mereka, Spanyol. Mereka membangun imperium kolonial seberang lautan. Hal ini didukung oleh ketrampilan Belanda dalam bidang pelayaran dan perdagangan, tapi Belanda mempelajari kelemahan Spanyol yaitu ketidakmampuan pemanfaatan kapital, jadi Belanda mendirikan jajahan dengan model Negara kapitalis tidak langsung yang pengelolaannya diserahkan kepada perusahaan-perusahaan kolonial, salah satunya VOC yang menaklukkan sebagian besar kerajaan di Indonesia.
Penjajahan adalah kejahatan yang disertai penindasan. Siapa yang hendak membantah?
Meskipun satu ras dan satu agama, Belgia dan Belanda yang tadinya satu berpisah pada tahun 1830. Belgia memerdekakan diri. Mengapa? Karena Belgia merasa dijajah. Padahal orang-orang Belanda tidak pernah memaksa orang-orang Belgia menanam cengkeh atau pala seperti yang dialami orang-orang Maluku dan tidak ada pembakaran kampung dan pembunuhan masal seperti yang dilakukan oleh Belanda di Aceh dan Gayo.
Belgia sendiri ternyata menjadi penjajah yang lebih kejam dari Belanda. Raja Leopold II dari Belgia (1835-1909) yang memerintah dari 17 Desember 1865 sampai 1909. Ketika Belgia menjajah Kongo, Leopold II menyulap negeri yang sebelumnya damai menjadi Negara yang 100 persen menjadi budak. Dibawah panjinya, Leopold II memaksa orang-orang Kongo untuk mengais sumber daya mereka sendiri dan memenuhi kantong-kantong harta Leopold II. Awalnya dengan pengumpulan gading, dan setelah harga karet naik pada tahun 1890-an, ia memaksa penduduk asli mengumpulkan getah karet. Leopold II begitu kejam kepada orang-orang kongo, lewat tangan para prajuritnya, ia membantai dan memutilasi orang-orang yang tak mau bekerja. Setidaknya 10 juta orang Kongo tewas semasa penjajahan Belgia, melebihi kematian 6 juta Yahudi oleh Hitler yang menguncang dunia. Lucunya, Leopold II seolah tak ingin bertanggungjawab terhadap hal tersebut setelah diketahui membantai 10 juta orang. Ia memberikan kuasanya kepada parlemen, membuat ia harus turun tahta. Tapi Leopold II masih bisa menikmati hidupnya dengan segala harta yang dimilikinya, diatas penderitaan orang lain.
Penjajahan di Indonesia

VOC ships, the pirates white, proclaimed the civilizing mission to the nations in the archipelago. Though clearly the purpose behind them came to the archipelago is there to “colonize” the natives.
Di Indonesia sendiri setelah VOC bangkrut dan dibubarkan pada 31 Desember 1799, pemerintah Belanda mengambil alih wilayah jajahannya di Hindia Belanda, Pada awal abad ke-19 hanya pulau Jawa yang secara keseluruhan milik Belanda, lalu pada tahun-tahun selanjutnya semua daerah lain di Nusantara (Indonesia) ditaklukkan atau “dipasifikasikan”. Penguasaan atas koloni ini menjadi penyumbang terbesar pada pengaruh global kekuatan Belanda, terutama dalam perdagangan rempah dan komoditas perkebunan lainnya. Puncaknya pada tahun 1942, Hindia Belanda meliputi semua daerah Indonesia saat ini.

Operasi Pasukan Marsose di Mukim XXII (Perang Aceh 1873-1904) Salah satu perlawanan tergigih dan terlama terhadap kolonisasi Belanda di Indonesia
Situasi berubah ketika Jepang datang, tentara Jepang datang berpura-pura menjadi “saudara tua” bagi orang-orang Indonesia mengalahkan penjajah Belanda. Pada Maret 1942, pemerintah Belanda secara resmi menyatakan kalah kepada tentara Jepang dan menandatangani perjanjian Kalijati.
Jika pada awal kedatangannya, Jepang berjanji untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda maka tak lama kemudian Jepang segera menunjukkan watak aslinya, ingin menjajah Indonesia, tapi masa pendudukan Jepang di Indonesia tidak lama. Jepang menyerah kepada sekutu setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat.
Ketika pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengumumkan kemerdekaan diproklamasikan di Jakarta. Belanda menentang dan memerangi para pejuang kemerdekaan. Baru pada tanggal 27 Desember 1949, kedaulatan Indonesia diakui. Papua Bagian Barat masih dikuasai Belanda sampai tahun 1961. Ternyata setelah merdeka Indonesia juga meniru sikap buruk penjajah yaitu Belanda dengan korupsinya dan Jepang dengan sikap birokrasi yang kaku dan cenderung militeristik. Padahal dua hal tersebut telah ditanggalkan oleh kedua penjajah kita tersebut.
Penjajahan Indonesia kepada Timor Leste
Pada tahun 1975, Timor Portugis ditelantarkan Portugal yang dilanda Revolusi Anyelir. Maka segera Timor Portugis diinvasi oleh Indonesia, dibantu oleh Australia, Inggris dan Amerika Karena ditakutkan menjadi negara komunis.
Namun PBB tidak menyetujui tindakan Indonesia. Pada tanggal 30 Agustus 1999, dalam sebuah referendum yang disponsori PBB, mayoritas rakyat Timor Timur memilih merdeka dari Indonesia. Segera setelah referendum, milisi anti kemerdekaan yang diorganisir oleh militer dan memulai kampanye bumi hangus. Menurut Wikipedia, milisi membunuh 1400 rakyat Timor Timur dan dengan paksa mendorong 300.000 rakyat mengungsi ke Timor Barat (Wilayah Republik Indonesia). Pada tanggal 20 September 1999, Angkatan Udara Internasional untuk Timor Timur (INTERFET) dikirim ke Timor Timur untuk mengakhiri kekerasan. Pemusnahan massal ini mengakibatkan Indonesia tidak memiliki warisan kebudayaan disana, suatu hal yang tidak dilakukan oleh dua penjajah kita yaitu Belanda dan Jepang. Bahkan ketika Timor Timur diakui sebagai Negara dan secara resmi merdeka dari Indonesia pada tanggal 20 Mei 2002 ketika menjadi anggota PBB, mereka memutuskan memakai nama Portugis “Timor Leste” sebagai nama resmi.
Nasib Timor Leste setelah merdeka tidak lebih baik ketika masih menjadi provinsi ke-27 Indonesia, perekonomian diklasifikasikan dengan pendapatan menegah ke bawah oleh Bank Dunia, berada di peringkat 158 dalam daftar HD. 20 persen penduduk menganggur, 52,9 persen hidup dengan kurang dari US 1,25 perhari. Walaupun telah merdeka masih bergantung pasokan barang-barang dari Indonesia mulai dari makanan pokok sampai bahan bakar minyak, secara politik sangat bergantung pada mantan penjajah Portugal, dan tidak memiliki mata uang sendiri sehingga mengadopsi mata uang Dollar Amerika Serikat. Dan entah kejelekan apa yang ditiru Timor Leste dari Indonesia sehingga kehidupan mereka menjadi lebih parah dari ketika bergabung dalam Republik Indonesia.
Bagaimana nasib kita?
Sungguh gawat nasib kita selama ini akibat kebencian terus menerus, kronis dan menjadi residu dalam darah. Para birokrat semakin beringas mencuri dari Negara ini, para senior semakin kejam kepada junior. Individu-individu semakin kejam dan beringas. Apakah ini harus kita biarkan?
Akhiri lingkaran setan ini!

Dunia ini, waktu, seperti aliran air, kadang-kadang terbelokkan oleh secuil puing, oleh tiupan angin sepoi-sepoi.
Entah mengapa dunia bekerja seperti ini? Kita tidak bisa membayangkan mengapa ini semua bergerak kearah yang semakin bengis. Ketika Romawi belum memeluk agama Kristen ada istilah “Homo Homini Lupus” yaitu “Manusia yang menjadi serigala bagi manusia lainnya.” Apa jadinya jika agama tidak turun ke muka bumi, tentu manusia menjadi lebih bengis.
Sebenarnya mengakhiri lingkaran kebencian ini sangat mudah, jika kita memiliki contoh yang benar. Ketika Nabi Muhammad S.A.W menaklukkan kota Makkah, penduduk Makkah yang pernah terang-terangan memusuhinya, dan pernah berkomplot membunuhnya, telah menyiksa para sahabatnya, dan telah memeranginya di Badar, di Uhud, dan sebagainya bertanya tentang nasib mereka.
Kata beliau, “Sekarang kamu boleh pulang, kamu semua saya bebaskan.” Dengan ucapan Rasulullah sepatah ini segenap bangsa Quraisy, dan segenap penduduk Mekkah dibebaskan dan dimaafkan dari semua dosa dan kesalahan yang mereka perbuat bertahun-tahun atas diri Nabi Muhammad S.A.W dan diri kaum muslimin. Muhammad, utusan Allah telah menang dan berkuasa tapi kemenangan dan kekuasaannya itu tidak dipergunakan untuk melepaskan dendam dan menuntut balas, tapi digunakan untuk menjadi saluran guna mengalirkan cinta kasih dan untuk menurunkan ampunan dan maaf.
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (QS Al-Ahzab: 21)
Ketika kita manusia mampu keluar dari mimpi buruk, dan menemukan perdamaian dengan sama lalu serta mampu memaafkan seluruh penderitaan yang terjadi di masa lalu maka selesailah rantai kebencian itu. Mungkin dunia tidak serta merta berubah, mungkin kita akan kalah. Tapi apakah hidup ini hanya semata di dunia?
Allah SWT berfirman : “Demi masa! Sesungguhnya manusia itu adalah di dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman dan beramal shalih dan berpesan-pesanan dengan kebenaran dan berpesan-pesanan dengan kesabaran.” (QS Surat Al-Ashr 1-3)
Ketika manusia berkata dalam kebaikan dan kesabaran, maka ia memberi arti bagai mengubah kata menjadi puisi, dari situ hidupnya menjadi sinar penerang yang memancarkan cahaya menjadi rahmatullilalamin (Rahmat kepada alam semesta). Apakah bisa? Semoga Allah meridhai kita semua. Amin ya Allah ya rabbalalamin.
Referensi :
- Lintasan Sejarah Islam di Zaman Rasulullah saw; H Rus’an; Departemen Agama; Tahun 1982/1983;
- http://www.lindachristanty.com/index.php/blog/post/penjajahan-yang-buruk-dan-perdamaian-dengan-masa-lalu-oleh-linda-christanty; akses 8 Juli 2017;
- https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Delapan_Puluh_Tahun; akses 8 Juli 2017;
- https://id.wikipedia.org/wiki/L%C3%A9opold_II_dari_Belgia; akses 8 Juli 2017;
- https://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda; akses 8 Juli 2017;
- https://id.wikipedia.org/wiki/Timor_Leste; akses 8 Juli 2017;
XXX
- Membangun Tradisi Baru; 18 Desember 2008;
- Tragedi Andalusia Mungkinkah Berulang; 30 Desember 2008;
- Jangan Melupakan Sejarah; 26 Juli 2009;
- Menegakkan Keadilan; 3 November 2009;
- Menelusuri Sejarah Perang Salib; 30 April 2010
- Penaklukkan Kebudayaan; 30 Desember 2012;
- Kebenaran Yang Samar; 28 Februari 2013;
- Orang Sakit Dari Timur; 26 Mei 2013;
- Membakar Buku Membunuh Inteletual; 6 Juni 2016;
- Tragedi Barbastro; 3 April 2017
- Bom Bunuh Diri Untuk Kemenangan Siapa; 25 Mei 2017;
- Idul Fitri Dan Hukum Tekanan Pascal; 25 Juni 2017;
- Mengapa Kita Merasa Senasib Dengan Palestina; 23 Juli 2017;
- Sepak Terjang Partai Komunis Indonesia Di Aceh; 21 September 2017;
- Ketika Kritis Itu Haram; 9 Oktober 2017;
Pingback: CIRCLE OF HATRED | Tengkuputeh
Pingback: PALESTINA ADALAH KITA | Tengkuputeh
Pingback: KEKUATAN SYAIR | Tengkuputeh
Pingback: PENGULANGAN SEJARAH | Tengkuputeh
Pingback: SULTAN ABU NAWAS | Tengkuputeh
Pingback: KOPI, LEGENDA DAN MITOS | Tengkuputeh
Pingback: MENAFSIR ALAM MEMBACA MASA DEPAN | Tengkuputeh
Pingback: NILAI SEORANG MANUSIA | Tengkuputeh
Pingback: KEJATUHAN SANG (MANTAN) PEJUANG | Tengkuputeh
Pingback: MEMBELI KEBIJAKSANAAN | Tengkuputeh
Pingback: WABAH MANUSIA | Tengkuputeh
Pingback: ABU NAWAS MENASEHATI RAJA | Tengkuputeh
Pingback: UMAT ISLAM TAK LAGI MEMILIKI PERIMBANGAN ANTARA ILMU DAN IMAN | Tengkuputeh
Pingback: PENYEBAB KEMUNDURAN PERADABAN ISLAM | Tengkuputeh
Pingback: BAJAK LAUT PEMBERONTAK ATAU PEROMPAK | Tengkuputeh
Pingback: BACALAH INI DISAAT ENGKAU MERASA KALAH | Tengkuputeh