SULTAN ABU NAWAS

Bagaimana kita bisa mengetahui “sesuatu” dibalik kepala yang lucu.

SULTAN ABU NAWAS

Kita semestinya tahu diri, ketika mengkritik kerajaan (Pemerintah) karena di sana lebih banyak orang yang lebih pintar dari kita. Kerajaan (Pemerintah) tidak memiliki masalah dengan kepintaran. Mereka memiliki masalah (hanya) dengan kejujuran. Jika mereka pun tidak jujur, apa yang bisa kita lakukan? Kita hanya bisa mengutuki diri sendiri. Namun apabila mereka melampaui batas, kumpulkan orang-orang segera! Kita bentuk kerajaan (Pemerintah) baru. Namun jika mereka tidak terlalu. Bangunlah di pagi hari, tersenyumlah untuk kemudian melanjutkan hari, berpura-pura bahagia. Ongkos pilihan ini lebih murah, jauh.

Bayangkan jika seorang Abu Nawas bertukar posisi dengan seorang Harun Al-Rasyid, kira-kira apa yang terjadi? Dalam sejarah, Abu Nawas merupakan seorang pengkritik handal namun mampukah dirinya memegang kendali secakap Khalifah Harun Al-Rasyid? Yang dalam sejarah juga terkenal sebagai seorang pemimpin yang dihormati dan disegani. Artinya dudukkan seseorang pada proporsinya, artinya tempatkan seseorang pada bagian yang ia kuasai.

“King born or made?” Seorang raja dilahirkan atau dibentuk? Begitulah pertanyaan yang terdengar menjelang awal abad ke-20. Artinya mungkinkah seseorang yang memiliki potensi memimpin lahir diluar lingkungan istana, ataukah seorang pemimpin “bisa” dibentuk dengan pendidikan dilingkungan istana.

Dua Perang Dunia membuat masyarakat Eropa tidak lagi mempercayai keputusan raja, mereka secara bersuka rela beralih menjadi negara berkonstitusi, artinya sosok raja hanya sebagai lambang pemersatu sedang yang memegang pemerintahan adalah Perdana Menteri, konsep yang kemudian ditiru oleh negara Jepang Modern. Namun uniknya setelah kekuasaan Raja maupun Ratu tersebut “digembosi” namun sistem Monarki tersebut terus langgeng hingga saat ini.

“Raja adil disembah, raja lalim disanggah” Konsep di hampir seluruh kerajaan di Indonesia sebelum bersentuhan dengan kaum Imperialis-Kolonialis. Artinya para Sultan di Nusantara waktu itu dituntut untuk mensejahterakan rakyatnya, meski ada kalanya bergejolak namun situasi tetap terkendali, hal ini dapat dibuktikan dengan bertahannya sistem adat istiadat diseluruh pelosok Indonesia. Feodalisme sebagai sistem melahirkan despotisme, terkadang bahkan memacu revolusi sosial.

Sistem kerajaan maupun kesultanan saat ini tak lagi berjaya, terbukti tidak ada lagi kerajaan yang terbentuk semenjak awal abad ke-20. Kecuali kerajaan yang telah berdiri lama, praktis tak ada kerajaan baru yang terbentuk

Sistem pemerintahan Republik berdasarkan Demokrasi dianggap sebagai bentuk ideal pemerintahan diseluruh dunia saat ini, semboyan “Vox Populi, Vox Dei” seolah terdengar dimana-mana. “Suara Rakyat, Suara Tuhan” begitulah artinya kira-kira namun yang menjadi pertanyaan suara rakyat yang bagaimanakah yang mencerminkan suara tuhan? Bagaimana kalau rakyat yang dimaksud itu pencuri semua?

Dalam demokrasi seorang Abu Nawas mungkin saja mampu mengalahkan seorang Harun Al-Rasyid dalam sebuah pemilihan. Sekali lagi yang menjadi pertanyaan, patutkah orang yang dipilih mengemban tanggung jawab yang diberikan kepadanya? Segalanya kembali kepada kita untuk berpikir rasional.

Selamat berdemokrasi, selamat ber-Republik.

Berbagai Opini:

  1. Tragedi Andalusia Mungkinkah Berulang; 30 Desember 2008;
  2. Menelusuri Sejarah Perang Salib; 30 April 2010;
  3. Menegakkan Keadilan; 3 November 2009;
  4. Politik Abu Nawas; 24 Juli 2012;
  5. Penaklukkan Kebudayaan; 30 Desember 2012;
  6. Kebenaran Yang Samar; 28 Februari 2013;
  7. Sultan Abu Nawas; 1 November 2013;
  8. Peradaban Tanpa Tulisan; 25 Februari 2016;
  9. Misi Mencari Abu Nawas; 7 Maret 2016;
  10. Tragedi Barbastro; 3 April 2017;
  11. Gula Dan Sejarah Penindasan; 4 Mei 2017;
  12. Bom Bunuh Diri Untuk Kemenangan Siapa; 25 Mei 2017;
  13. Syariat Islam Siapa Takut; 9 Juni 2017;
  14. Memutus Lingkaran Kebencian; 8 Juli 2017;
  15. Mengapa Kita Merasa Senasib Dengan Palestina; 23 Juli 2017;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Asal Usil, Cerita, Cuplikan Sejarah, Data dan Fakta, Kolom, Mari Berpikir, Opini, Pengembangan diri and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

14 Responses to SULTAN ABU NAWAS

  1. masichang says:

    saya mau berkerajaan lagi aja bang, tapi rajanya sapa ya?

    • tengkuputeh says:

      Mmmmmm… Rajanya adalah seseorang memiliki kemampuan menjadi raja. Siapapun (mungkin) bisa menjadi raja. Tapi yang jelas Mas Ichang, orang tersebut bukan saya 😀

  2. Pingback: KEKUATAN SYAIR | Tengkuputeh

  3. Pingback: POLITIK ABU NAWAS | Tengkuputeh

  4. Pingback: MISI MENCARI ABU NAWAS | Tengkuputeh

  5. Pingback: WHAT HAPPENS IF ABU NAWAS BECOMES A KING | Tengkuputeh

  6. Pingback: POLITIK ABU NAWAS - TengkuputehTengkuputeh

  7. Pingback: ABU NAWAS MENASEHATI RAJA | Tengkuputeh

  8. Pingback: MASA-MASA KEMUNDURAN ISLAM | Tengkuputeh

  9. Pingback: MENELUSURI SEJARAH PERANG SALIB | Tengkuputeh

  10. Pingback: PERADABAN TANPA TULISAN | Tengkuputeh

  11. Pingback: PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IBNU RUSYD | Tengkuputeh

  12. Pingback: TRAGEDI BARBASTRO | Tengkuputeh

  13. Pingback: ANDALUSIA SAYUP SAYUP SUARAMU SAMPAI | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.