
Gula merupakan satu-satunya produk yang produksi dan konsumsinya naik terus selama 10.000 tahun terakhir.
GULA DAN SEJARAH PENINDASAN
Ini hanya perkiraan orang-orang. Namun gara-gara gula, orang Eropa mencari koloni untuk menanam gula. Penjelajahan dunia baru dimulai, penjajahan diikuti penindasan pun terjadi.
Gula ada pada setiap makanan : kecap, makanan bayi, sari buah, es krim dan obat-obatan. Orang harus pantang gula tidak memiliki banyak pilihan. Gula dianggap sebagai bahan yang membuat orang kecanduan. Sekitar tahun 1700an konsumsi rata-rata orang Belanda hanya 2 kilogram setahun. Pada tahun 1750 terdapat 120 pabrik pemurnian gula yang beroperasi di Britania dengan hanya menghasilkan 30.000 ton per tahun. Pada tahap ini gula masih merupakan sesuatu yang mewah dan memberi keuntungan yang sangat besar sehingga gula dijuluki “emas putih”. Keadaan ini juga berlaku di negara-negara Eropa Barat lainnya. Para pemerintah menyadari keuntungan besar yang didapat dari gula dan oleh karenanya mengenakan pajak yang tinggi. Akibatnya gula tetap merupakan sebuah barang mewah. Keadaan ini terus bertahan sampai dengan akhir abad ke-19 ketika kebanyakan pemerintahan mengurangi atau menghapus pajak dan menjadikan harga gula terjangkau untuk warga biasa.
Konsumsi gula per tahun saat ini berkisar 120 juta ton dan terus bertambah pada laju sekitar 2 juta ton per tahun. Uni-Eropa, Brazil dan India adalah tiga produsen terbesar dan gabungan dari ketiganya menyumbang sekitar 40% produksi per tahun. Namun demikian kebanyakan gula dikonsumsi di negara penghasil dan hanya sekitar 25% yang diperdagangkan secara internasional. Tebu dibudidayakan di lebih dari 100 negara dan gula yang dihasilkan dari tebu berkisar 6 kali lebih besar dari pada gula bit.
Kenaikan produksi itu sudah bertahan selama 10.000 tahun. Orang menduga gula tebu ditanam di Papua dan di Jawa 8.000 tahun sebelum Masehi. Dari situ Saccarum Officinarum meluas ke Barat India, baru pada abad pertama orang Romawi berkenalan dengan gula India atau gula Persia lewat Yunani.
Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642 mereka menemukan tanaman tebu yang sedang tumbuh dan kemudian mempelajari cara pembuatan gula. Selama ekspansi berlanjut mereka mendirikan pengolahan-pengolahan gula di berbagai daratan lain yang mereka kuasai, termasuk di Afrika Utara dan Spanyol. Mereka membuat ladang tebu di Sisilia, Siprus, Malta, Maroko dan Spanyol. Gula merupakan barang mahal yang disejajarkan dengan mutiara dan sutera dari Cina.
Gula dikenal secara luas oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib pada abad ke-11. Para prajurit yang pulang menceritakan keberadaan “rempah baru” yang enak ini. Gula pertama diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099. Abad-abad berikutnya merupakan periode ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di dalamnya adalah impor gula. Sebagai contoh, dalam sebuah catatan pada tahun 1319 harga gula di London sebesar “dua shilling tiap pound”. Nilai ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata, sehingga dapat dikatakan gula sangatlah mewah pada waktu itu.
Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula sebagai penghias meja-meja mereka. Ketika Henry III dari Perancis mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya dengan menampilkan piring-piring, barang-barang perak, dan kain linen yang semuanya terbuat dari gula.
Karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai obat. Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga 15 yang merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk memperkokoh kekuatan mereka. Spanyol dan Portugal membuat perkebunan tebu di Sao Tome, Kepulauan Canary dan Madeira. Itulah untuk pertama kali dalam sejarah tebu ditanam dalam jumlah besar sehingga para anggota kerajaan Spanyol bisa makan gula dengan teratur, bahkan bisa mengirimkan gula kasar ke Antwerpen untuk dimurnikan yang kini menjadi dasar industri gula.
Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice. Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana. Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerika lah yang telah mengubah konsumsi gula di dunia.
Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa tanaman tebu untuk ditanam di kawasan Karibia. Iklim yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan berdirinya sebuah industri dengan cepat. Kebutuhan terhadap gula yang besar bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago. Tanaman tebu dibudidayakan secara massal. Jutaan orang dikirim dari Afrika dan India untuk bekerja di penggilingan tebu. Oleh karenanya, produksi gula sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat.

Operasi Pasukan Marsose di Mukim XX (Perang Aceh 1873-1904) Salah satu perlawanan tergigih dan terlama terhadap kolonisasi Belanda di Indonesia
Secara ekonomi gula sangatlah penting sehingga seluruh kekuatan Eropa membangun atau berusaha membangun jajahan di pulau-pulau kecil Karibia dan berbagai pertempuran terjadi untuk menguasai pulau-pulau tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di berbagai perkebunan besar di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina dan kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan lokal.
“Berkat VOC”
Orang Belanda, Inggris dan Perancis berhasil membuat gula menjadi barang biasa. Mereka mengusir orang Spanyol dan Portugal dari koloni di Indonesia dan gula jawa masuk pasar Amsterdam. Perusahaan multinasional seperti VOC (Perusahaan Terbatas pertama di dunia) dan East India Company dari Inggris menganggap gula menguntungkan. Mereka menanam modal di perkebunan tebu, hasilnya mengalir ke Eropa. Gula membuat VOC menjadi kekuatan dunia.
Dari kemewahan ekslusif gula menjadi symbol status. Sepertu raja-raja membanggakan alat emas, orang kaya memamerkan gula. Gula menjadi hasil karya seni indah untuk hadiah atau dipamerkan di meja pesta. Memasak dengan gula, makanan bergula menjadi mode bagi yang bisa membayarnya.
Roti teh gula untuk orang miskin
Inggris memunculkan minuman yang memacu pemakaian gula, teh. Sebelum teh, kopi dan coklat mengubah kebiasaan orang Barat, mereka meminum bir, anggur, cognac dan jenever, kadang-kadang susu asam dan kalau terpaksa air.
Mode minum teh mulai dari istana. Kebanyakan orang minum teh dengan gula, sehingga pemakaian gula meningkat. Inggris hidup dari teh secara harfiah. Menu utama para pekerja dan orang-orang miskin adalah roti dengan teh gula. Makanan tidak bergizi itu cocok dengan keadaan miskin selama revolusi industry. Seluruh anggota keluarga buruh harus bekerja, tetapi hasilnya tetap tidak cocok untuk menghidangkan makanan yang pantas. Mereka sudah senang kalau ada roti dan teh manis panas.
Para ahli sejarah berpendapat bahwa yang mendorong Inggris menjadi Negara industri bukan uap tetapi energi hidrat arang (gula dan roti). Makanan manis itu menjadi amat penting di Eropa sampai Kaisar Napoleon dari Perancis memulai industri gula bit di Eropa ketika terjadi blokade Inggris.
Gula bit pertama kali diketahui sebagai sumber gula pada tahun 1747. Tidak diragukan lagi, tanaman ini tidak begitu menarik perhatian dan hanya sekedar keingintahuan beberapa negara Eropa karena kepentingan nasional dan ekonomi lebih tertuju pada perkebunan tebu. Keadaan ini bertahan sampai dengan perang-perang Napoleon pada awal abad ke-19 ketika Britania menblokade impor gula ke benua Eropa. Pada tahun 1880 gula bit menggantikan gula tebu sebagai sumber utama gula di benua Eropa. Masuknya gula bit ke Inggris tertunda sampai dengan Perang dunia Pertama ketika impor gula Britain terancam. Sebelumnya Britain mengimpor gula tebu dari jajahannya di kawasan tropis.
Barang Eropa ditukar dengan manusia
Hubungan gula dan perbudakan sangat erat. Panen dan pengerjaan tebu memerlukan tenaga kerja yang disiplin, karena tebu (juga gula bit) dipanen kalau kadar gulanya paling tinggi. Transpor dan pengerjaan harus dilakukan secepat mungkin, penangguhan menyebabkan kadar gula turun. Penebangan tebu harus disesuaikan dengan kapasitas pabrik.
Produksi yang monoton, berat dan terburu-buru itu hanya bisa dilakukan oleh budak yang bekerja paksa. Ketika daerah Karibia dan Amerika Selatan cocok untuk ditanami tebu, diperlukan impor tenaga kerja. Orang Indian terlalu malas. Produk Eropa ditukar di Afrika dengan manusia yang diekspor ke dunia baru, tempat mereka harus memproduksi gula yang dijual dangan laba besar kepada kekuatan Eropa.
Antara tahun 1701 dan 1810 diekspor 252.000 budak gula ke Barbados, sebuah pulau kecil. Dalam periode yang sama Jamaica mengimpor 662.000 tenaga kerja paksa. Selama sekitar seabad, setiap minggu dikirim 160 budak dikirim ke dua pulau yang relatif kecil itu. Ketika perbudakan dilarang (budak gula Kuba dibebaskan sekitar dua abad lalu), perkebunan tebu mengalami kesulitan. Mereka mendatangkan tenaga kerja kontrak dari India, Cina dan Indonesia. Akibatnya budak yang dibebaskan tidak menemukan pekerjaan dalam profesinya yang lama.
Sejarah gula sebetul tidak lebih keji daripada kebanyakan produk tropis lainnya. Anehnya, haus gula bersifat universal. Dan gula satu-satunya produk yang produksi dan konsumsinya naik terus selama 10.000 tahun terakhir.
Katalog Sejarah Dunia:
- Melanjutkan Perjuangan; 4 Agustus 2008;
- Udik Invation; 15 Desember 2008;
- Jangan Melupakan Sejarah; 26 Juli 2009;
- Apa Yang Machiavelli Lakukan; 1 Juni 2011;
- Kisah Sebelum Sang Pangeran Selesai; 5 Juli 2010;
- Heil Ceasar; 15 Maret 2012;
- Manifesto Politik; 27 Maret 2012;
- Penaklukkan Kebudayaan; 30 Desember 2012;
- Istana Kosong; 4 Juni 2013;
- Bangsawan Pandir; 10 Juni 2013;
- Mereka Yang Bangkit (Kembali); 18 Desember 2013;
- Bajak Laut Pemberontak Atau Perompak; 17 Maret 2016;
- Membakar Buku Membunuh Intelektual; 6 Juni 2016;
- Menentang Tradisi Memang Tradisi; 5 April 2017;
- Kopi Dalam Lintasan Sejarah Dunia; 1 Mei 2017;
Pingback: SULTAN ABU NAWAS | Tengkuputeh
Pingback: MISI MENCARI ABU NAWAS | Tengkuputeh
Pingback: KOPI, LEGENDA DAN MITOS | Tengkuputeh
Pingback: MEMBELI KEBIJAKSANAAN | Tengkuputeh
Pingback: WABAH MANUSIA | Tengkuputeh
Pingback: BAJAK LAUT PEMBERONTAK ATAU PEROMPAK | Tengkuputeh
Pingback: MENCARI JURUS PENANGKAL FITNAH, SEBUAH JURNAL ILMIAH | Tengkuputeh
Pingback: MEMAHAMI MAKNA PENISTA | Tengkuputeh