MEMAHAMI MAKNA PENISTA

Ketika 1918, Kasus Penistaan Agama, Umat Muslim Nusantara berdemo menuntut kasus penistaan agama di zaman Kolonial Belanda.

MEMAHAMI MAKNA PENISTA

Apakah nista dan dusta itu sebuah kata yang bersaudara? Mungkin masih kerabat dalam arti kata negatif. Sebab keduanya menunjukkan suatu perbuatan negatif serta melawan nilai-nilai positif. Tetapi keduanya tidaklah sama, sebab dusta dan nista bukanlah berasal dari bapak dan ibu yang sama secara bahasa.

Kita lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) seperti yang dirilis http://kbbi.web.id/nista sebagaimana berikut :

nista/nis·ta/a 1 hina; rendah: perbuatan itu sangat –; 2 tidak enak didengar: kata-kata –; 3 cak aib; cela; noda: — yang tidak terhapuskan lagi;

menista/me·nis·ta/ v menganggap nista; mencela;

menistakan/me·nis·ta·kan/ v menjadikan (menganggap) nista; menghinakan; merendahkan (derajat dan sebagainya): janganlah suka ~ orang lain karena bagi Tuhan manusia itu semuanya sama;

ternista/ter·nis·ta/ a dalam keadaan direndahkan, dihina, atau dicela: banyak tenaga kerja Indonesia ~ di negeri orang;

nistaan/nis·ta·an/ n cercaan; makian; perbuatan (perkataan dan sebagainya) untuk menista: ia lahir dan besar melalui ~ dan celaan;

penista/pe·nis·ta/ n orang yang menista(kan);

kenistaan/ke·nis·ta·an/ n hal nista.

Penistaan berasal dari kata dasar nista. Penistaan disusun dari kata dasar “nista” dan imbuhan peN- -an. PenN- disebut PeNasal- atau sebagian ahli bahasa menyebutnya imbuhan peng-.

Jika kata dasar “nista” merupakan adverbia, kata bentukan “penistaan” merupakan nomina. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia penistaan adalah proses, cara, perbuatan menistakan.

Dari penjelasan di atas kita ketahui bahwa kata nista bersinonim dengan kata aib, cela, noda, dan hina. Dalam Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa sinonim nista adalah hina. Dan jika kita rujuk kata hina maka yang menjadi sinonim adalah : aib, asfal, buruk, cacat, candal, cela, celaka, cemar, ceroboh, daif, dina, jelata, keji, kotor, lahay, lata, leceh, lemah, leta, lucah, mala, marhaen, murba, nista, rendah, roda, rucah, safil, terkutuk.

Semua kata di atas memiliki makna negatif, hanya saja penggunaannya berbeda-beda dalam konteks kalimat. Hanya saja penggunaannya berbeda-beda dalam konteks kalimat.

Kata “leceh” misalnya identik dengan kehormatan wanita. Contoh : Pelecehan terhadap wanita, jangan melecehkan perempuan, jangan melecehkan orang lain. Sedangkan kata “cemar” lebih sering digunakan dalam rangkaian dengan nama baik dan lingkungan. Misalnya : Dia dituduh melakukan pencemaran nama baik, telah terjadi pencemaran lingkungan di sekitar pantai. Sementara kata “nista” selalu identik dengan agama dan kepercayaan. Contoh : Pasal penistaan agama, Orang berdemo karena Ahok dianggap melakukan penistaan agama. Dalam kalimat tersebut tidak digunakan istilah “pencemaran agama”, “penghinaan agama”, “pencelaan agama” dan sebagainya. Penggunaan frase “penistaan agama” dalam kalimat tersebut sudah tepat.

Dalam Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia kata dasar nista yang menjadi kata dasar penistaan memiliki antonim : Mulia. Maka dari itu daripada saling menistakan, lebih baik mari saling memuliakan.

Beberapa pemikiran:

  1. Tsunami; 26 Desember 2015;
  2. Peradaban Tanpa Tulisan; 25 Februari 2016;
  3. Misi Mencari Abu Nawas; 7 Maret 2016;
  4. Bajak Laut : Pemberontak Atau Perompak; 17 Maret 2016;
  5. Membakar Buku Membunuh Inteletual; 6 Juni 2016;
  6. Hoki; 17 Juli 2016;
  7. Mencoba Menafsir Makna Mimpi Buruk; 30 September 2016;
  8. Kesucian; 26 Oktober 2016;
  9. Para Penyebar Kebohongan; 13 November 2016;
  10. Riwayat Sarung; 9 Januari 2017;
  11. Tragedi Barbastro; 3 April 2017;
  12. Menentang Tradisi Memang Tradisi; 5 April 2017;
  13. Kopi Dalam Lintasan Sejarah Dunia; 1 Mei 2017;
  14. Gula Dan Sejarah Penindasan; 4 Mei 2017;
  15. Mencari Jurus Penangkal Fitnah Sebuah Jurnal Ilmiah; 11 Mei 2017;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Asal Usil, Cuplikan Sejarah, Data dan Fakta, Kisah-Kisah, Kolom, Mari Berpikir, Opini, Pengembangan diri, Reportase, Review and tagged , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

1 Response to MEMAHAMI MAKNA PENISTA

  1. Pingback: MEMBELI KEBIJAKSANAAN | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.