WABAH MANUSIA
Ketika wabah muncul datanglah penyakit, kemudian diikuti hal-hal buruk lainnya.
Pasukan Spanyol berbaris memasuki lembah Meksiko tanpa gangguan berarti dibawah pimpinan Hernan Cortes. Sejak awal 1519, kapal-kapal Cortes mendarat di negeri bangsa Maya dan merangsek masuk ke wilayah Aztec. Menghadapi pasukan Aztec yang sangat besar pasukan Spanyol membawa sebuah penyakit bernama cacar. Orang Asia, Afrika dan Eropa lebih tahan penyakit karena terbiasa hidup (berternak) bersama binatang yang menulari mereka. Bangsa Aztec tidak mengenal binatang ternak, mereka mendapatkan makanan dengan meningkatkan kualitas tumbuhan pangan liar dan belajar bertani kentang. Cabe, tomat, jagung dan coklat yang merupakan tumbuhan asli Amerika. Pertanian mereka surplus karena apa yang dihasilkan adalah tanaman pangan paling produktif di dunia.
Pada 1528, Francesco Pizarro sepupu Cortes memimpin sebuah armada dari Panama (koloni Spanyol) mengarungi pasifik, tujuannya Amerika Selatan. Pizarro mempelajari bahwa pada pengunungan yang panjang dan sempit adalah tempat bercokolnya sebuah kekaisaran. Kekaisaran yang tak mengenal tulisan, namun membuat catatan berbentuk tali disebut Quipu. Kekaisaran Andes atau yang disebut Inca Agung tidak mengenal roda, binatang ternak. Umumnya mereka makan kentang untuk memperoleh kalori. Dengan penyakit yang mereka bawa ditambah persenjataan yang lebih unggul, bangsa Eropa memusnahkan nyaris semua penduduk asli di Amerika Tengah dan Selatan dan kolonisasi Spanyol berhasil.
Sementara itu di Amerika Utara, bangsa Inggris yang terlihat terhormat dalam perang menghadapi bangsa Indian antara tahun 1754-1760 sangat dermawan dengan memberikan pakaian dan selimut kepada musuhnya, ternyata bekas dari rumah sakit yang merawat penderita cacar. Inggris menang perang tanpa banyak kehilangan sumber daya dan bangsa Indian yang menjadi lawan mereka musnah.
Malapetaka yang paling besar adalah ketika gerombolan berkuda bangsa Mongol meneror (1205-1368), mereka merebut Cina, jazirah Arab dan Persia dan menjarah habis-habisan, kengerian yang sama dialami Hongaria dan Polandia sampai perbatasan Jerman dekat kota Breslau. Setiap kota yang mereka datangi, semua penduduk dibantai. Untuk bisa menaklukkan kota-kota besar mereka melemparkan mayat-mayat yang terjangkit pes atau sampar dengan katapel besar. Gunung-gunung mayat dibiarkan membusuk dan tidak dikuburkan. Akibatnya wabah hitam melanda dunia abad pertengahan. Hal ini menyebabkan Separuh penduduk Cina binasa, Sembilan puluh persen penduduk jazirah Arab dan Persia tewas, Eropa sendiri kehilangan sepertiga jumlah penduduk. Diperkirakan total jumlah korban mencapai 200 juta orang, butuh waktu 200 tahun dari wilayah yang terkena pandemik ini untuk bisa pulih. Betapa luas wilayah dan korban penaklukan Mongol dalam masa kerajaan mereka yang tidak berlangsung lama.
Wabah kolera juga dibawa oleh Tentara Belanda ketika menyerang Kesultanan Aceh pada tahun 1873. Setelah ekspedisi pertama di bulan Maret 1873 berhasil dipukul mundur oleh para pejuang Aceh, Belanda menyerang kembali pada bulan November 1873. Menurut sumber Belanda sendiri, sebelum pasukan KNIL mendarat mereka hanya menguburkan satu mayat di pantai Aceh Besar, kenyataannya wabah kolera masuk ke dalam Istana Sultan Aceh. Menurut pengakuan Panglima Tibang seorang pejabat kesultanan yang kelak membelot ke pihak Belanda, ketika Belanda menyerbu ke istana terdapat dua serangan yang harus ditangkis oleh pihak Aceh yaitu aksi ofensif pihak Belanda dan serangan kolera yang mendarat bersama mereka. Setiap harinya selama 18 hari pengepungan di dalam pekarangan istana dikebumikan sekitar 150 orang yang terkena penyakit itu. Pada tanggal 24 Januari 1874 istana dapat diduduki oleh Belanda setelah pejuang Aceh meninggalkannya dalam keadaan kosong. Sultan Alauddin Mahmud Syah terserang kolera dan dalam perjalanan di daerah Pagar Ayer (sekitar 4 kilometer dari istana) meninggal dunia akibat kolera tersebut. Perang Aceh berlanjut sampai 1904, namun jika ditilik dari sudut peperangan wabah kolera yang dibawa Belanda memberikan andil yang sangat besar bagi kemenangan kaum kolonial terutama di masa awal.
Perang Aceh sendiri terjadi pada abad ke-19, saat itu sudah dikenal hukum internasional yang melarang penggunaan benih penyakit seperti kolera sebagai senjata perang. Meski pihak Belanda menyangkal telah menggunakan senjata biologis, sangat cukup alasan untuk menuduh Belanda sengaja merencanakan penyebaran penyakit tersebut di Aceh, sewaktu diketahui orang di kapal terkena penyakit kolera dengan lekas kapal buru-buru diberangkatkan. Disamping itu menurut laporan pihak Inggris, ketika melewati perairan selat Malaka segenap armada Belanda menaikkan bendera kuning sebuah tanda internasional bahwa kapal tersebut diserang penyakit menular, kapal-kapal tersebut berangkat menuju perairan Aceh tanpa singgah di pulau manapun atau tempat yang tidak ada manusia.
Dalam catatan sejarah, penyebaran penyakit kerap dilakukan oleh negara-negara kolonial untuk menaklukkan wilayah-wilayah yang melakukan perlawanan hebat, ini terletak dari nafsu imperialisme untuk merampas kedaulatan negeri-negeri yang dianggap belum beradab. Penyakit ataupun wabah yang tersebar dalam sebuah negeri tidak mengenal apakah seseorang biasa atau sultan sekalipun, bahkan tidak membedakan apakah orang itu perkasa atau lemah. Ketika wabah menyerang maka pilihan yang terbaik adalah menyingkir. Dalam peperangan jika sebuah pasukan memilih keluar dari suatu wilayah maka dengan segera wilayah itu diduduki oleh musuh, sebagaimana Belanda menduduki Istana Sultan Aceh. Pihak aggressor biasanya telah memiliki persiapan menghadapi wabah dengan obat-obatan dan perlengkapan yang memadai.
Jika hari ini bangsa-bangsa kolonial dan imperialisme menjadi Negara-negara maju, beradab, dan hebat. Ternyata penindasan mereka punya jejak yang panjang, dan kita sering tidak tahu. Ketika wabah menyerang, tidak ada jabatan atau kelas sosial yang kebal, tidak membedakan anak-anak, kaum perempuan ataupun satria perkasa. Semua bisa terkena.
Akhirnya wabah berakhir, tak ada nyanyian malam itu. Banyaknya kematian melampaui semua kesedihan. Di bumi ini sudah membekas luka lama sekali akibat perbuatan manusia.
- Udik Invation; 15 Desember 2008;
- Jangan Melupakan Sejarah; 26 Juli 2009;
- Perjalanan Ini; 18 Agustus 2009;
- Apa Yang Machiavelli Lakukan; 1 Juni 2011;
- Manifesto Politik; 27 Maret 2012;
- Penaklukkan Kebudayaan; 30 Desember 2012;
- Istana Kosong; 4 Juni 2013;
- Bangsawan Pandir; 10 Juni 2013;
- Mereka Yang Bangkit (Kembali); 18 Desember 2013;
- Bajak Laut Pemberontak Atau Perompak; 17 Maret 2016;
- Membakar Buku Membunuh Intelektual; 6 Juni 2016;
- Menentang Tradisi Memang Tradisi; 5 April 2017;
- Kopi Dalam Lintasan Sejarah Dunia; 1 Mei 2017;
- Gula Dan Sejarah Penindasan; 4 Mei 2017;
- Pengulangan Sejarah; 23 Mei 2017;
- Bom Bunuh Diri Untuk Kemenangan Siapa; 25 Mei 2017;
- Memutus Lingkaran Kebencian; 8 Juli 2017;
- Mengapa Kita Merasa Senasib Dengan Palestina; 23 Juli 2017;
- Kopi, Legenda dan Mitos; 20 Februari 2018;
- Ketika Ibnu Battuta Melawat Samudera Pasai; 16 April 2018;