
Pertempuran Yarmuk (Arab: معركة اليرموك) pada Agustus tahun 636 menandakan gelombang besar pertama penaklukan muslim ke luar Arab
ORANG SAKIT DARI TIMUR
Pelajaran moral selalu ditemukan dalam akibat dan hasil akhir. Namun, dalam masalah pembaruan, apa yang ditegaskan oleh sejarah adalah awal suatu dinasti, pembaruan itu berlangsung singkat, tertatih-tatih, dan segera di sapu bersih oleh angin tirani dan keinginan-keinginan pribadi.
Apa yang dikukuhkan oleh sejarah tentang era perang dan kekuasaan adalah setiap perluasan kekuasaan itu biasanya diikuti dengan pembantaian yang terkadang bisa menimbulkan keretakan dalam kekuasaan itu sendiri.
“Kamu mencari solusi? Padahal solusi itu lebih dekat dari urat nadimu sendiri.” Apa yang dimaksud solusi adalah kembali ke zaman dulu dan al-Khulafa ar-Rasyidun. Disini kita harus mempelajari dengan cukup hati-hati kemudian mengambil pelajaran memadai. Pengambilan sejarah sebagai model menuntut kita membuat perbedaan yang jelas antara bentuk Islam murni atau Islam sektarian yang sekarang tersebar luas. Islam pertama merupakan angin puyuh sejarah yang sebenarnya, yang menyalahi hukum-hukum alam dan aturan-aturan sejarah empiris. Kekuatan Islam awal pada dasarnya diambil dari doktrin kebenaran dan kemukjizatan Al-Quran. Hanya saja, Islam awal ini hanya bertahan satu dekade, Setelah itu Dinasti Umayyah berdiri.
Masa-Masa Kemunduran Islam
Faktor pengendali agama pun menghilang, dan muncullah Islam lain dengan karakteristiknya tersendiri, terpecah-pecah, dan didominasi oleh berbagai kepentingan mahzab, golongan, dan kepentingan berbeda. Islam memasuki fase sejarah. “kerajaaan menggigit.”
Ketika menemukan perbedaan yang menyedihkan tersebut dalam kehidupan Islam, baiknya kita menahan diri melemparkan kesalahan terhadap orang-orang yang bertangungjawab (Dinasti Umayyah) maupun penerusnya belakangan. Memimpikan kembalinya bentuk Islam awal yang murni, dan kemudian menyadari amat mustahil diraih. Kita harus berusaha keras untuk memahami realita yang sulit diabaikan dan memahami perubahan terjadi dengan logika sejarah. Karena itu, ketika menghadapi persoalan khilafah yang rumit dan sensitif, lebih baik mengantungkan penilaian dengan memperhatikan setiap pilihan dari sudut pandang kebenaran yang dimilikinya. Itu didasari atas penglihatan terhadap perasaan dan keinginan sebagai dua kekuatan vital yang menyebabkan benturan dalam politik dan sejarah.
Pendek kata, sebagaimana yang tercatat, ketika periode agama awal menghilang dengan menghilangnya kemukjizatan-kemukjizatannya dan dengan meninggalnya para sahabat yang menyaksikan kemukjizatan tersebut, maka kualitas yang dimiliki oleh agama awal itu sedikit demi sedikit akan berubah, kemukjizatan lenyap, dan sistem pemerintahan akan biasa seperti sebelumnya (Pra-Islam).
Pernyataan di atas berdasarkan pada kenyataan. Untuk menghilangkan semua bentuk semua bentuk ketidakjelasan dan kerancuan, saya menegaskan bahwa dalam masalah ibadah, agama umat ini masih tetap Islam yang benar. Dalam masalah-masalah perdata, waris, dan wakaf, hukum tetap saja bersumber dari agama dan ajaran agama. Hanya saja, dalam cabang-cabang ini dan cabang-cabang yang lain, ijtihad yang mengontrol proses pengambilan keputusan, seraya memperhatikan kebutuhan dan kepentingan pada saat itu dan melaksanakan pendapat tokoh penting dalam hukum Islam dan Imam mahzab. Ini adalah fenomena hebat dan bijak, dan alangkah hebat dan bermakna.

Perang Shiffin (Arab وقعة صفين ) (Mei-Juli 657 Masehi) Menandai berakhirnya era al-Khulafa ar-Rasyidun
Namun ketika muncul para ahli yang ingin menggabungkan antara Islam dan kekuasaan maka kita patut curiga. Pertama, seluruh dinasti Islam, baik Arab, Persia, Turki, Barbar, Mamluk, maupun Mongol (dimasa lalu) berlomba-lomba mengklaim mempertahankan esensi Islam dan mengikuti petunjuk-petunjuknya dengan benar. Meskipun demikian, klaim-klaim tersebut tidak menghindarkan dinasti-dinasti tersebut dari menimbulkan berbagai kesusahan dan menumpuk kesalahan dan kesulitan (Berbeda dengan era Rasulullah). Kedua, Islam yang benar hanya mendapatkan kesulitan bila dijalankan dalam koridor kekuasaan dan sebagai bagian dari politik professional. Di sanalah ditemukan benturan keinginan, harapan, dan nafsu, yang semuanya saling bertentangan. Dalam benturan seperti inilah al-Khulafa ar-Rasyidun terbunuh, kecuali khalifah yang pertama, Abu Bakar, yang meninggal secara alami. Ketiga, api Islam murni hanya dapat terus menyala di kalangan masyarakat. Kita menjadikannya argumen menghadapi para pemegang otoritas keputusan dan pengontrol pena, senjata dan harta. Kita menjadikannya sebagai dasar dalam menyadarkan nurani dan memperkuat kesadaran manusia atas nilai dan hak-haknya.
Politik adalah masalah amanat dan mandat. Wilayahnya terbatas antara permintaan tanggung jawab dan penjelasan. Orang tidak berhak menggunakan basis-basis politik untuk menjadi seorang penguasa dengan mengatasnamakan penunjukan tuhan atau sejenisnya. Jika itu terjadi, maka buku-buku sejarah akan terbuka bagi kisah-kisah rezim-rezim otoriter, yang sangat bertentangan dengan hukum-hukum nalar dan nash. Lihatlah zaman ini! Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan. Ini adalah gambaran yang jelas dan detil, sebuah topik sensitif. Jika dipahami dengan seksama.

Perang Saudara Suriah 15 Maret 2011 – sedang berlangsung sebuah konflik kekerasan internal yang sedang berlangsung di Suriah
Sejarah harus memiliki benih yang lebih baik dan berkualitas agar dapat mengubah kulit dan arah perkembangannya. Bila tidak, maka tidak ada fungsinya mengambil pelajaran dari sejarah. Kemajuan juga tidak bisa diharapkan dari pergantian sejarah. Kelemahan fundamental sebuah rezim pun terlihat sejelas siang, sehingga ia pun dihancurkan oleh kelompok baru, yang kemudian mendirikan rezim baru yang hanya memiliki peran mengulang kembali lingkaran bencana dan fase yang sama meskipun jangka waktu dan bentuknya berbeda.
Mengingat semua ini, kita hanya mengulang kata-kata Ibnu Khaldun dalam al-Muqaddimah, “bahwa ketika kegeniusan berhenti, ambisi tidak ada, dan keingintahuan berkurang, maka cahaya akan pudar, harapan sirna, dan orang-orang mati memerintah yang hidup.”
Kita tentu harus bersandar pada Allah untuk menghilangkan kesusahan ini, semoga umat yang bercirikan musyawarah ini, suatu hari memiliki pemerintahan yang didasarkan pada neraca keadilan yang tepat, dan dikontrol akhlak dalam semua aspek perilaku dan interaksi (bukan politik munafik). Semua ini adalah konsep-konsep yang dibangun secara kuat (dari keluarga), memberikan bimbingan yang tepat tanpa harus dipaksa dengan prinsip-prinsip kesewenang-wenangan, dan (apalagi) kerakusan nafsu angkara yang (hanya) sekedar berkedok agama. Bukankah sebaik-baiknya pemegang pedang (kekuasaan) adalah mereka yang penyayang.
XXXXX
Katalog Sejarah Islam:
- Tragedi Andalusia Mungkinkah Berulang; 20 Desember 2008;
- Kekuatan Syair; 3 Maret 2009;
- Menegakkan Keadilan; 3 November 2009;
- Menelusuri Sejarah Salib; 30 April 2010;
- Andalusia Sayup-Sayup Suaramu Sampai; 23 September 2010;
- Politik Abu Nawas; 24 Juli 2012;
- Selamat Tinggal Andalusia; 10 Maret 2013;
- Badai Sejarah; 29 Juli 2013;
- Sultan Abu Nawas; 1 November 2013:
- Misi Mencari Abu Nawas; 7 Maret 2016;
- Tragedi Barbastro; 3 April 2017;
- Ketika Ibnu Battuta Melawat Samudera Pasai; 16 April 2018;
- Kebijakan Politik Islam Oleh Snouck Hurgronje Sebagai Saran Kepada Pemerintah Hindia Belanda Untuk Menghancurkan Kekuatan Islam Di Indonesia; 25 Juni 2018;
- Umat Islam Tak Lagi Memiliki Perimbangan Antara Ilmu Dan Iman; 30 Juli 2018;
- Abu Nawas Menasehati Raja; 2 Juni 2020;
Pingback: LINGKARAN KEBENCIAN | Tengkuputeh
Pingback: MISI MENCARI ABU NAWAS | Tengkuputeh