PENYEBAB KEMUNDURAN PERADABAN ISLAM

Ilmuwan Islam sedang mempelajari geometri

PENYEBAB KEMUNDURAN PERADABAN ISLAM

Apakah penyebab kemunduran peradaban Islam? Pelajaran moral selalu ditemukan dalam akibat dan hasil akhir. Namun, dalam masalah pembaruan, apa yang ditegaskan oleh sejarah adalah awal suatu dinasti, pembaruan itu berlangsung singkat, tertatih-tatih, dan segera di sapu bersih oleh angin tirani dan keinginan-keinginan pribadi.

Apa yang dikukuhkan oleh sejarah tentang era perang dan kekuasaan adalah setiap perluasan kekuasaan itu biasanya diikuti dengan pembantaian yang terkadang bisa menimbulkan keretakan dalam kekuasaan itu sendiri.

“Kamu mencari solusi? Padahal solusi itu lebih dekat dari urat nadimu sendiri.” Apa yang dimaksud solusi adalah kembali ke zaman dulu dan al-Khulafa ar-Rasyidun. Disini kita harus mempelajari dengan cukup hati-hati kemudian mengambil pelajaran memadai. Pengambilan sejarah sebagai model menuntut kita membuat perbedaan yang jelas antara bentuk Islam murni atau Islam sektarian yang sekarang tersebar luas. Islam pertama merupakan angin puyuh sejarah yang sebenarnya, yang menyalahi hukum-hukum alam dan aturan-aturan sejarah empiris. Kekuatan Islam awal pada dasarnya diambil dari doktrin kebenaran dan kemukjizatan Al-Quran. Hanya saja, Islam awal ini hanya bertahan satu dekade, Setelah itu Dinasti Umayyah berdiri.

Perpecahan umat Islam

Faktor pengendali agama pun menghilang, dan muncullah Islam lain dengan karakteristiknya tersendiri, terpecah-pecah, dan didominasi oleh berbagai kepentingan mahzab, golongan, dan kepentingan berbeda. Islam memasuki fase sejarah. “kerajaaan menggigit.”

Ketika menemukan perbedaan yang menyedihkan tersebut dalam kehidupan Islam, baiknya kita menahan diri melemparkan kesalahan terhadap orang-orang yang bertangungjawab (Dinasti Umayyah) maupun penerusnya belakangan. Memimpikan kembalinya bentuk Islam awal yang murni, dan kemudian menyadari amat mustahil diraih. Kita harus berusaha keras untuk memahami realita yang sulit diabaikan dan memahami perubahan terjadi dengan logika sejarah. Karena itu, ketika menghadapi persoalan khilafah yang rumit dan sensitif, lebih baik mengantungkan penilaian dengan memperhatikan setiap pilihan dari sudut pandang kebenaran yang dimilikinya. Itu didasari atas penglihatan terhadap perasaan dan keinginan sebagai dua kekuatan vital yang menyebabkan benturan dalam politik dan sejarah.

Pendek kata, sebagaimana yang tercatat, ketika periode agama awal menghilang dengan menghilangnya kemukjizatan-kemukjizatannya dan dengan meninggalnya para sahabat yang menyaksikan kemukjizatan tersebut, maka kualitas yang dimiliki oleh agama awal itu sedikit demi sedikit akan berubah, kemukjizatan lenyap, dan sistem pemerintahan akan biasa seperti sebelumnya (Pra-Islam).

Pernyataan di atas berdasarkan pada kenyataan. Untuk menghilangkan semua bentuk semua bentuk ketidakjelasan dan kerancuan, saya menegaskan bahwa dalam masalah ibadah, agama umat ini masih tetap Islam yang benar. Dalam masalah-masalah perdata, waris, dan wakaf, hukum tetap saja bersumber dari agama dan ajaran agama. Hanya saja, dalam cabang-cabang ini dan cabang-cabang yang lain, ijtihad yang mengontrol proses pengambilan keputusan, seraya memperhatikan kebutuhan dan kepentingan pada saat itu dan melaksanakan pendapat tokoh penting dalam hukum Islam dan Imam mahzab. Ini adalah fenomena hebat dan bijak, dan alangkah hebat dan bermakna.

Berbagai rezim mengatasnamakan Islam

Namun ketika muncul para ahli yang ingin menggabungkan antara Islam dan kekuasaan maka kita patut curiga. Pertama, seluruh dinasti Islam, baik Arab, Persia, Turki, Barbar, Mamluk, maupun Mongol (dimasa lalu) berlomba-lomba mengklaim mempertahankan esensi Islam dan mengikuti petunjuk-petunjuknya dengan benar. Meskipun demikian, klaim-klaim tersebut tidak menghindarkan dinasti-dinasti tersebut dari menimbulkan berbagai kesusahan dan menumpuk kesalahan dan kesulitan (Berbeda dengan era Rasulullah). Kedua, Islam yang benar hanya mendapatkan kesulitan bila dijalankan dalam koridor kekuasaan dan sebagai bagian dari politik professional. Di sanalah ditemukan benturan keinginan, harapan, dan nafsu, yang semuanya saling bertentangan. Dalam benturan seperti inilah al-Khulafa ar-Rasyidun terbunuh, kecuali khalifah yang pertama, Abu Bakar, yang meninggal secara alami. Ketiga, api Islam murni hanya dapat terus menyala di kalangan masyarakat. Kita menjadikannya argumen menghadapi para pemegang otoritas keputusan dan pengontrol pena, senjata dan harta. Kita menjadikannya sebagai dasar dalam menyadarkan nurani dan memperkuat kesadaran manusia atas nilai dan hak-haknya.

Politik adalah masalah amanat dan mandat. Wilayahnya terbatas antara permintaan tanggung jawab dan penjelasan. Orang tidak berhak menggunakan basis-basis politik untuk menjadi seorang penguasa dengan mengatasnamakan penunjukan tuhan atau sejenisnya. Jika itu terjadi, maka buku-buku sejarah akan terbuka bagi kisah-kisah rezim-rezim otoriter, yang sangat bertentangan dengan hukum-hukum nalar dan nash. Lihatlah zaman ini! Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan. Ini adalah gambaran yang jelas dan detil, sebuah topik sensitif. Jika dipahami dengan seksama.

Sejarah harus memiliki benih yang lebih baik dan berkualitas agar dapat mengubah kulit dan arah perkembangannya. Bila tidak, maka tidak ada fungsinya mengambil pelajaran dari sejarah. Kemajuan juga tidak bisa diharapkan dari pergantian sejarah. Kelemahan fundamental sebuah rezim pun terlihat sejelas siang, sehingga ia pun dihancurkan oleh kelompok baru, yang kemudian mendirikan rezim baru yang hanya memiliki peran mengulang kembali lingkaran bencana dan fase yang sama meskipun jangka waktu dan bentuknya berbeda.

Kitab Mukkadimah Ibnu Khaldun

Mengingat semua ini, kita hanya mengulang kata-kata Ibnu Khaldun dalam al-Muqaddimah, “bahwa ketika kegeniusan berhenti, ambisi tidak ada, dan keingintahuan berkurang, maka cahaya akan pudar, harapan sirna, dan orang-orang mati memerintah yang hidup.”

Islam adalah solusi?

Kita tentu harus bersandar pada Allah untuk menghilangkan kesusahan ini, semoga umat yang bercirikan musyawarah ini, suatu hari memiliki pemerintahan yang didasarkan pada neraca keadilan yang tepat, dan dikontrol akhlak dalam semua aspek perilaku dan interaksi (bukan politik munafik). Semua ini adalah konsep-konsep  yang dibangun secara kuat (dari keluarga), memberikan bimbingan yang tepat tanpa harus dipaksa dengan prinsip-prinsip kesewenang-wenangan, dan (apalagi) kerakusan nafsu angkara yang (hanya) sekedar berkedok agama. Bukankah sebaik-baiknya pemegang pedang (kekuasaan) adalah mereka yang penyayang.

XXXXX

Beberapa opini lain:

  1. Membangun Tradisi Baru; 18 Desember 2008;
  2. Lautan Yang Tersia-siakan; 23 Januari 2009;
  3. Apa Yang Machiavelli Lakukan; 1 Juni 2011;
  4. Sejarah Syahdu Sebuah Negeri; 16 Agustus 2011;
  5. Filosofi Gob; 10 Oktober 2011;
  6. Penaklukkan Kebudayaan; 30 Desember 2012;
  7. Mencoba Menafsir Makna Mimpi Buruk; 30 September 2016;
  8. Para Penyebar Kebohongan; 13 November 2016;
  9. Pengulangan Sejarah; 23 Mei 2017;
  10. Bom Bunuh Diri Untuk Kemenangan Siapa; 25 Mei 2017;
  11. Syariat Islam Siapa Takut; 9 Juni 2017;
  12. Memutus Lingkaran Kebencian; 8 Juli 2017;
  13. Komunisme Dalam Perspektif Muslim; 30 September 2017;
  14. Ketika Kritis Itu Haram; 9 Oktober 2017;
  15. Mampukah Puisi Mengubah Dunia: 4 April 2018;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cuplikan Sejarah, Kolom, Mari Berpikir, Opini, Pengembangan diri and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

3 Responses to PENYEBAB KEMUNDURAN PERADABAN ISLAM

  1. Pingback: LINGKARAN KEBENCIAN | Tengkuputeh

  2. Pingback: MISI MENCARI ABU NAWAS | Tengkuputeh

  3. Pingback: MAGHRIBI DAN EAST - TengkuputehTengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.