MENAFSIR ALAM MEMBACA MASA DEPAN

Manusia senantiasa was-was dengan masa depan. Nenek moyang kita mengamati gerak-gerik benda langit dengan mata untuk mencoba meramalkan musim, cuaca dan iklim.

Manusia senantiasa was-was dengan masa depan. Nenek moyang kita mengamati gerak-gerik benda langit dengan mata untuk mencoba meramalkan musim, cuaca dan iklim.

Ilmu Membaca Masa Depan

Ilmu apa yang paling mahal di dunia saat ini? Para pengiat dunia maya mungkin akan mengatakan ilmu SEO, atau sebagai bagian dari komunitas Negara berkembang bisa saja kita berkata tekhnologi. Atau masing-masing ahli boleh mengemukakan pendapat ini dan itu. Tapi sebenarnya pengetahuan yang paling berharga adalah memprediksi masa depan. Kenapa kemampuan membaca, memperkirakan masa depan menjadi sangat berharga?

Tahun 1995 AltaVista (kelak dialihkan menjadi Yahoo!) masih sebagai mesin pencari web terbaik, tahun 1998 Google lahir dan merekalah penguasa dunia maya saat ini. Atau siapa sangka sistem operasi canggih Symbian milik Nokia diawal 2000-an bisa hancur oleh android? Apa itu android? Bukannya istrinya Kuririn? Android No.18.

Milenium ketiga datang, generasi alpha pun hadir. Mereka kelahiran millennium ini (mungkin) hanya mengenal smartphone. Tidak telepon umum, tidak kartu telepon, tidak pula wartel. Harus diakui merekalah pemilik zaman ini, sedang kami generasi Lupus ini hanyalah penyintas. Makhluk asing sebagaimana kami sebagai pecinta musik aliran Peterpan melihat orang-orang tua penggemar Pance atau Broery dulunya. Masih ada mereka? Tak kira sudah punah semua.

Membaca zaman, membaca masa depan adalah sebuah ilmu memahami manusia. Mengerti  orang lain (atau sekumpulan orang) adalah kemampuan menafsir alam. Manusia sebagai makhluk tentunya adalah bagian dari alam semesta yang maha besar ini.

Ketika berbicara masa depan, mengapa harus mendengarkan kisah masa lalu?

Manusia senantiasa was-was dengan masa depan. Nenek moyang kita mengamati gerak-gerik benda langit dengan mata untuk mencoba meramalkan musim, cuaca dan iklim. Sesuatu yang penting pada zaman itu untuk diketahui apabila ingin bercocok tanam, berlayar atau memahami panjang tahun. Ilmu Falak (Astronomi) berkembang karena hal-hal itu.

Pada zaman pasar modal atau pasar uang sekarang berbagai alat diciptakan, rumus dirumuskan untuk mengetahui kapan harga saham naik/turun, kapan harus membeli/menjual komoditi atau valas. Ramalan atau prediksi bergulir terus menerus untuk hal apapun, bahkan untuk skor akhir sebuah pertandingan sepakbola. Mengetahui sesuatu kejadian terlebih dulu adalah hasrat terdalam kita, mencuri rahasia langit adalah kepuasan tak terpermanai.

Maka manusia mencari. Ada percaya dengan hal-hal mistis, primbon, membaca garis tangan, mediasi. Atau membaca kecenderungan sejarah yang katanya selalu berulang.  Memang sejarah kerap berulang, tapi ingat hanya polanya saja sama. Tidak ada peristiwa berulang persis dua kali. Kecenderungan memang ada, tapi sepenuhnya masa depan adalah lorong yang berkabut.

Bisakah kita membaca masa depan?

Prediksi atau ramalan adalah hal yang bisa benar bisa meleset. Tapi jika dipikir hidup ini bukanlah usaha untuk mencari “kebahagiaan tanpa akhir” tapi hidup adalah perjalanan yang dimana kita (selalu) berbuat benar sekaligus menyenangkan. Menyimpan cerita-cerita memilukan, memalukan sekaligus membahagiakan, membanggakan dalam hati (saja). Hidup tak cuma kata-kata dalam bahasa, di tiap saat, yang diam, yang bisu, selalu menunggu (mati).

Beberapa opini:

  1. Memutus Lingkaran Kebencian; 8 Juli 2017;
  2. Membeli Kebijaksanaan; 22 Juli 2017;
  3. Mengapa Kita Merasa Senasib Dengan Palestina; 23 Juli 2017;
  4. Asal Muasal Budaya Kopi Di Aceh; 1 Agustus 2017;
  5. Melukis Sejarah; 10 Agustus 2017;
  6. Sepak Terjang Partai Komunis Indonesia Di Aceh; 21 September 2017;
  7. Komunisme Dalam Perspektif Muslim; 30 September 2017;
  8. Dimanakah Makam Para Ratu Yang Pernah Memerintah Aceh Selama 59 Tahun; 6 Oktober 2017;
  9. Ketika Kritis Itu Haram; 9 Oktober 2017;
  10. Eksploitasi Sumber Daya Alam Apakah Bagus Untuk Aceh; 15 Oktober 2017;
  11. Perlukah Kita Menjaga Makam-Makam Warisan Penjajah Kolonial Belanda di Kherkoff Peucut Banda Aceh; 11 November 2017;
  12. Mampukah Puisi Mengubah Dunia: 4 April 2018;
  13. Peranan Lembaga Tuha Peuet Dalam Lembaga Masyarakat Aceh Pada Masa Lampau; 5 Mei 2018;
  14. Menyingkap Makna Syair Kutindhieng Selaku Mantra Sihir Aceh Kuno; 15 Mei 2018;
  15. Umat Islam Tak Lagi Memiliki Perimbangan Antara Ilmu Dan Iman; 30 Juli 2018;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cuplikan Sejarah, Data dan Fakta, Kolom, Mari Berpikir, Opini, Pengembangan diri and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

8 Responses to MENAFSIR ALAM MEMBACA MASA DEPAN

  1. Pingback: NILAI SEORANG MANUSIA | Tengkuputeh

  2. Pingback: KAYA TANPA HARTA | Tengkuputeh

  3. Pingback: KENAPA SEJARAH TAK BOLEH DILUPAKAN | Tengkuputeh

  4. Pingback: MENGAPA HARUS MEMPELAJARI BAHASA DAERAH | Tengkuputeh

  5. Pingback: ILMU MEMAHAMI ILMU | Tengkuputeh

  6. Pingback: JANGAN (MUDAH) PERCAYA DENGAN APA YANG KAU BACA | Tengkuputeh

  7. Pingback: ACEH YANG DILUPAKAN | Tengkuputeh

  8. Pingback: SEJARAH TAK BERPIHAK KEPADA KITA | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.