MENGAPA HARUS MEMPELAJARI BAHASA DAERAH
Setiap kata, setiap kalimat yang kalian baca ini adalah bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan. Telah diprediksikan pada akhir abad ini hampir semua bahasa daerah di Indonesia yang berjumlah 600 bahasa saat ini akan tidak lagi diucapkan oleh para penuturnya diakibatkan perkembangan bahasa Indonesia (nasional).
Membuat kita kembali kepada pertanyaan awal mengapa harus mempelajari bahasa daerah? Ada banyak alasan. Salah satunya, bahasa daerah adalah kunci untuk ikut serta dalam budaya orang-orang terdahulu atau yang masih bertutur, bahasa adalah nilai dari sebuah fakta yang merupakan kode yang hanya dipahami mereka yang berpikir dengan bahasa tersebut.
Alasan kedua, ketika seseorang mampu bertutur lebih dari satu bahasa maka orang tersebut akan cenderung terhindar dari penyakit demensia (pikun), dan membuat orang itu mampu mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus dalam tindakan dan pikiran. Bilingual itu menyehatkan.
Alasan ketiga, bahasa memiliki banyak keasyikan padanya. Lebih daripada dari yang diceritakan orang-orang. Sebagai contoh kata “boh” dalam bahasa Aceh bisa bermakna: buah, buang, alat kelamin, meletakkan. Semua memiliki kesamaan huruf/kata. Bagaimana membedakannya? Dari pengucapannya dimana si penutur menggulungkan lidah sehingga menghasilkan bunyi yang mirip tapi tidak sama bagi si pendengar.
Bisa dikatakan tiap-tiap bahasa memiliki pengucapan yang berbeda-beda, tiap-tiap bahasa daerah memiliki keunikan masing-masing. Mempelajari bagaimana mengucapkan seperti mengemudi dengan berbagai jenis kenderaan atau sistem operasi. Bahasa adalah pola pikir, berganti bahasa juga sejenis menyesuaikan diri dengan pemahaman yang berbeda.
Tiap-tiap bahasa adalah keajaiban, bahasa menunjukkan bangsa. Hal-hal lucu dalam satu kebudayaan hanya bisa diceritakan oleh bahasa budaya tersebut. Mempelajari bahasa daerah akan sangat menyenangkan, menguasai bahasa baru tidak akan mengubah pikiran kita tapi pasti akan membuka pemahaman baru dalam pikiranmu.
Bahasa adalah jembatan awal menuju pemahaman kebudayaan.
Beberapa Opini lain:
- Mengapa Kita Merasa Senasib Dengan Palestina; 23 Juli 2017;
- Asal Muasal Budaya Kopi Di Aceh; 1 Agustus 2017;
- Komunisme Dalam Perspektif Muslim; 30 September 2017;
- Dimanakah Makam Para Ratu Yang Pernah Memerintah Aceh Selama 59 Tahun; 6 Oktober 2017;
- Ketika Kritis Itu Haram; 9 Oktober 2017;
- Eksploitasi Sumber Daya Alam Apakah Bagus Untuk Aceh; 15 Oktober 2017;
- Mampukah Puisi Mengubah Dunia: 4 April 2018;
- Menyingkap Makna Syair Kutindhieng Selaku Mantra Sihir Aceh Kuno; 15 Mei 2018;
- Kejatuhan Sang (Mantan) Pejuang; 6 Juli 2018;
- Umat Islam Tak Lagi Memiliki Perimbangan Antara Ilmu Dan Iman; 30 Juli 2018;
- Menafsir Alam Membaca Masa Depan; 14 Maret 2019;
- Membaca Angin Menghindari Badai; 28 September 2019;
- Merekonstruksikan Kembali Letak Istana Daroddonya; 3 Maret 2020;
- Bustanus Salatin Panduan Berkuasa Para Sultan Aceh; 27 September 2020;
- Kenapa Sejarah Tak Boleh Dilupakan; 4 Oktober 2020;
Pingback: ILMU MEMAHAMI ILMU | Tengkuputeh
saya suka dengan blog ini, tulisan-tulisan yang menarik, terlebih membahas tentang sejarah Aceh. Selalu semangat untuk menulis sejarah agar tidak terlupa.
Terima kasih 🙏🙏
Pingback: JANGAN (MUDAH) PERCAYA DENGAN APA YANG KAU BACA | Tengkuputeh
Pingback: ACEH YANG DILUPAKAN | Tengkuputeh
Pingback: SEJARAH TAK BERPIHAK KEPADA KITA | Tengkuputeh
Pingback: DI BAWAH NAUNGAN LENTERA | Tengkuputeh