MENULIS HARUSKAH PINTAR
Menjadi penulis haruskah pintar? Tentu tidak! Dari fungsi otak yang digunakan. Menulis lebih menekankan penggunaan otak kanan, kemampuan berbahasa. Membedakannya dengan otak kiri yang berguna sebagai kemampuan berlogika.
Apakah yang diperlukan? Jika ditanyakan kepada penulis maka jawabannya adalah keberanian. Keberanian yaitu kemauan untuk memaksimalkan setiap kata, memberinya makna sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.
Sangat baik memiliki pengetahuan, itu menjadikan tulisan menjadi lebih kaya. Tidak teralihkan oleh ilusi karena menguasai kronologi waktu. Namun jangan terlalu angkuh sehingga membuat yang membaca terintimidasi dan kehilangan kenyamanan. Kepintaran sebagai kekuatan bisa menjadi kelemahan apabila disalah artikan apalagi jika tidak dipahami oleh pembaca. Jangan lupakan tanda baca! Titik dan koma itu penting! Jangan menyiksa orang lain dengan kalimat panjang.
Terakhir, duduk dan lakukan! Jangan terlalu banyak berpikir! Kenapa? Jika terlalu banyak menimbang baik dan buruknya akan membuat segala ide hilang. Tak perlu mengadakan riset mendalam, tak harus memiliki resensi bermutu, hanya duduk dan lakukan!
Menulis itu tak perlu pintar. Jadi kenapa segan untuk mencoba? Ayo kita melakukannya, seraya belajar. Penulis sendiri bukan orang pintar, bahkan banyak penulis ternama bukan orang pintar. Disini yang dibutuhkan hanya keberanian, sedikit saja. Selanjutnya kematangan akan membimbing anda dengan sendirinya.
“Sesungguh ketika raga terpenjara, pikiranku bebas mengembara. Mengunjungi negeri-negeri asing. Berperang disamping para Sultan, berunding dengan para kaisar, menunggangi kuda dipadang stepa Mongol, membelah rimba raksasa Afrika, dan memandangi selat Bophorus, atau bercengkrama ditaman kota Sevilla”.
Milvan Murtadha. Lhokseumawe, 25 Oktober 2009.
Artikel lainnya:
- Manajemen Kritik; 18 September 2008
- Temukan Mentor Rahasiamu; 23 September 2008
- Sang Tiran; 15 Oktober 2008
- Yang Muda Yang Berguna; 22 Oktober 2008
- Lughat; 28 November 2008;
- Udik Invation; 15 Desember 2008;
- Membangun Tradisi Baru; 18 Desember 2008;
- Tragedi Andalusia Mungkinkah Berulang; 30 Desember 2008;
- Lautan Yang Tersia-siakan; 23 Januari 2009;
- Hantu; 20 Februari 2009;
- Kekuatan Syair; 3 Maret 2009;
- Bukan Roman Picisan; 24 Maret 2009;
- Apalah Artinya Sebuah Nama; 13 Juli 2009;
- Jangan Melupakan Sejarah; 26 Juli 2009;
- Perjalanan ini; 18 Agustus 2009;
mari menulis….dengan kata awan bisa tersibak, dengan kalimat sebuah rezim bisa tumbang, dengan tulisan hidup tidak hanya menunggu mati..
Iya mas Icang, tulisan itu tetap tersimpan walau yang menulis tlah meninggal…
Tulisan tetap disitu… Sampai ia terhapus…
sepakat mas tengku. siapa pun bisa menulis, kok, asal punya minat dan kemauan utk menekuninya. apa pun bisa ditulis. memang akan lebih bagus juga kalau didukung tajamnya otak kiri dalam berlogika dan otak kanan dalam berimajinasi. gabungan yang mantab.
Pe Haba…?
Untuk kali ini
Hanya salam kenal yang tergoreskan..
Salam Hangat
assalamualaikum tgk.. lama tak berkunjung ke blognya tgk… semakin mantap saja isinya 🙂
Mas Sawaly => Saya banyak belajar dari mas, terima kasih atas bimbingannya mas, ilmu saya semakin bertambah…
Agoesman => Haba get, gata peuhaba?
Salam hangat pula, senang bisa berkenalan…
Liza => Terima kasih Liza, sering berkunjung ke laman ini…
Pingback: MISI MENCARI ABU NAWAS | Tengkuputeh
Pingback: ABU NAWAS MENASEHATI RAJA | Tengkuputeh
Pingback: JANGAN GOLPUT | Tengkuputeh
Pingback: BUSUK | Tengkuputeh
Pingback: TEMUKAN MENTOR RAHASIAMU | Tengkuputeh
Pingback: ANAK-ANAK | Tengkuputeh
Pingback: MENEGAKKAN KEADILAN | Tengkuputeh
Pingback: BATAS | Tengkuputeh