
Tempat pertempuran antara semut raksasa (Samudera) melawan anjing milik Meurah Silu (Pasai) menjadi titik pijakan berdirinya Kerajaan Islam Pertama di Asia Tenggara, Kesultanan Samudera Pasai.
HIKAYAT MEURAH SILU
Dahulu kala, di tepi hulu Krueng (sungai) Peusangan jauh di pedalaman Aceh, tinggallah dua orang kakak beradik yatim piatu. Mereka adalah Meurah Saga dan Meurah Silu. Mereka hidup sangat miskin serba kekurangan.
Meurah Saga berburu ke dalam hutan, Meurah Silu lebih suka memancing atau memasang bubu di tepi sungai, ia selalu ditemani oleh anjingnya yang diberi nama Pasai. Kakak beradik ini jarang bertemu.
Suatu ketika pada sebuah hari. Meurah Silu ketika mengangkat bubunya mendapatkan beribu cacing kecil. Ia tak mengeluh dan bersyukur akan segala karunia Tuhan. “Ayo Pasai kita pulang. Tuhan telah mengaruniakan rezeki kepada kita.” Mereka beranjak dari tepi sungai, si Pasai setia mengikuti tuannya.
Setiba di rumah cacing-cacing itu direbusnya. Alangkah ajaib, ketika ia membuka tutup panci, cacing berubah menjadi emas sedang airnya berubah menjadi perak. Meurah Silu berkata, “Pasai, lihat! Keajaiban telah terjadi.” Meurah Silu pun memanjatkan doa dan syukur kepada Tuhan.
Keesokan harinya Meurah Silu pergi memancing, yang didapatkannya juga cacing-cacing kecil, ia bersyukur. Dibawanya pulang cacing-cacing itu kemudian direbusnya. Beberapa saat kemudian cacing dan air rebusannya berubah lagi menjadi emas.
Demikianlah, setiap hari ia memancing selalu mendapat cacing yang kemudian berubah menjadi emas dan perak. Emas dan perak itu kemudian dibawah ke kota untuk dijual. Sampai jadilah ia orang yang kaya, ia membangun rumah di tepi hutan.
Sementara itu adiknya Meurah Saga belum juga kembali dari berburu, Meurah Silu cemas memikirkan adiknya. Ia bermaksud memberikan sebagian hartanya untuk adiknya. Lama ditunggu, adiknya tak kunjung pulang, Meurah Silu bertambah cemas. Ia takut adiknya celaka, maka ia berangkat ke dalam hutan mencari.
Beberapa hari kemudian, Meurah Saga pulang dari berburu, Meurah Silu tidak ada di rumah. Ia terheran melihat rumah megah dan harta melimpah milik kakaknya. Tergoda oleh bisikan setan, timbullah niat jahatnya, ia bermaksud memiliki seluruh harta kakaknya.
Ketika Meurah Silu pulang, disambut dengan belati terhunus oleh Meurah Saga. Meurah Silu dituduh merampok sepeninggal Meurah Saga. Ia membantah dan mengatakan semua adalah karunia tuhan. Meurah Saga menyerang Meurah Silu, tak ingin bertikai Meurah Silu memilih melarikan diri.
Bertahun-tahun ia mengembara, membawa anjingnya si Pasai. Akhirnya ia tiba di sebuah kampung dan menetap. Karena kebijaksanaan dan kedermawanannya ia dicintai oleh penduduk, maka diangkatlah Meurah Silu menjadi tetua kampung Jruen.
Kampung Jreun tidak terlalu jauh dengan pantai. Pada suatu hari Meurah Silu bersama Pasai pergi ke tepi pantai, tiba-tiba Pasai menyalak keras. Meurah Silu heran, tidak biasanya anjing itu menyalak keras. Ia segera menghampirinya. Tampak si Pasai sedang menghadapi seekor semut raksasa disebut oleh penduduk sekitar Samudra.
Pasai menerkam semut raksasa itu, terjadi pergumulan antara si Pasai dengan Samudra. Akhirnya semut itu kalah. Semut raksasa itu dipanggang oleh Meurah Silu, baunya sangat sedap dan lezat rasanya. Ia berkata kepada Pasai, “Karena aku telah memakan daging raja semut yang menguasai wilayah ini maka aku akan mendirikan kampung di tepi pantai ini.” Kemudian Meurah Silu mengajak penduduk sekitar untuk pindah ke tepi pantai itu.
Seiring waktu, kampung ini berubah menjadi bandar yang ramai, kemudian menjadi kota kerajaan yang besar. Meurah Silu menjadi rajanya yang pertama dan kerajaan itu bernama Samudra Pasai.
Kerajaan Samudra Pasai masyur sampai ke negeri Arab, Khalifah mengirimkan utusan persahabatan. Meurah Silu memeluk agama Islam dan dinobatkan sebagai Sultan dengan gelar Sultan Malik As Saleh (Raja yang Saleh). Samudera Pasai menjadi Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara. Tercatat dikunjungi dua petualang besar yaitu: Marco Polo yang mencatat dalam bukunya Imago Mundi dan Ibnu Batutah yang mencatat dalam bukunya Rihlah.
*DISCLAIMER Legenda atau pun mitos ini diterima oleh penulis secara lisan dan dituliskan kembali. Apabila di masyarakat terdapat perbedaan tentang detil ceritanya penulis menyatakan bisa jadi apa yang anda dengar lebih benar dari cerita ini, begitupun sebaliknya.
- Pada Pandangan Pertama; 18 Oktober 2008;
- Aku Tak Mengerti Kamu; 24 Oktober 2008;
- Mengenang Sebuah Perjalanan Cinta; 3 November 2008;
- Selamanya; 14 Desember 2008;
- Ode Seorang Bujang; 17 Desember 2008;
- Sepucuk Surat Untuk Lisa; 1 Januari 2009;
- Wasiat Teruntuk Adinda Malin Kundang; 4 Februari 2009;
- Tidak Sedang Mencari Cinta; 23 Februari 2009;
- Hanyalah Lelaki Biasa; 6 April 2009;
- Wasiat Hang Tuah; 29 Mei 2009;
- Ode Seekor Elang; 8 Juni 2009;
- Tak Ada Apa Apa; 7 Oktober 2009;
- The Last Gentleman; 4 Desember 2009;
- Renungan Majnun Seorang Penarik Cukai; 31 Mei 2010
- Yang Tak Akan Kembali; 10 Juni 2010;
- Kisah Sebelum Sang Pengeran Selesai; 5 Juli 2010;
- Penyihir Terakhir; 15 Maret 2011;
- Ada Banyak Cinta; 15 Maret 2011;
- Santiago Sang Pelaut; 23 Maret 2012;
- Iblis Namec Vs Manusia Saiya; 6 April 2012;
- Ode Seekor Harimau; 19 Agustus 2012;
- Ashura; 13 Februari 2013;
- Selamat Tinggal Andalusia; 10 Maret 2013;
- Narsis Yang Berbeda; 28 April 2013;
- Istana Kosong; 4 Juni 2013;
- Bangsawan Pandir; 10 Juni 2013;
- Kematian Bhisma; 15 Juni 2013;
- Badai Sejarah; 29 Juli 2013;
- Cerita Cinta; 7 Agustus 2013;
- Perjalanan; 29 November 2013;
- Jaring Kamalanga; 29 Desember 2013;
- Lelaki Sungai; 19 Januari 2014;
- Dragon Dialog; 13 November 2014;
- Persahabatan Kambing Dan Serigala; 19 Desember 2014;
- Pesan Kepada Penguasa; 17 Januari 2015;
- Bagaimana Mengubah Timah Hitam Menjadi Emas; 11 April 2015;
- Setelah Revolusi Selesai; 6 Oktober 2016;
- Harlequin Dan Pohon Harapan; 30 Oktober 2016;
- Permufakatan Para Burung; 5 Januari 2017;
- Kepada Cinta Yang Berumur Seminggu; 13 April 2017;
- Senja Di Malaka; 14 Juni 2017;
- Mengecoh Sang Raja; 17 Oktober 2017;
- Wawancara Dengan Sang Iblis; 1 Januari 2018;
- Legenda Gajah Putih; 12 Januari 2018;
- Genderang Pulang Sang Rajawali; 22 Februari 2018;
- Kisah Menteri Jaringan Melawan Kapitalisme Amerika; 17 Desember 2018;
- Legenda Naga Sabang; 29 Mei 2020;
- Legenda Gunung Geurutee; 1 Juni 2020;
- Abu Nawas Menasehati Raja; 2 Juni 2020;
- Akhir Riwayat Sang Durjana; 25 Maret 2021;
Pingback: SULTAN ALAIDDIN MAHMUDSYAH II, SULTAN ACEH MERDEKA TERAKHIR | Tengkuputeh
Pingback: RAJA DEKAT TUHAN JAUH | Tengkuputeh
Pingback: BERZIARAH KE MASJID ASAL PENAMPAAN DI BLANGKEJEREN GAYO LUES | Tengkuputeh
Pingback: KISAH-KISAH DI BLANG | Tengkuputeh
Pingback: ORIDA (OEANG REPUBLIK INDONESIA) ACEH 1947-1949 | Tengkuputeh
Pingback: PROSA ALAM GAYO LUES | Tengkuputeh
Pingback: ADAT PELANTIKAN PEMAHKOTAAN PENABALAN SULTAN ACEH DARUSALAM | Tengkuputeh
Pingback: SUSUNAN PEMERINTAHAN ACEH SEMASA KESULTANAN | Tengkuputeh