SEPUCUK SURAT UNTUK LISA
Tiba-tiba aku merasa malu pada ambisiku, pada cita-citaku, pada harapanku untuk diriku sendiri. Terlalu tinggi expetasiku untukku sendiri. Kutarik nafas panjang. Menahan tubuhku yang terbakar habis. Mencoba menahan beban berat melebihi puncak gunung tertinggi sekalipun. Demi menjaga sebuah tahta yang ingin kuhindari sejak aku bisa berdiri.
Nenekku mengajarkan geografi. Tentang batas-batas demakrasi. Dibatasi oleh gunung, sungai, laut ataupun kebudayaan. Tentang Sejarah Kepangeranan kami sudah tak bergigi. Ia sudah dibabat habis oleh sistem feodal baru ciptaan si Putih, bangsamu, dalam Perang Rusia-Persia ini. Namun beberapa Kepangeranan di Azerbayzan, termasuk negeriku Kekhanan Shirvansyah masih hidup, bernafas. Walau hanya sebatas tradisi.
Aku tak minta dilahirkan sebagai Putra Mahkota. Ini adalah takdir yang harus kuterima dengan takzim. Sebagaimana aku tak pernah menyesal telah jatuh cinta. Termasuk denganmu. Dan lucunya aku tak pernah mengucapkan itu.
Ada sekumpulan kebiasaan yang mengurat mengakar kemudian ia menjadi tradisi. Sebuah konvensi menurut hukum tata negara memaksaku memilih, kamu atau mahkota. Sungguh, tahta ini tak pernah berarti bagiku dibanding senyumanmu. Aku ingin berlari. Tapi aku hanyalah satu-satunya pewaris, tanggungjawab pada para leluhur telah membelenggu kakiku.
Kamu tak bisa menjadi ratuku. Ada dua belas pasal qanun yang menjegal. Mengejarmu berarti menjadikan Kepangeranan kami bubar. Aku tak bisa. Aku tak tahu perasaanmu, mungkin lebih tepatnya aku tak pernah mau tahu. Yang pasti aku kecewa pada diriku. Kejam katamu. Ludahi aku karena itu memang layak. Benci aku. Itu lebih baik. Masa depanku telah ditentukan dan itu tidak bersamamu.
Sungguh menyesakkan untuk mengucapkan selamat tinggal. Aku tak bisa mengatakan walau ingin. Sebab, “Selamat tinggal” adalah kata-kata yang menyedihkan yang akan menusuk perasaan bersama. Tapi lebih sedih lagi kalau pergi tanpa mengucapkan apapun! Aku pergi!
Aku tak ingin melihatmu lagi. Itu akan melemahkanku. Sebagai putra mahkota aku harus tangguh seperti singa. Aku adalah lelaki bertopeng besi. Yang tak tertaklukkan. Untukmu jadilah orang hebat dimasa depan. Tidak ada manusia berdarah biru. Semua merah kehitaman. Semua merah darah. Jika engkau masih mendapati kertas ini basah, ini karena air minumku terpercik. Bukan karena air mataku, karena seorang calon raja tak pernah menangis. Kami dibentuk seperti baja, kuulangi seperti baja. Seperti dua belas silsilah ke atas.

Kara. January 1, 1809 Signed Prince of Shirvansyah Khanate, Ahmad III to Tamar Lisa, Voldigrad
Aku ingin meraihmu, mengengammu seperti rantai aku hanya ingin mencintaimu.
Tapi begitu melihatmu rantai lain di kakiku membelenggu.
Kara1). 1 Januari 1809
Tertanda
Yang Dipertuan Agung Muda Khanate Shirvansyah2), Ahmad III
Kepada Lisa, Voldigrad3)
Kara1) = ibukota Shirvansyah
Kepangeranan Shirvansyah2) = Terletak diKaukasus perbatasan Kerajaan Persia dan Kekaisaran Rusia
Voldigrad3) = Sebuah kota di Rusia era Tzar
Cerita ini fiksi, nama tokoh, tempat, waktu adalah seratus persen rekaan*)
Katalog Cerita Pendek:
- Sebentuk Harta; 10 Agustus 2008;
- Elegi Pagi Hari, Sebuah Cerpen; 13 Agustus 2008;
- Keindahan Sang Rembulan; 5 September 2008;
- Ketidakagungan Cinta; 10 Oktober 2008;
- Tempat Tiada Kembali; 13 Oktober 2008;
- Pada Pandangan Pertama; 18 Oktober 2008;
- Aku Tak Mengerti Kamu; 24 Oktober 2008;
- Mengenang Sebuah Perjalanan Cinta; 3 November 2008;
- Selamanya; 14 Desember 2008;
- Ode Seorang Bujang; 17 Desember 2008;
- Wasiat Teruntuk Adinda Malin Kundang; 4 Februari 2009;
- Tidak Sedang Mencari Cinta; 23 Februari 2009;
- Hanyalah Lelaki Biasa; 6 April 2009;
- Wasiat Hang Tuah; 29 Mei 2009;
- Ode Seekor Elang; 8 Juni 2009;
- Tak Ada Apa Apa; 7 Oktober 2009;
- The Last Gentleman; 4 Desember 2009;
- Renungan Majnun Seorang Penarik Cukai; 31 Mei 2010
- Yang Tak Akan Kembali; 10 Juni 2010;
- Kisah Sebelum Sang Pengeran Selesai; 5 Juli 2010;
- Penyihir Terakhir; 15 Maret 2011;
- Santiago Sang Pelaut; 23 Maret 2012;
- Iblis Namec Vs Manusia Saiya; 6 April 2012;
- Ashura; 13 Februari 2013;
- Selamat Tinggal Andalusia; 10 Maret 2013;
- Narsis Yang Berbeda; 28 April 2013;
- Istana Kosong; 4 Juni 2013;
- Bangsawan Pandir; 10 Juni 2013;
- Kematian Bhisma; 15 Juni 2013;
- Badai Sejarah; 29 Juli 2013;
- Cerita Cinta; 7 Agustus 2013;
- Perjalanan; 29 November 2013;
- Jaring Kamalanga; 29 Desember 2013;
- Lelaki Sungai; 19 Januari 2014;
- Dragon Dialog; 13 November 2014;
- Persahabatan Kambing Dan Serigala; 19 Desember 2014;
- Pesan Kepada Penguasa; 17 Januari 2015;
- Bagaimana Mengubah Timah Hitam Menjadi Emas; 11 April 2015;
- Setelah Revolusi Selesai; 6 Oktober 2016;
- Harlequin Dan Pohon Harapan; 30 Oktober 2016;
- Permufakatan Para Burung; 5 Januari 2017;
- Kepada Cinta Yang Berumur Seminggu; 13 April 2017;
- Senja Di Malaka; 14 Juni 2017;
- Mengecoh Sang Raja; 17 Oktober 2017;
- Wawancara Dengan Sang Iblis; 1 Januari 2018;
- Legenda Gajah Putih; 12 Januari 2018;
- Genderang Pulang Sang Rajawali; 22 Februari 2018;
- Kisah Menteri Jaringan Melawan Kapitalisme Amerika; 17 Desember 2018;
- Legenda Naga Sabang; 29 Mei 2020;
- Legenda Gunung Geurutee; 1 Juni 2020;
masih ngernyitkan dahi…..
model bahasanya kayak gurindam tapi gurindam juga ngga sepanjang ini..hehehhee
ini kisah nyata pa fiksi ya? hehhee
hihihihi…
Fiksi Mas Icang…
Mengambil latar setting waktu pencaplokan Azerbaizan oleh Rusia…
Pertemuan Timur dan Barat selalu menarik untuk dijadikan fiksi…
wah, quote yang mencerahkan, mas tengku, lelaki perkasa, tapi tetep memiliki kelembutan hati terhadap sesama.
hihihi….
Dipuji oleh seorang ahli bahasa seperti Mas Sawaly adalah sebuah kehormatan bagi Abu….
salam buat lisa.. 🙂
Lisa membacanya lewat perantara mata kita…
Sukses buat Tengku Puteh
Makasih telah berkunjung ke blog saya…
Walah-walah bagusnya, kalau agak panjang paparan lebih dalam mas. Saya tergugah, indah kali bahasamu. Takjub. Untuk postingan 6 atau 7 Januari saya buat tulisan dari komen Sampeyan. Insya Allah.
Jawab
@ yainal ==> Ini Fiksi bro, dan ada selang 100 tahun dari skrg. hihihi, jd gak bisa disampaikan.
@marsudiyanto ==> Terima kasih tlh menganggap cerita ini nyata…
@Ersis Warmansyah Abbas ==> Agak krg panjang ya, Abu pertimbangkan utk buat sekuelnya… Tp cari inspirasi dulu ya Mas Ersis.
Buat tulisan dari komen saya, hihihihi. Saya tunggu…
Hebat…Tgk sangat berbakat dalam menulis fiksi
kenapa gak dicoba menulis sebuah buku tentang fiksi atau novel tentang Aceh atau sejarah Aceh
Wach ,,,kalau saya punya bakat kaya Tgk saya akan jadi penulis seperti Endang Moerdopo yang telah berhasil mengangkat sejarah Laksamana Malahayati kedalam sebuah novel
terima kasih telah membaca Perempuan Keumala, semoga karya tersebut dapat menginspirasi untuk terus berkarya
saleum,PK
Saleum juga kakak 😀
Semoga kakak juga terus berkarya dengan gemilang…
@ baka kelana ==> Terimong gaseh atas pujiannya…
Sejarah Aceh sangat rumit, apalagi karena Abu include didalamnya… Ia menjadi sangat emosional. Tapi Sebenarnya saat ini Abu sedang “iseng” membuat kumpulan cerpen kecil ttg Aceh. Tapi itu perlu waktu, riset, tenaga lebih… Maklum settingnya abad 19…
Ya butuh waktu… Mudah2an saja berhasil…
Jujur, Saya tak sanggup kalau tulisan seperti ini.
Nama saya Lisa…jadi surat ini buat saya? :p
Salam
Lisa
Jawab
@ Bang Pozan ==> Gak sanggup baca ya bang… Hihihi…
@ ladangkata/lisa ==> Hihihihi…. No Comment ah..
sepertinya kisah pribadi nih….huehehehe….
lagi patah hati, dek…??? soalnya bahasa seperti itu baru bisa keluar kalo penulisnya bener-bener tergugah hatinya, perasaannya ..
oleh Lisa..(nama samaran..???wkwkwkwk)
sorry baru berkunjung, lagi mencoba aktip kembali…
Tulisan sampeyan di http://www.blogersis.com dijadikan tulisan: Menulis Etalase Pikiran
Jawab
@mbadeni ==> hihihi, seolah nyata ya… Seorg penulis hrs mampu mengimajikan. Tdk hrs merasakan. Apa jdnya jk seluruh masterpiece di dunia ini tercipta dgn syarat penulisnya patah hati… hihihi…
@Ersis ==> Akan saya kunjungi…
ada kerapuhan di balik topeng besiku
ada kelemah lembutan di balik kepala singaku
dan ada airmata ketidak mampuan di belenggu rantai asmara
hebat kang abu
eh lupa met tahun baru kekekeke ketinggalan hihihi
Ah mas tok bisa saja, hihihi…
Met tahun baru juga…
Pingback: LETTER TO LISA | Tengkuputeh
Pingback: SEBENTUK HARTA | Tengkuputeh
Pingback: ELEGI PAGI HARI, SEBUAH CERPEN | Tengkuputeh
Pingback: KEINDAHAN SANG REMBULAN | Tengkuputeh
Pingback: TEMPAT TIADA KEMBALI | Tengkuputeh
Pingback: RENUNGAN MAJNUN SEORANG PENARIK CUKAI | Tengkuputeh
Pingback: KETIDAKAGUNGAN CINTA | Tengkuputeh
Pingback: AKU TAK MENGERTI KAMU | Tengkuputeh
Pingback: SELAMAT TINGGAL ANDALUSIA | Tengkuputeh
Pingback: NARSIS YANG BERBEDA | Tengkuputeh
Pingback: ISTANA KOSONG | Tengkuputeh
Pingback: SENJA DI MALAKA | Tengkuputeh
Pingback: PERJALANAN | Tengkuputeh
Pingback: JARING KAMALANGA | Tengkuputeh
Pingback: LELAKI SUNGAI | Tengkuputeh
Pingback: MENGECOH SANG RAJA | Tengkuputeh
Pingback: PADA PANDANGAN PERTAMA | Tengkuputeh
Pingback: THE LAST GENTLEMAN | Tengkuputeh
Pingback: YANG TAK AKAN KEMBALI | Tengkuputeh
Pingback: TAK ADA APA APA | Tengkuputeh
Pingback: SELAMANYA | Tengkuputeh
Pingback: HANYALAH LELAKI BIASA | Tengkuputeh
Pingback: WASIAT HANG TUAH | Tengkuputeh
Pingback: ODE SEORANG BUJANG | Tengkuputeh
Pingback: WASIAT TERUNTUK ADINDA MALIN KUNDANG | Tengkuputeh
Pingback: ODE SEEKOR ELANG | Tengkuputeh
Pingback: KISAH SEBELUM SANG PANGERAN SELESAI | Tengkuputeh
Pingback: KEPADA CINTA YANG BERUMUR SEMINGGU | Tengkuputeh
Pingback: BADAI SEJARAH | Tengkuputeh
Pingback: SANG KATALIS | Tengkuputeh
Pingback: CERITA CINTA | Tengkuputeh
Pingback: WAWANCARA DENGAN SANG IBLIS | Tengkuputeh
Pingback: MENGENANG SEBUAH PERJALANAN CINTA | Tengkuputeh
Pingback: SETELAH REVOLUSI SELESAI | Tengkuputeh
Pingback: LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH | Tengkuputeh
Pingback: SANTIAGO SANG PELAUT | Tengkuputeh
Pingback: GENDERANG PULANG SANG RAJAWALI | Tengkuputeh
Pingback: PERSAHABATAN KAMBING DAN SERIGALA - TengkuputehTengkuputeh
Pingback: DRAGON DIALOG - TengkuputehTengkuputeh
Pingback: PERJALANAN - TengkuputehTengkuputeh
Pingback: RINDU - TengkuputehTengkuputeh
Pingback: SUPAYA AKU, KAMU DAN KITA (LEBIH) SALEH - TengkuputehTengkuputeh
Pingback: KISAH MENTERI JARINGAN MELAWAN KAPITALISME AMERIKA | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: KISAH MENTERI JARINGAN MELAWAN KAPITALISME AMERIKA | Tengkuputeh
Pingback: A LETTER TO LISA | Tengkuputeh
Pingback: PERMUFAKATAN PARA BURUNG | Tengkuputeh
Pingback: ADA BANYAK CINTA | Tengkuputeh
Pingback: LEGENDA GAJAH PUTIH BENER MERIAH | Tengkuputeh
Pingback: BARA API IDEALISME | Tengkuputeh
Pingback: TIDAK SEDANG MENCARI CINTA | Tengkuputeh
Pingback: PERSAHABATAN KAMBING DAN SERIGALA | Tengkuputeh
Pingback: HIKAYAT NARSIS YANG BERBEDA | Tengkuputeh
Pingback: ODA NOBUNAGA BANGSAWAN PANDIR | Tengkuputeh
Pingback: TAKTIK ISTANA KOSONG IEYASU TOKUGAWA | Tengkuputeh
Pingback: IEYASU TOKUGAWA SANG ASHURA | Tengkuputeh
Pingback: YUKIMURA SANADA SAMURAI TERAKHIR | Tengkuputeh
Pingback: ODE SEEKOR HARIMAU | Tengkuputeh
Pingback: PESAN KEPADA PENGUASA | Tengkuputeh
Pingback: CELA SEMPURNA | Tengkuputeh
Pingback: KITA YANG TAK AKAN BERTEMU KEMBALI | Tengkuputeh
Pingback: DRAGON DIALOG | Tengkuputeh
Pingback: AKHIR RIWAYAT SANG DURJANA | Tengkuputeh
Pingback: HIKAYAT MEURAH SILU | Tengkuputeh
Pingback: RAJA DEKAT TUHAN JAUH | Tengkuputeh
Pingback: CATATAN SEORANG PECUNDANG | Tengkuputeh
Pingback: ORANG ASING TERASING | Tengkuputeh
Pingback: IBLIS NAMEC VS MANUSIA SAIYA | Tengkuputeh