
Hutan tempat Para Penyihir Terakhir terlihat.
PENYIHIR TERAKHIR
Hutan Brijeg di depan mata. Menurut cerita lisan dari suku Bogomil adalah tempat para penyihir bersemayam. Legenda dan mitos seolah memanggilku menuju kesana. Ada jalan memutar untuk menuju Sarajevo namun panggilan hatiku mengalahkan rasa takut yang telah ditanamkan oleh para leluhur.
Aku turun dari kereta kuda. “Goran, berikan aku kuda. Kita lewat hutan ini saja!” Aku tidak terbiasa naik kuda. Bahkan akan menimbulkan ruam-ruam dipaha. Tapi kali ini tak apa.
“Tuan apakah tidak lebih baik kita melewati jalan biasa. Hutan ini adalah sarang penyihir.” Usul Goran, yang terlihat disetujui oleh para pengawal lainnya.
Aku tersenyum. “Perjalanan dari Istambul sudah sangat melelahkan. Tidak adalahnya kita memotong jalan. Lagi pula adakah diantara kalian yang pernah melihat penyihir? Ayo maju!!!”
Dengan enggan mereka mengikuti. Hutan Brijeg mungkin seumur dengan bumi. Rombongan berjalan pelan mengindar menyingung pepohonan yang tumbuh rapat. Setengah hari perjalanan, tidak ada yang istimewa sampai kami tiba di padang yang tak sebegitu luas. Sebuah perkampungan tua yang telihat telah ditinggalkan oleh para penghuninya. Mungkinkah ini dulunya adalah perkampungan para penyihir? Rasa takut dan ingin tahu bercampur di benak kami semua.
Hari menjelang gelap sehingga kami melihat di kejauhan pijar api di sebuah rumah. Nedzad menganjurkan supaya kita segera pergi. Namun panggilan hatiku semakin kuat. “Goran, Nedzad, Ceric ikut aku kesana! Sedang yang lain tinggal disini untuk menyiapkan tempat. Kita bermalam disini!” Aku memacu kudaku tepat kerumah itu.
Sama seperti rumah-rumah yang lain, rumah ini tak terurus. Dindingnya terbuat dari tanah berlumpur yang dikeraskan dengan ranting-ranting kayu sebagai atap.
“Silahkan masuk lord Milovan!” Sebuah suara memanggil, aneh karena suara tersebut mengenali namaku. Kami masuk dengan pelan. Suasana hening, siapa yang menduga seseorang yang tingal di hutan tersembunyi mengetahui siapa tamu yang datang. Dapat diduga dia adalah satu dari sekian penyihir yang menjadi legenda dalam tradisi lisan suku kami.
Seorang nenek tua berjubah hitam duduk dibelakan meja serata memegang bola Kristal bercahaya merah yang berpola urat kayu berwarna merah. Wajahnya bopeng seperti orang terkena penyakit lepra, dia tersenyum pada kami, giginya beberapa sudah tanggal sungguh menyeramkan.
“Mengapa harus terkejut melihatku, jika kalian baru kembali dari Istambul, sebuah dunia yang lain? Sedang aku adalah bagian dari bangsamu Lord White Milovan?” Kami terdiam, jelas si penyihir memberitahukan identitas dirinya.
“Kalian telah memilih mengikut kepada Turki dan meninggalkan kepercayan pagan. Padahal diseantero Eropa hanya tinggal suku kita yang masih memuja Dewa dan Dewi.” Kata-katanya terlihat sedih. Dan kami siap menerima kemarahan darinya. Kaum penyihir adalah penghubung antara dunia dan dewa dalam kepercayaan lama suku Bogomil.
Berempat kami masih berdiri. “Aku harus memilih Indatu. Austria di Utara, Bangsa Slavia mengikut Rusia sedang yang lain telah tunduk ke Roma. Hanya kita yang masih kafir. Dan saat ini adalah zaman Ustmaniyah” Aku berdalih.
“Lord Milovan!” Tatapnya. “Zaman Ustmaniyah akan segera berakhir. Dan kelak kaum kita akan ditinggalkan sendirian.” Lagi-lagi suaranya bersedih. “Tapi aku tak akan ada untuk melihatnya. Karena aku putri Illiya akan mati tak lama lagi. Membawa tradisi ini hilang untuk selama-lamanya.”
Seorang penyihir tidak bisa menangis, begitulah takdirnya namun ia terlihat terisak. Mendapati dirinya sendiri dan terkhianati. Dagunya yang menonjol keluar dan muka kehijauan tersebut terlihat sangat bersedih. “Dan kau!” Tunjuknya ke wajahku. “Sejak kepergianmu menyatakan takluk pada Khalifah di Istanbul, aku telah mengutukmu!” Entah mengapa aku tidak marah dengannya, mungkin aku kasihan kepadanya.
Dia terdiam sesaat menunggu jawabanku, namun kami hanya diam saja. Dia tertawa. “Aku mengutukmu dengan kutukan kuno menggunakan darahku sendiri, kamu! Akan menemukan namamu hilang dari sejarah dan tidak akan dicatat atau diingat oleh siapapun! Dan sukumu! Akan menjadi paling asing, paling ganjil sepanjang sejarah manusia! Dan akan mengalami kekejian yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya!” Bahkan sebelum dia mengutuk, kami kaum Bogomil adalah yang paling berbeda di seantero Eropa.
Bagaimanapun dia telah mengutukku, kaumku yang juga merupakan kaumnya. Akhirnya ia menjulurkan kepalanya seolah-olah menanti untuk dipenggal, “tunggu apalagi? Bukankah agama bangsa Turki menganggapku sebagai jahat dan harus dibunuh!”
“Ibu tua.” Aku menarik nafas. “Mereka juga mengajarkan untuk memaafkan, dan juga kasih sayang.” Jawabku. Ia tertawa, mengerikan seperti tawa gagak. “Kau munafik!! Bukankah kau, Lord Milovan mengharapkan pengampunan dariku? Seorang perempuan tua yang lemah dan kau tinggalkan seorang diri di dunia?”
Sebenarnya bukan itu, tapi entah mengapa kami semua mengangguk. Kasihan pada penyihir terakhir dari suku Bogomil. “Kami mohon maaf telah menganggu ibu, sudah saatnya kami kembali. Perjalanan pulang ke Sarajevo masih sangat jauh.” Kami mohon diri.
“Silahkan kalian pergi! Pergilah tinggalkan aku!” Dia meracau dengan bahasa kuno yang sudah tidak kami mengerti lagi sebahagian besarnya. “tapi aku akan memberikan pengecualian, sebagai pengabdianku yang terakhir mengingat jasa nenek moyangmu.”
Dia bermaksud menahan kami, namun tinggal disini lebih lama akan menambah kepedihannya, juga kami. “Tapi kejadian hari ini akan mencatatkan namamu, dan kamu akan hidup berbahagia sampai akhir hidupmu. Dan kaummu dan juga kaumku akan melahirkan anak-anak paling rupawan sepanjang sejarah manusia.” Suaranya melemah dan hilang dalam isak tangis.
Kami keluar rumah tersebut, kami saling berjanji untuk tidak akan menceritakan kisah ini kepada siapapun. Demi kebaikan kami semua. Malam itu juga kami bersepakat melanjutkan perjalanan. Menjelang fajar kami menemukan sudah berada di tepi hutan. Jalan ke Sarajevo sudah tampak dibalik kabut. Perjalanan ini begitu melelahkan, badanku seolah remuk semua. Sesampai di Sarajevo ingin rasanya aku tidur. Mata-mata kami begitu kelelahan. Entah mengapa, sekeluar dari hutan Brijeg mataku terasa sembab. Mengingat sejarah Bogomil sedari Albarc Agung harus putus ditanganku, mengingat kelak Kepangeranan Bogomil hanya akan menjadi Sanjaq (Provinsi) Ustmaniyah. Mungkinkah ini semua salahku. “Akh, mungkin ini karena kabut tadi!” Gumamku pada diri sendiri. Bagaimanapun rumah semakin dekat.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Katalog Cerita Pendek:
- Sebentuk Harta; 10 Agustus 2008;
- Elegi Pagi Hari, Sebuah Cerpen; 13 Agustus 2008;
- Keindahan Sang Rembulan; 5 September 2008;
- Ketidakagungan Cinta; 10 Oktober 2008;
- Tempat Tiada Kembali; 13 Oktober 2008;
- Pada Pandangan Pertama; 18 Oktober 2008;
- Aku Tak Mengerti Kamu; 24 Oktober 2008;
- Mengenang Sebuah Perjalanan Cinta; 3 November 2008;
- Selamanya; 14 Desember 2008;
- Ode Seorang Bujang; 17 Desember 2008;
- Sepucuk Surat Untuk Lisa; 1 Januari 2009;
- Wasiat Teruntuk Adinda Malin Kundang; 4 Februari 2009;
- Tidak Sedang Mencari Cinta; 23 Februari 2009;
- Hanyalah Lelaki Biasa; 6 April 2009;
- Wasiat Hang Tuah; 29 Mei 2009;
- Ode Seekor Elang; 8 Juni 2009;
- Tak Ada Apa Apa; 7 Oktober 2009;
- The Last Gentleman; 4 Desember 2009;
- Renungan Majnun Seorang Penarik Cukai; 31 Mei 2010
- Yang Tak Akan Kembali; 10 Juni 2010;
- Kisah Sebelum Sang Pengeran Selesai; 5 Juli 2010;
- Penyihir Terakhir; 15 Maret 2011;
- Santiago Sang Pelaut; 23 Maret 2012;
- Iblis Namec Vs Manusia Saiya; 6 April 2012;
- Ashura; 13 Februari 2013;
- Selamat Tinggal Andalusia; 10 Maret 2013;
- Narsis Yang Berbeda; 28 April 2013;
- Istana Kosong; 4 Juni 2013;
- Bangsawan Pandir; 10 Juni 2013;
- Kematian Bhisma; 15 Juni 2013;
- Badai Sejarah; 29 Juli 2013;
- Cerita Cinta; 7 Agustus 2013;
- Perjalanan; 29 November 2013;
- Jaring Kamalanga; 29 Desember 2013;
- Lelaki Sungai; 19 Januari 2014;
- Dragon Dialog; 13 November 2014;
- Persahabatan Kambing Dan Serigala; 19 Desember 2014;
- Pesan Kepada Penguasa; 17 Januari 2015;
- Bagaimana Mengubah Timah Hitam Menjadi Emas; 11 April 2015;
- Setelah Revolusi Selesai; 6 Oktober 2016;
- Harlequin Dan Pohon Harapan; 30 Oktober 2016;
- Permufakatan Para Burung; 5 Januari 2017;
- Kepada Cinta Yang Berumur Seminggu; 13 April 2017;
- Senja Di Malaka; 14 Juni 2017;
- Mengecoh Sang Raja; 17 Oktober 2017;
- Wawancara Dengan Sang Iblis; 1 Januari 2018;
- Legenda Gajah Putih; 12 Januari 2018;
- Genderang Pulang Sang Rajawali; 22 Februari 2018;
Pingback: TERIMA KASIH PADA SASTRA | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: THE STORY OF THE LAST WITCH | Tengkuputeh
Awesome Lord Milovan , Nice story
Thank a lot, Have a nice daya Farislucker 😀
Pingback: SEBENTUK HARTA | Tengkuputeh
Pingback: ELEGI PAGI HARI, SEBUAH CERPEN | Tengkuputeh
Pingback: KEINDAHAN SANG REMBULAN | Tengkuputeh
Pingback: KETIDAKAGUNGAN CINTA | Tengkuputeh
Pingback: AKU TAK MENGERTI KAMU | Tengkuputeh
Pingback: SEPUCUK SURAT UNTUK LISA | Tengkuputeh
Pingback: RENUNGAN MAJNUN SEORANG PENARIK CUKAI | Tengkuputeh
Pingback: SELAMAT TINGGAL ANDALUSIA | Tengkuputeh
Pingback: NARSIS YANG BERBEDA | Tengkuputeh
Pingback: TEMPAT TIADA KEMBALI | Tengkuputeh
Pingback: PERJALANAN | Tengkuputeh
Pingback: LELAKI SUNGAI | Tengkuputeh
Pingback: MENGECOH SANG RAJA | Tengkuputeh
Pingback: PADA PANDANGAN PERTAMA | Tengkuputeh
Pingback: THE LAST GENTLEMAN | Tengkuputeh
Pingback: YANG TAK AKAN KEMBALI | Tengkuputeh
Pingback: KISAH SEBELUM SANG PANGERAN SELESAI | Tengkuputeh
Pingback: TAK ADA APA APA | Tengkuputeh
Pingback: MAKNA PUISI YANG HILANG | Tengkuputeh
Pingback: SELAMANYA | Tengkuputeh
Pingback: HANYALAH LELAKI BIASA | Tengkuputeh
Pingback: WASIAT HANG TUAH | Tengkuputeh
Pingback: ODE SEORANG BUJANG | Tengkuputeh
Pingback: WASIAT TERUNTUK ADINDA MALIN KUNDANG | Tengkuputeh
Pingback: KEPADA CINTA YANG BERUMUR SEMINGGU | Tengkuputeh
Pingback: BADAI SEJARAH | Tengkuputeh
Pingback: SANG KATALIS | Tengkuputeh
Pingback: CERITA CINTA | Tengkuputeh
Pingback: WAWANCARA DENGAN SANG IBLIS | Tengkuputeh
Pingback: MENGENANG SEBUAH PERJALANAN CINTA | Tengkuputeh
Pingback: SETELAH REVOLUSI SELESAI | Tengkuputeh
Pingback: LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH | Tengkuputeh
Pingback: SENJA DI MALAKA | Tengkuputeh
Pingback: SANTIAGO SANG PELAUT | Tengkuputeh
Pingback: GENDERANG PULANG SANG RAJAWALI | Tengkuputeh
Pingback: KISAH MENTERI JARINGAN MELAWAN KAPITALISME AMERIKA | Tengkuputeh
Pingback: THE LAST WITCH OF THE BOGOMIL TRIBE | Tengkuputeh
Pingback: ADA BANYAK CINTA | Tengkuputeh
Pingback: LEGENDA GAJAH PUTIH BENER MERIAH | Tengkuputeh
Pingback: TIDAK SEDANG MENCARI CINTA | Tengkuputeh
Pingback: PERSAHABATAN KAMBING DAN SERIGALA | Tengkuputeh
Pingback: JARING KAMALANGA | Tengkuputeh
Pingback: HIKAYAT NARSIS YANG BERBEDA | Tengkuputeh
Pingback: ODA NOBUNAGA BANGSAWAN PANDIR | Tengkuputeh
Pingback: TAKTIK ISTANA KOSONG IEYASU TOKUGAWA | Tengkuputeh
Pingback: IEYASU TOKUGAWA SANG ASHURA | Tengkuputeh
Pingback: ODE SEEKOR HARIMAU | Tengkuputeh
Pingback: PESAN KEPADA PENGUASA | Tengkuputeh
Pingback: DRAGON DIALOG | Tengkuputeh
Pingback: AKHIR RIWAYAT SANG DURJANA | Tengkuputeh
Pingback: HIKAYAT MEURAH SILU | Tengkuputeh
Pingback: RAJA DEKAT TUHAN JAUH | Tengkuputeh
Pingback: IBLIS NAMEC VS MANUSIA SAIYA | Tengkuputeh