YANG TAK AKAN KEMBALI
Wadi Al-Kabir, Jazirah Iberia. 1468 M.
Kuda Arab ini sudah lelah berjalan. Mendaki bukit membelah malam menuju tempat pertemuan. Hari ini aku Abdurrahman mewakili keemiran Granada, satu-satunya daulah Islam yang tersisa di Andalusia. Pedih hatiku menghadapi hari ini dimana harus menghadiri perlehatan ulang tahun puteri Castila. Setelah Cordoba dan Sevilla takluk aku tak punya pilihan lain selain takzim pada undangan dari Henry IV, Raja Castila yang punya hajatan untuk menyenangkan anaknya Juana. Negeri Maghrib disekat oleh Samudera Atlantik, Turki Ustmaniyah masih sibuk berperang dengan Byzantium, Baghdad sudah lewat seratus tahun dilantak bangsa Ya’juj Ma’juj. Tinggallah Granada sendirian disini, di Eropa Selatan dikepung oleh Castila, Aragon dan Navarre ditambah Kerajaan Portugis. Kekuasaan sejengkal membuatku harus merelakan diri kemari. Wadi Al-Kabir menyambut para panglima merayakan pesta ditempat cahaya Islam pernah bersinar.
“Jangan pergi anakku, bisa jadi ini adalah jebakan.” Kata ibuku. Tapi ibu nasib Granada ditentukan hari ini dan aku tidak bisa menolak. Raja Portugal bisa saja menolak mengirimkan utusan karena masih marah dengan kegagalan perjodohan dengan Isabella adik raja Castilla tapi aku tidak. Nasib Granada di ujung tanduk. Sevilla, Cordova sudah jatuh. Tiada taifah muslim merdeka lagi di Andalusia kecuali keemiran Granada. Ini adalah masa dimana harga diri tiada bernilai lagi.
“Selamat datang Boabdil. Akhirnya emir Granada mau merendahkan hatinya dan menepati janjinya untuk hadir.” Jabat Ferdiand pangeran Arragon.
Negeri Maghrib, Afrika Utara. 1497 M.
“Sejarah tidak pernah memihak mereka yang menepati janji.” Kata-kata Ferdinand yang diulangi segenap pengungsi dari Andalusia terngiang ditelingaku, apa daya Granada sudah takluk. Aku harus meninggalkan tanah yang kucintai, Andalusia. Baru lima tahun yang lalu dan inkuisisi pun dimulai.
Castila dan Arragon mengkhianati perjanjian Guadalope. Setiap muslim yang tersisa di jazirah Iberia hanya tiga pilihan, pergi, mati, meninggalkan akidah. Ingkar atas perjanjian toleransi beragama yang telah kuusahakan dengan sekuat tenaga. Sebagai upaya terakhirku menjaga agar tidak banyak darah muslim yang tumpah setelah perang menghadapi tentara gabungan Castilla, Arragon dan Portugis. Lima tahun yang lalu, aku meninggalkan Andalusia. Sebuah syarat perjanjian yang harus kutepati demi perdamaian.
Oleh karena waktu, kini aku dapat melihat jelas kebodohanku. Ya, kesalahanku adalah sangat mencintai jazirah Iberia. Aku rindu setiap batang pohonnya, aku menyukai aliran sungainya dan orang-orang yang hidup dalam naungannya. Kota-kota yang memiliki jalan keras berlampu. Bahkan London di Utara masih berjalan lumpur. Aku merasa memiliki semuanya, padahal tidak! Dan itu semua melemahkanku, sungguh tak patut seorang putra gurun memiliki hati yang lemah.
Aku malu akan ketololanku, sungguhku telah mempermalukan para leluhur. Sungguhku telah menyiakan usaha Thariq bin Ziad tujuh ratus tahun yang lalu. Dan aku pasrah jika kelak Abdurrahman dikenang sebagai pejuang dan pemimpin muslim terburuk, sepanjang masa. Selamat tinggal Andalusia tanah yang kucintai dan tak akan pernah kupandangi lagi.
Aku menangis seunggukan, “Abdurrahman dari Granada mengapa engkau menangis seperti perempuan? Sedang engkau tak bertempur sebagaimana lelaki sejati?” Ibu menghardikku. Beliau kesal mengingat betapa aku menghindari perang total dengan menyerah disuatu hari ditahun 1492. Sejarah itu memiliki kemampuan untuk berulang, namun manusia tak punya kuasa kembali ke masa lalu.
Dan realita barang kali hanyalah persepsi.
Orang bilang masa lalu selalu tetap ditempatnya, dan hanyalah kenangan yang terdistorsi yang selalu terbawa kemana kaki melangkah. Waktu melahap segalanya termasuk kenangan namun tak menyadari, persepsi membungkus, menyimpan dalam liang ingatan, menyajikan dengan bumbu-bumbu nostalgia. Hingga penggal kenangan terasa lebih manis atau lebih pahit dari semestinya. Saat kita berusaha mencicipinya lagi, kita kecewa dan tak jarang marah.
Barangkali kenyataan memang sudah berubah. Waktu memupus ketangguhannya untuk bertahan. Barangkali kita sendiri yang telah pergi jauh dari masa lalu. Hingga terlalu kompleks dan dan terlalu tinggi. Kemudian rindu dan menggorek kenangan dari timbunan kenyataan. Lalu yang kita jumpai sesuatu yang tak mampu kita cerna.
Mungkin kesalahan atau lebih tepat ketololan kita adalah menggunakan persepsi masa kini, untuk sebuah ekspetasi dari masa lalu Atau bahkan terbalik? Siapa tahu?
XXXXXXXXXXXXXX
Katalog Cerita Pendek:
- Sebentuk Harta; 10 Agustus 2008;
- Elegi Pagi Hari, Sebuah Cerpen; 13 Agustus 2008;
- Keindahan Sang Rembulan; 5 September 2008;
- Ketidakagungan Cinta; 10 Oktober 2008;
- Tempat Tiada Kembali; 13 Oktober 2008;
- Pada Pandangan Pertama; 18 Oktober 2008;
- Aku Tak Mengerti Kamu; 24 Oktober 2008;
- Mengenang Sebuah Perjalanan Cinta; 3 November 2008;
- Selamanya; 14 Desember 2008;
- Ode Seorang Bujang; 17 Desember 2008;
- Sepucuk Surat Untuk Lisa; 1 Januari 2009;
- Wasiat Teruntuk Adinda Malin Kundang; 4 Februari 2009;
- Tidak Sedang Mencari Cinta; 23 Februari 2009;
- Hanyalah Lelaki Biasa; 6 April 2009;
- Wasiat Hang Tuah; 29 Mei 2009;
- Ode Seekor Elang; 8 Juni 2009;
- Tak Ada Apa Apa; 7 Oktober 2009;
- The Last Gentleman; 4 Desember 2009;
- Renungan Majnun Seorang Penarik Cukai; 31 Mei 2010
- Yang Tak Akan Kembali; 10 Juni 2010;
- Kisah Sebelum Sang Pengeran Selesai; 5 Juli 2010;
- Penyihir Terakhir; 15 Maret 2011;
- Santiago Sang Pelaut; 23 Maret 2012;
- Iblis Namec Vs Manusia Saiya; 6 April 2012;
- Ashura; 13 Februari 2013;
- Selamat Tinggal Andalusia; 10 Maret 2013;
- Narsis Yang Berbeda; 28 April 2013;
- Istana Kosong; 4 Juni 2013;
- Bangsawan Pandir; 10 Juni 2013;
- Kematian Bhisma; 15 Juni 2013;
- Badai Sejarah; 29 Juli 2013;
- Cerita Cinta; 7 Agustus 2013;
- Perjalanan; 29 November 2013;
- Jaring Kamalanga; 29 Desember 2013;
- Lelaki Sungai; 19 Januari 2014;
- Dragon Dialog; 13 November 2014;
- Persahabatan Kambing Dan Serigala; 19 Desember 2014;
- Pesan Kepada Penguasa; 17 Januari 2015;
- Bagaimana Mengubah Timah Hitam Menjadi Emas; 11 April 2015;
- Setelah Revolusi Selesai; 6 Oktober 2016;
- Harlequin Dan Pohon Harapan; 30 Oktober 2016;
- Permufakatan Para Burung; 5 Januari 2017;
- Kepada Cinta Yang Berumur Seminggu; 13 April 2017;
- Senja Di Malaka; 14 Juni 2017;
- Mengecoh Sang Raja; 17 Oktober 2017;
- Wawancara Dengan Sang Iblis; 1 Januari 2018;
- Legenda Gajah Putih; 12 Januari 2018;
- Genderang Pulang Sang Rajawali; 22 Februari 2018;
kisah yang sarat dengan keteladanan sikap dan perilaku. saya menyaksikan sebuah pengembaraan yang (nyaris) tanpa akhir, mas tengku. hidup agaknya tak bisa dipisahkan dari masa lalu dan masa kini utk mencapai kehidupan di masa depan yang belum pasti.
Iya mas sawaly, itulah kehidupan. Ada banyak pilihan dan kita tidak tahu akan baaimana nantinya.
Terima kasih kepada bung Karang untuk quate-nya… Sangat berwarna karenanya…
Ping balik: TERIMA KASIH PADA SASTRA | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Ping balik: SEBENTUK HARTA | Tengkuputeh
Ping balik: ELEGI PAGI HARI, SEBUAH CERPEN | Tengkuputeh
Ping balik: KEINDAHAN SANG REMBULAN | Tengkuputeh
Ping balik: KETIDAKAGUNGAN CINTA | Tengkuputeh
Ping balik: TEMPAT TIADA KEMBALI | Tengkuputeh
Ping balik: PERJALANAN | Tengkuputeh
Ping balik: MENGECOH SANG RAJA | Tengkuputeh
Ping balik: THE LAST GENTLEMAN | Tengkuputeh
Ping balik: RENUNGAN MAJNUN SEORANG PENARIK CUKAI | Tengkuputeh
Ping balik: TAK ADA APA APA | Tengkuputeh
Ping balik: SELAMANYA | Tengkuputeh
Ping balik: HANYALAH LELAKI BIASA | Tengkuputeh
Ping balik: WASIAT HANG TUAH | Tengkuputeh
Ping balik: ODE SEORANG BUJANG | Tengkuputeh
Ping balik: WASIAT TERUNTUK ADINDA MALIN KUNDANG | Tengkuputeh
Ping balik: PADA PANDANGAN PERTAMA | Tengkuputeh
Ping balik: KISAH SEBELUM SANG PANGERAN SELESAI | Tengkuputeh
Ping balik: KEPADA CINTA YANG BERUMUR SEMINGGU | Tengkuputeh
Ping balik: BADAI SEJARAH | Tengkuputeh
Ping balik: JARING KAMALANGA | Tengkuputeh
Ping balik: SEPUCUK SURAT UNTUK LISA | Tengkuputeh
Ping balik: SANG KATALIS | Tengkuputeh
Ping balik: CERITA CINTA | Tengkuputeh
Ping balik: LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH | Tengkuputeh
Ping balik: AKU TAK MENGERTI KAMU | Tengkuputeh
Ping balik: WAWANCARA DENGAN SANG IBLIS | Tengkuputeh
Ping balik: MENGENANG SEBUAH PERJALANAN CINTA | Tengkuputeh
Ping balik: SETELAH REVOLUSI SELESAI | Tengkuputeh
Ping balik: SENJA DI MALAKA | Tengkuputeh
Ping balik: SANTIAGO SANG PELAUT | Tengkuputeh
Ping balik: GENDERANG PULANG SANG RAJAWALI | Tengkuputeh
Ping balik: NARSIS YANG BERBEDA | Tengkuputeh
Ping balik: KISAH MENTERI JARINGAN MELAWAN KAPITALISME AMERIKA | TengkuputehTengkuputeh
Ping balik: KISAH MENTERI JARINGAN MELAWAN KAPITALISME AMERIKA | Tengkuputeh
Ping balik: PERMUFAKATAN PARA BURUNG | Tengkuputeh
Ping balik: ADA BANYAK CINTA | Tengkuputeh
Ping balik: LEGENDA GAJAH PUTIH BENER MERIAH | Tengkuputeh
Ping balik: TIDAK SEDANG MENCARI CINTA | Tengkuputeh
Ping balik: ODE SEEKOR ELANG | Tengkuputeh
Ping balik: PERSAHABATAN KAMBING DAN SERIGALA | Tengkuputeh
Ping balik: LELAKI SUNGAI | Tengkuputeh
Ping balik: ODA NOBUNAGA BANGSAWAN PANDIR | Tengkuputeh
Ping balik: TAKTIK ISTANA KOSONG IEYASU TOKUGAWA | Tengkuputeh
Ping balik: IEYASU TOKUGAWA SANG ASHURA | Tengkuputeh
Ping balik: ODE SEEKOR HARIMAU | Tengkuputeh
Ping balik: PESAN KEPADA PENGUASA | Tengkuputeh
Ping balik: SELAMAT TINGGAL ANDALUSIA | Tengkuputeh