KEMATIAN BHISMA

Bhisma yang terpanah, paham dia tidak akan sembuh. Hutang kematian Dewi Amba telah terbalaskan oleh Srikandi dan Arjuna.

KEMATIAN BHISMA

Sepanjang berjalan waktu, tahun demi tahun. Sekarang, perbatasan telah berubah dalam abad ini, tapi nostagia ini betapa bertentangan dengan kenyataan, itu semua karena sejarah. Segala sesuatu memiliki asal mula, perjalanannya dinamakan sejarah dalam bahasa awam disebut masa lalu. Manusia sebagai individu pelaku sebenarnya adalah sejarah itu sendiri, manusia menyerap (osmosis) apa yang ia lalui di perjalanan hidup. Baik itu rasa, ruang maupun waktu. Dan ciri-ciri orang hebat bisa diketahui melalui tiga pertanda: kedermawanan dalam bentuk, kemanusiaan dalam pelaksanaan, tidak berlebihan dalam keberhasilan.

Kurukhetra. Bharatarayudha, perselisihan antara keluarga Pandawa yang pimpin oleh Puntadewa (Yudhistira) melawan sepupu mereka, yaitu para korawa yang dipimpin Duryadana. Hari kesepuluh, Bhisma panglima perang Hastinapura maju dengan gagah berani. Resi Bhisma disebut juga Dewabrata adalah penjaga wangsa Bharata adalah seorang terhormat terakhir di kubu Korawa pantang menyerang wanita, tidak melawan ketika Srikandi menyerang. Dan serangan Srikandi tidak mempan terhadap Dewabrata. Akan tetapi tanpa disadari Dewabrata, di belakang Srikandi, Arjuna menembakkan panah-panahnya yang dasyat dan melumpuhkan Bhisma. Panah-panah tersebut menancap dan menembus baju zirahnya, kemudian ia terjatuh dari kereta, tubuh sang resi tidak menyentuh tanah karena ditopang oleh puluhan panah.

X

Bhisma

Nama Bhisma dalam bahasa Sanskerta berarti “Dia yang sumpahnya dahsyat (hebat)”

Nama Bhisma dalam bahasa Sanskerta berarti “Dia yang sumpahnya dahsyat (hebat)”, karena ia bersumpah akan hidup membujang selamanya dan tidak mewarisi tahta kerajaannya. Nama Dewabrata diganti menjadi Bisma karena ia melakukan bhishan pratigya, yaitu sumpah untuk membujang selamanya dan tidak akan mewarisi tahta ayahnya. Hal itu dikarenakan Bhisma tidak ingin dia dan keturunannya berselisih dengan keturunan Satyawati, ibu tirinya.

Kegelapan malam menyelebunginya. Diatas, bintang-bintang yang rapat terus memancarkan cahaya mereka yang bergemerlapan. Di bawah tak ada makhluk yang bergerak, dan Bhisma juga tidak bisa mendengar apa-apa kecuali angin lembut mengeser bilah-bilah rumput. Ia mengingat ketika ia bukanlah Bhisma yang sekarang, seorang gadis dari kerajaan Kasi menemuinya, dan bertanya. “Apa itu cinta Bhisma?”

BHISMA - AMBA

Amba berkata. “Bhisma, aku berdoa agar kau diberi umur panjang dan juga kesehatan. Tapi, aku juga mengutukmu. Kau! Akan melihat melihat apa yang kau perjuangkan, yang demi dharma rela membuang cinta melihat jalan itu hancur berkeping-keping. Kematianmu, akan dipenuhi kehormatan bagi orang lain, tapi tak lebih kesedihan berganda bagi jiwamu!”

Ia meracau. “Aku telah bersepakat dengan diriku sendiri bahwa akan mengubur apa yang dinamakan cinta. Aku tak membenci akan adanya cinta, namun cinta telah melukai diriku sehingga cinta yang membuatku menjauhinya. Cinta itu sendiri yang membimbingku untuk menghindarinya. Cinta telah menodai keyakinanku pada cinta itu sendiri. Apakah salah jika aku menolak cinta? Munafikkah jika aku menafikan adanya cinta dalam hatiku? Cinta hanya menjadikan manusia sebagai budak belaka. Cinta telah membuatku dewasa untuk mengerti, sekaligus memaafkan kelakuanku. Butuh waktu untuk memahami bahwa cinta adalah keindahan memerlukan penafsiran yang utuh dan menyeluruh, saat ini cinta bagiku hanyalah luka yang membawa pada sebuah pilihan, membentengi diri dari pesonanya sekuat mungkin, sekukuh yang kubisa. Cinta, jasad, jiwa dan segala sesuatu di diri ini maafkan aku yang belum siap menerimamu kembali.”

“Coba kamu pikir, apakah orang yang punya tekad setengah hati mau datang ke Hastinapura hanya untuk menemui satu orang saja. Untuk ditolak demi sebuah tidak masuk akal?” Balas Amba.

Jalanku adalah Dharma bukan cinta!” Jawab Bhisma.

“Kamu yang selalu ingin menyandang seluruh tanggungjawab sendirian, aku betul-betul tak mengerti kamu.” Amba memandang penuh kebencian pada Bhisma.

“Pergilah.” Usir Bhisma.

XX

Dengan kebencian terhadap Bhisma, Amba melakukan tapa dengan keras. Dalam pikirannya hanya ada keinginan untuk melihat Bhisma mati. Karena ketekunannya, Dewa Sangkara muncul dan berkata bahwa Amba akan bereinkarnasi, dan turut andil pada pembunuhan Bhisma. Sang dewa juga berkata bahwa kebencian Amba terhadap Bisma tidak akan hilang setelah bereinkarnasi. Setelah mendengar pemberitahuan dari sang dewa, Amba berkata. “Bhisma, aku berdoa agar kau diberi umur panjang dan juga kesehatan. Tapi, aku juga mengutukmu. Kau! Akan melihat melihat apa yang kau perjuangkan, yang demi dharma rela membuang cinta melihat jalan itu hancur berkeping-keping. Kematianmu, akan dipenuhi kehormatan bagi orang lain, tapi tak lebih kesedihan berganda bagi jiwamu!” Ia membuat sebuah api unggun, lalu membakar dirinya sendiri.

XXX

Bhisma yang terpanah, paham dia tidak akan sembuh. Hutang kematian Dewi Amba telah terbalaskan oleh Srikandi dan Arjuna. Akan tetapi dia sadar, bahwa setiap keluhan, kekecewaan yang terbersit menjelang kematian adalah akibat apa yang ia lakukan di masa lalu. Ia lelaki tepi zaman, melihat Bhatarayudha perang antar saudara, Pandawa dan Korawa memperebutkan tahta Hastinapura. Sesuatu hal yang demi kelangsungan keluarga Bharata, ia rela membuang cinta.

Bhisma di Kuruseta. Panah-panah tersebut menancap dan menembus baju zirahnya, kemudian ia terjatuh dari kereta, tubuh sang resi tidak menyentuh tanah karena ditopang oleh puluhan panah.

Sebetulnya aku orang yang kalah, karena tidak punya sesuatu untuk dibanggakan. Memang semua yang kulakukan ini demi keluarga, demi rumahku agar tetap tegak. Aku harus merendahkan diri. Karena itulah  aku ingin kalian, Pandawa kuat. Terutama Yudhistira. Aku ingin dia menjadi laki-laki tangguh yang percaya dengan keyakinannya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Tidak kalah oleh apapun, tidak ketinggalan zaman. Sebagai pengganti generasiku.  Terima kasih untuk semuanya, selamat tinggal. Aku seorang pengembara, aku akan melanjutan perjalananku.

Ketika Bhatarayudha selesai, Bhisma moksa.

XXXX

Edisi Internasional: BHISHMA’S DEATH

Katalog Cerita Pendek:

  1. Sebentuk Harta; 10 Agustus 2008;
  2. Elegi Pagi Hari, Sebuah Cerpen; 13 Agustus 2008;
  3. Keindahan Sang Rembulan; 5 September 2008;
  4. Ketidakagungan Cinta; 10 Oktober 2008;
  5. Tempat Tiada Kembali; 13 Oktober 2008;
  6. Pada Pandangan Pertama; 18 Oktober 2008;
  7. Aku Tak Mengerti Kamu; 24 Oktober 2008;
  8. Mengenang Sebuah Perjalanan Cinta; 3 November 2008;
  9. Selamanya; 14 Desember 2008;
  10. Ode Seorang Bujang; 17 Desember 2008;
  11. Sepucuk Surat Untuk Lisa; 1 Januari 2009;
  12. Wasiat Teruntuk Adinda Malin Kundang; 4 Februari 2009;
  13. Tidak Sedang Mencari Cinta; 23 Februari 2009;
  14. Hanyalah Lelaki Biasa; 6 April 2009;
  15. Wasiat Hang Tuah; 29 Mei 2009;
  16. Ode Seekor Elang; 8 Juni 2009;
  17. Tak Ada Apa Apa; 7 Oktober 2009;
  18. The Last Gentleman; 4 Desember 2009;
  19. Renungan Majnun Seorang Penarik Cukai; 31 Mei 2010
  20. Yang Tak Akan Kembali; 10 Juni 2010;
  21. Kisah Sebelum Sang Pengeran Selesai; 5 Juli 2010;
  22. Penyihir Terakhir; 15 Maret 2011;
  23. Santiago Sang Pelaut; 23 Maret 2012;
  24. Iblis Namec Vs Manusia Saiya; 6 April 2012;
  25. Ashura; 13 Februari 2013;
  26. Selamat Tinggal Andalusia; 10 Maret 2013;
  27. Narsis Yang Berbeda; 28 April 2013;
  28. Istana Kosong; 4 Juni 2013;
  29. Bangsawan Pandir; 10 Juni 2013;
  30. Badai Sejarah; 29 Juli 2013;
  31. Cerita Cinta; 7 Agustus 2013;
  32. Perjalanan; 29 November 2013;
  33. Jaring Kamalanga; 29 Desember 2013;
  34. Lelaki Sungai; 19 Januari 2014;
  35. Dragon Dialog; 13 November 2014;
  36. Persahabatan Kambing Dan Serigala; 19 Desember 2014;
  37. Pesan Kepada Penguasa; 17 Januari 2015;
  38. Bagaimana Mengubah Timah Hitam Menjadi Emas; 11 April 2015;
  39. Setelah Revolusi Selesai; 6 Oktober 2016;
  40. Harlequin Dan Pohon Harapan; 30 Oktober 2016;
  41. Permufakatan Para Burung; 5 Januari 2017;
  42. Kepada Cinta Yang Berumur Seminggu; 13 April 2017;
  43. Senja Di Malaka; 14 Juni 2017;
  44. Mengecoh Sang Raja; 17 Oktober 2017;
  45. Wawancara Dengan Sang Iblis; 1 Januari 2018;
  46. Legenda Gajah Putih; 12 Januari 2018;
  47. Genderang Pulang Sang Rajawali; 22 Februari 2018;
  48. Kisah Menteri Jaringan Melawan Kapitalisme Amerika; 17 Desember 2018;
  49. Legenda Naga Sabang; 29 Mei 2020;
  50. Legenda Gunung Geurutee; 1 Juni 2020;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cerita, Kisah-Kisah, Literature, Story and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

55 Responses to KEMATIAN BHISMA

  1. Pingback: THE MAN ON THE EDGE OF TIME | Tengkuputeh

  2. Pingback: BHISHMA’S DEATH | Tengkuputeh

  3. Pingback: SEBENTUK HARTA | Tengkuputeh

  4. Pingback: ELEGI PAGI HARI, SEBUAH CERPEN | Tengkuputeh

  5. Pingback: KEINDAHAN SANG REMBULAN | Tengkuputeh

  6. Pingback: SEPUCUK SURAT UNTUK LISA | Tengkuputeh

  7. Pingback: RENUNGAN MAJNUN SEORANG PENARIK CUKAI | Tengkuputeh

  8. Pingback: KETIDAKAGUNGAN CINTA | Tengkuputeh

  9. Pingback: SELAMAT TINGGAL ANDALUSIA | Tengkuputeh

  10. Pingback: NARSIS YANG BERBEDA | Tengkuputeh

  11. Pingback: ISTANA KOSONG | Tengkuputeh

  12. Pingback: TEMPAT TIADA KEMBALI | Tengkuputeh

  13. Pingback: PERJALANAN | Tengkuputeh

  14. Pingback: LELAKI SUNGAI | Tengkuputeh

  15. Pingback: MENGECOH SANG RAJA | Tengkuputeh

  16. Pingback: PADA PANDANGAN PERTAMA | Tengkuputeh

  17. Pingback: THE LAST GENTLEMAN | Tengkuputeh

  18. Pingback: YANG TAK AKAN KEMBALI | Tengkuputeh

  19. Pingback: KISAH SEBELUM SANG PANGERAN SELESAI | Tengkuputeh

  20. Pingback: TAK ADA APA APA | Tengkuputeh

  21. Pingback: SELAMANYA | Tengkuputeh

  22. Pingback: HANYALAH LELAKI BIASA | Tengkuputeh

  23. Pingback: WASIAT HANG TUAH | Tengkuputeh

  24. Pingback: ODE SEORANG BUJANG | Tengkuputeh

  25. Pingback: WASIAT TERUNTUK ADINDA MALIN KUNDANG | Tengkuputeh

  26. Pingback: KEPADA CINTA YANG BERUMUR SEMINGGU | Tengkuputeh

  27. Pingback: BADAI SEJARAH | Tengkuputeh

  28. Pingback: SANG KATALIS | Tengkuputeh

  29. Pingback: CERITA CINTA | Tengkuputeh

  30. Pingback: WAWANCARA DENGAN SANG IBLIS | Tengkuputeh

  31. Pingback: AKU TAK MENGERTI KAMU | Tengkuputeh

  32. Pingback: MENGENANG SEBUAH PERJALANAN CINTA | Tengkuputeh

  33. Pingback: SETELAH REVOLUSI SELESAI | Tengkuputeh

  34. Pingback: LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH | Tengkuputeh

  35. Pingback: SANTIAGO SANG PELAUT | Tengkuputeh

  36. Pingback: GENDERANG PULANG SANG RAJAWALI | Tengkuputeh

  37. Pingback: DRAGON DIALOG - TengkuputehTengkuputeh

  38. Pingback: KISAH MENTERI JARINGAN MELAWAN KAPITALISME AMERIKA | Tengkuputeh

  39. Pingback: ADA BANYAK CINTA | Tengkuputeh

  40. Pingback: LEGENDA GAJAH PUTIH BENER MERIAH | Tengkuputeh

  41. Pingback: SENJA DI MALAKA | Tengkuputeh

  42. Pingback: TIDAK SEDANG MENCARI CINTA | Tengkuputeh

  43. Pingback: ODE SEEKOR ELANG | Tengkuputeh

  44. Pingback: PERSAHABATAN KAMBING DAN SERIGALA | Tengkuputeh

  45. Pingback: JARING KAMALANGA | Tengkuputeh

  46. Pingback: ODA NOBUNAGA BANGSAWAN PANDIR | Tengkuputeh

  47. Pingback: TAKTIK ISTANA KOSONG IEYASU TOKUGAWA | Tengkuputeh

  48. Pingback: IEYASU TOKUGAWA SANG ASHURA | Tengkuputeh

  49. Pingback: YUKIMURA SANADA SAMURAI TERAKHIR | Tengkuputeh

  50. Pingback: ODE SEEKOR HARIMAU | Tengkuputeh

  51. Pingback: PESAN KEPADA PENGUASA | Tengkuputeh

  52. Pingback: AKHIR RIWAYAT SANG DURJANA | Tengkuputeh

  53. Pingback: HIKAYAT MEURAH SILU | Tengkuputeh

  54. Pingback: RAJA DEKAT TUHAN JAUH | Tengkuputeh

  55. Pingback: IBLIS NAMEC VS MANUSIA SAIYA | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.