RAJA DEKAT TUHAN JAUH

Pinto Khop Taman Putroe Phang pada suatu hari di abad XIX

Pinto Khop Taman Putroe Phang pada suatu hari di abad XIX

RAJA DEKAT TUHAN JAUH

“Sejarah itu panjang, beribu-ribu tahun, dan panjang dan beribu-ribu pula tafsir yang ditulis!”

Syahbudin dan Syahmiun adalah keturunan dari raja-raja Mante yang pernah berkuasa ratusan tahun lalu di Seumileuk, dinasti rumah dua belas. Lokasinya mereka sudah tidak tahu lagi, entah dekat Jantho atau Seulimum. Pergantian raja, kedatangan orang-orang Campa, Arab, India dan Persia sampai perang membuat mereka turun derajat menjadi pengembala lembu. Awalnya mereka mengembala di daerah Seulimum sampai akhirnya lemo1) mereka meurot2) tanpa permisi tanaman penduduk sekitar, tahi-tahi lembu membuat suasana kampung Keunalo memanas, mereka pun memindahkan kawasan gembala ke pengunungan Cot Seratus.

Meski mereka bangsawan yang telah jatuh derajatnya menjadi jelata, ternyata mereka bahagia. Berhubung Sultan yang baru berkuasa dalam waktu dekat baru saja membasmi bangsawan lama, dan menganti dengan orang kaya baru. Kaum bangsawan baru kaya ini juga takut nanti suatu hari akan dilantak oleh Sultan kalau tidak menyenangkan hatinya.

“Rokok din!”

“Rokok un!”

Di pondok gembala mereka menertawakan dan mengejek sang raja sepuas hati, tentang kentut raja katanya berbau khob3) akibat terlalu banyak “makan” daging. Tidak ada yang mendengar mereka bersenda di tengah sabana tanah lapang tidak berdinding sehingga tidak berlaku pepatah dinding punya telinga untuk penguasa. Mereka adalah dua orang paling bebas di seluruh negeri, bahkan putra mahkota jika tahu akan merasa iri pada dua karib ini.

Kawasan pengunungan Cot Seratus di lerengnya tandus dan berbatu sehingga kurang cocok untuk bertani sebenarnya, suatu hari datanglah Lilawangsa anak Lamuri dari Lampanah, dia berencana membuka ladang kebun jeruk di situ. Syahbudin dan Syahmiun tidak paham masalah jeruk jadi hana masalah4) Lilawangsa berladang di dekat mereka.

Berbeda dengan sekawan dari suku mante yang malas mandi, serampangan dan selalu tertawa dog5). Lilawangsa ini berpembawaan serius dan hemat bicara. Acap kali dia mendengar lelucon-lelucon Syahbudin dan Syahmiun, tapi tidak tertawa.

Selera humor yang kurang membuat Lilawangsa menjadi mudah tersinggung, seperti ketika ia membawa berita dari Bandar bahwa Sultan telah membuat sebuah pemandian megah untuk permaisuri yang baru dari kerajaan Pahang, bahkan membangun pintu khop6) dari beton putih di pinggir sungai tersebut sehingga tidak sembarang orang boleh masuk, mereka yang masuk pun harus menundukkan kepala karena pintu itu dirancang dengan ukuran yang tidak tinggi. Syahbudin dan Syahmiun mengatakan memang Sultan seorang yang cabul sehingga membuat senang dengan membuat taman ghairah untuk Putri Pahang dengan tujuan mendapat layanan “pintu bawah” dari sang putri.  

Lilawangsa anak Lamuri punya semangat mengabdi kepada kerajaan, sehingga kesal ketika Syahbudin dan Syahmiun mengata-gatai junjungan negeri. Dia tidak berani dengan dua anak mante yang sakti tersebut, salah satu kehebatan mereka adalah mampu berbicara dengan hewan, harimau-harimau sekitar pengunungan Cot Seratus tidak berani menganggu ternak mereka. Kerap kali Lilawangsa melihat harimau tersesat di kawasan itu takzim “lake meuah” kepada mereka.

Suatu hari Lilawangsa pulang dari Bandar menjual hasil panen jeruk, dia mendengar Sultan berencana menyerang Malaka untuk membebaskan Semenanjung dari bangsa Portugis, ini adalah kesempatan emas untuk mengubah nasib, ketika dia mengajak Syahbudin dan Syahmiun mendaftar sebagai askar. Mereka menolak, malas kata mereka, lagian kami cinta damai, “gatai asoe” tambah keduanya.

Suatu hari tibalah para pencari bakat kerajaan di Cot Seratus mengajak bergabung askar. Lilawangsa segera bergabung dan meninggalkan ladang jeruknya, sedang Syahbudin dan Syahmiun peubagai droe7), melihat kawannya bergabung mereka sempat berkata, “bak gob mupakee bek gata pawang, bak gob muprang bek gata panglima!” Lihat artinya disini. Merasa terhina Lilawangsa bermaksud membalas dendam.

“Hana buet mita buet, cok plaken cilet bak pruet.”

Lilawangsa pun bergabung dalam askar, semangatnya yang tinggi membuat dia diperhitungkan. Dia bahkan ditunjuk menjadi penembak meriam di kapal induk kerajaan, bernama Cakradonya, orang Portugis menamainya “Teror Dunia” karena dilengkapi 200 meriam bunthok8) dan memiliki lambung kapal dengan panjang sekitar 200 meter.

Ketika Sultan melakukan kunjungan pengecekan dia memberanikan diri berbicara, “Paduka di pengunungan Cot Seratus ada dua orang sakti yang akan membuat kita lebih mudah memenangkan perang, tapi mereka tidak mau bergabung dengan askar.”

“Siapa mereka?” Tanya Sultan.

“Dua orang Mante yang sangat kuat, tapi saran saya mereka jangan dilawan karena 200 prajurit pasti akan binasa menghadapi mereka, caranya ancam bakar kampung mereka di Keunalo, jika kurang ancam juga poh matee9) hewan-hewan ternak mereka.”

“Ide bagus, besok ajak 10 orang askar kesana dan ajak dia bergabung.” Titah Sultan.

“Baiknya saya tidak ikut karena mereka mengenali saya paduka, mohon tunjuk orang lain saya akan mengambarkan peta lokasi dan memberikan ciri-ciri mereka.” Saran Lilawangsa.

“Oke!” Kata Sultan.

Seorang Perancis yang sedang melakukan muhibah di kerajaan mendengarkan percakapan itu, dia diam saja. Malamnya dia menemui Lilawangsa menanyakan alasan dia memberikan kepada Sultan, bukankah itu tidak baik dan melanggar perintah Tuhan.

Lilawangsa menjawab dengan santai, “Raja Dekat Tuhan Jauh!” Orang Perancis itu, bernama de Beaulieu mencatat kata-kata Lilawangsa, kelak kalimat ini akan muncul pada memoir perjalanannya ke Aceh, ditulis ulang oleh Denys Lombard sebuah buku dengan judul “Kerajaan Aceh Jaman Sultan Iskandar Muda.”

Keesokan harinya askar mendatangi Syahbudin dan Syahmiun yang sedang peutupat rung10) dipondok gembala. Mereka langsung terkejut ketika pasukan berwajah tidak ramah dan mengancam. “Kalian bergabung dengan askar atau kami tembaki lembu-lembu ini!”

Syahmiun naik spaning dan ingin menghabisi askar tersebut tapi ditahan oleh Syahbudin yang lebih kalem seraya berkata, “mengapa bapak-bapak pejabat begini? Bukankah hal ini dilarang Tuhan?”

Komandan menjawab lugas, “Raja Dekat Tuhan Jauh!”

“Raja to Tuhan jioh!”

Maka lemaslah lutut dua anak mante tersebut, dengan pilu menatap jambo11) mereka untuk terakhir kalinya. Terpaksalah mereka bergabung dengan askar Aceh Darussalam membebaskan Malaka.

Syahbudin membesarkan hati kawannya Syahmiun sekaligus hatinya juga dengan berbisik, “seumur hidup kita malas sembahyang, mungkin perang melawan kafir adalah cara Tuhan mensucikan dosa-dosa kita.”

Miun mengangguk pelan seraya menggerutu, “Raja yang ambisi membuat rakyat sakit pinggang!”

Syahbudin, “sabar negera sedang sulit.”

Mereka cekikikan, lelucon akan bagi mereka terasa dekat, memanggil rasa haru, bangga dan bahagia secara akrab disaat waktu terlalu sempit untuk memaki atau menangisi nasib. 

XXX

Penyerangan Malaka (Portugis) oleh Kesultanan Aceh Darussalam di tahun 1629

Armada Aceh menyerbu kota Malaka (Portugis), Syahbudin dan Syahmiun masuk kompi Pok Sumpon12) di bawah komando Syeikh Syamsuddin As-Sumatrani berada digarda terdepan. Mereka adalah pasukan Aceh pertama mendarat di Semananjung.

Syahbudin dan Syahmiun sangat ganas, tak terhitung Cristiano Ronaldo, Manuel Rui Costa dan sejenisnya tewas di tangan dua mante kesayangan kita ini meski mereka jarang mandi. Kota Malaka sudah dikepung, separuh nafas lagi diduduki tinggal benteng Formosa. Tanah Melayu dalam waktu dekat akan dibebaskan dari al-kafirun.

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, tiba-tiba armada bantuan Portugis dari Goa (India) muncul di Selat Malaka, perimbangan kekuatan terjadi di lautan. Sementara dari arah daratan pasukan Johor yang berjanji menjadi sekutu Aceh malah membantu musuh. Kapal-kapal Aceh terbakar, Sultan memerintahkan armada Aceh balik kanan untuk mencegah kerusakan yang lebih berat.

“Hai kapai! Pakon neutinggai kamoe?”

Sementara di depan benteng Malaka kompi askar Aceh yang sudah terlanjut turun ke darat tertinggal! Satu demi satu kawan Aceh gugur, sampai akhirnya tinggallah tiga orang; Syeikh Syamsuddin As-Sumatrani, Syahbudin dan Syahmiun. Mereka dikepung habis-habisan. Kesaktian Syahbudin dan Syahmiun membuat mereka tak mempan pedang dan peluru, ilmu mak’rifat besi, tapi kekebalan itu tidak mengurangi rasa sakit akibat direntet peluru. 

“Wadau! Wadidaw! Waawwww!” Mereka memeluk Syeikh Syamsuddin yang tak kebal sambil berteriak kesakitan dengan tegas dan jelas, tanpa suara dengung. Menurut pakar makhraj, pengucapan mereka saat itu Izhar Halqi.

Tersudutlah mereka bertiga di Kampung Ketek, Kota Malaka. Sambil menangis Syahmiun berkata kepada Syeikh, “kami tak sanggup lagi, rasa sakit ini sudah tak tertahankan. Izinkan kami mencabut jimat kami syeh!” Sementara Syahbudin meringis kesakitan menatap Syeikh Syamsuddin meminta persetujuan. Ia pun mengangguk.

“Bismillahirahmanirrahim.” Selesai diucapkan kalimat tauhid yang membesarkan nama Allah, mereka berdua serentak mencabut gelang jimatnya. Maka kembalilah dua anak mante pengembala lembu yang penuh bid’ah dan khufarat itu kepada sang penguasa alam semesta yang agung, bersama Syeikh Syamsuddin bin Abdullah As-Sumatrani seorang ulama besar Aceh sebelum maut menjemput mereka melafalkan dengan syahdu. “Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah.” Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.

XXX

Extent of Aceh Sultanate during the reign of Iskandar Muda, 1608–1637. Source Wikipedia

Penyerangan Kesultanan Aceh Darussalam ke Malaka (Portugis) tahun 1629 gagal total. Menurut sumber Portugis, seluruh armada Aceh hancur dengan kehilangan 19.000 prajurit. Setelah kekalahan tersebut, Sultan Iskandar Muda mengirimkan dua ekspedisi laut besar lainnya. Di tahun 1630-1631 dan 1634, untuk menghancurkan pemberontakan di Pahang. Pada masa Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Aceh Darussalam menguasai seluruh wilayah Utara Pulau Sumatera dan wilayah Utara Semenanjung Melayu. Pada ekspedisi tersebut Lilawangsa menjadi panglima perang yang paling ditakuti keganasannya, dijuluki dengan nama Maharaja Lilawangsa. Namanya kelak dikenal dalam bahasa Melayu menjadi “Merajalela.”

XXX

Index terjemahan:

  1. lemo1) =lembu (Bahasa Aceh);
  2. meurot2) = binatang ternak makan tanaman orang lain tanpa permisi (Bahasa Aceh);
  3. khob3) = tahi basah (Bahasa Aceh);
  4. hana masalah4) = Tidak Masalah (Bahasa Aceh);
  5. tertawa dog5) = Tertawa terpingkal-pingkal (Bahasa Aceh);
  6. pintu khop6) =Pintu bawah (Bahasa Aceh);
  7. peubagai droe7) = Pura-pura menjadi manusia bodoh (Bahasa Aceh);
  8. meriam bunthok8) = Meriam besar (Bahasa Aceh);
  9. poh matee9) = Bunuh (Bahasa Aceh);
  10. peutupat rung10) = Santai tidur-tiduran (Bahasa Aceh);
  11. jambo11) = Pondok kecil (Bahasa Aceh);
  12. Pok Sumpon12) = Maju terus pantang mundur (Bahasa Aceh);

XXX

Katalog Cerita Pendek:

  1. Aku Tak Mengerti Kamu; 24 Oktober 2008;
  2. Mengenang Sebuah Perjalanan Cinta; 3 November 2008;
  3. Selamanya; 14 Desember 2008;
  4. Ode Seorang Bujang; 17 Desember 2008;
  5. Sepucuk Surat Untuk Lisa; 1 Januari 2009;
  6. Wasiat Teruntuk Adinda Malin Kundang; 4 Februari 2009;
  7. Tidak Sedang Mencari Cinta; 23 Februari 2009;
  8. Hanyalah Lelaki Biasa; 6 April 2009;
  9. Wasiat Hang Tuah; 29 Mei 2009;
  10. Ode Seekor Elang; 8 Juni 2009;
  11. Tak Ada Apa Apa; 7 Oktober 2009;
  12. The Last Gentleman; 4 Desember 2009;
  13. Renungan Majnun Seorang Penarik Cukai; 31 Mei 2010
  14. Yang Tak Akan Kembali; 10 Juni 2010;
  15. Kisah Sebelum Sang Pengeran Selesai; 5 Juli 2010;
  16. Penyihir Terakhir; 15 Maret 2011;
  17. Ada Banyak Cinta; 15 Maret 2011;
  18. Santiago Sang Pelaut; 23 Maret 2012;
  19. Iblis Namec Vs Manusia Saiya; 6 April 2012;
  20. Ode Seekor Harimau; 19 Agustus 2012;
  21. Ashura; 13 Februari 2013;
  22. Selamat Tinggal Andalusia; 10 Maret 2013;
  23. Narsis Yang Berbeda; 28 April 2013;
  24. Istana Kosong; 4 Juni 2013;
  25. Bangsawan Pandir; 10 Juni 2013;
  26. Kematian Bhisma; 15 Juni 2013;
  27. Badai Sejarah; 29 Juli 2013;
  28. Cerita Cinta; 7 Agustus 2013;
  29. Perjalanan; 29 November 2013;
  30. Jaring Kamalanga; 29 Desember 2013;
  31. Lelaki Sungai; 19 Januari 2014;
  32. Dragon Dialog; 13 November 2014;
  33. Persahabatan Kambing Dan Serigala; 19 Desember 2014;
  34. Pesan Kepada Penguasa; 17 Januari 2015;
  35. Bagaimana Mengubah Timah Hitam Menjadi Emas; 11 April 2015;
  36. Setelah Revolusi Selesai; 6 Oktober 2016;
  37. Harlequin Dan Pohon Harapan; 30 Oktober 2016;
  38. Permufakatan Para Burung; 5 Januari 2017;
  39. Kepada Cinta Yang Berumur Seminggu; 13 April 2017;
  40. Senja Di Malaka; 14 Juni 2017;
  41. Mengecoh Sang Raja; 17 Oktober 2017;
  42. Wawancara Dengan Sang Iblis; 1 Januari 2018;
  43. Legenda Gajah Putih; 12 Januari 2018;
  44. Genderang Pulang Sang Rajawali; 22 Februari 2018;
  45. Kisah Menteri Jaringan Melawan Kapitalisme Amerika; 17 Desember 2018;
  46. Legenda Naga Sabang; 29 Mei 2020;
  47. Legenda Gunung Geurutee; 1 Juni 2020;
  48. Abu Nawas Menasehati Raja; 2 Juni 2020;
  49. Akhir Riwayat Sang Durjana; 25 Maret 2021;
  50. Hikayat Meurah Silu; 6 Juni 2021;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cerita, Cuplikan Sejarah, Kisah-Kisah, Kolom, Mari Berpikir and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

6 Responses to RAJA DEKAT TUHAN JAUH

  1. Pingback: BERZIARAH KE MASJID ASAL PENAMPAAN DI BLANGKEJEREN GAYO LUES | Tengkuputeh

  2. Pingback: KISAH-KISAH DI BLANG | Tengkuputeh

  3. Pingback: ORIDA (OEANG REPUBLIK INDONESIA) ACEH 1947-1949 | Tengkuputeh

  4. Pingback: KING NEAR GOD AWAY | Tengkuputeh

  5. Pingback: PROSA ALAM GAYO LUES | Tengkuputeh

  6. Pingback: ADAT PELANTIKAN PEMAHKOTAAN PENABALAN SULTAN ACEH DARUSALAM | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.