
Situs Cagar Budaya Benteng Indrapatra di Krueng Raya, Aceh dipercaya sebagai peninggalan dari Kerajaan Lamuri.
SEJARAH KERAJAAN LAMURI
Catatan Sejarah Kerajaan Lamuri
Secara umum, data tentang kesultanan Lamuri didasarkan pada berita-berita dari luar, seperti yang dikemukakan oleh pedagang-pedagang dan pelaut-pelaut asing (Arab, India, dan Cina) sebelum tahun 1500 M. Di samping itu, ada beberapa sumber lokal, seperti Hikayat Melayu dan Hikayat Atjeh, yang dapat dijadikan rujukan tentang keberadaan kesultanan ini.
Data tentang lokasi kesultanan ini juga masih menjadi perdebatan. W. P. Groeneveldt, seorang ahli sejarah Belanda, menyebut bahwa kesultanan ini terletak di sudut sebelah barat laut Pulau Sumatera, kini tepatnya berada di Kabupaten Aceh Besar. Ahli sejarah lainnya, H. Ylue menyebut bahwa Lambri atau Lamuri merupakan suatu tempat yang pernah disinggahi pertama kali oleh para pedagang dan pelaut dari Arab dan India. Menurut pandangan seorang pengembara dan penulis asing, Tome Pires, letak Kesultanan Lamuri adalah di antara Kesultanan Aceh Darusalam dan wilayah Biheue. Artinya, wilayah Kesultanan Lamuri meluas dari pantai hingga ke daerah pedalaman.
Menurut T. Iskandar dalam disertasinya De Hikayat Atjeh (1958), diperkirakan bahwa kesultanan ini berada di tepi laut (pantai), tepatnya berada di dekat Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. H. M. Zainuddin, salah seorang peminat sejarah Aceh, menyebutkan bahwa kesultanan ini terletak di Aceh Besar dekat dengan Indrapatra, yang kini berada di Kampung Lamnga. Peminat sejarah Aceh lainnya, M. Junus Jamil, menyebutkan bahwa kesultanan ini terletak di dekat Kampung Lam Krak di Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Berdasarkan sejumlah data di atas, sejarah berdirinya dan letak kesultanan ini masih menjadi perdebatan di kalangan pakar dan pemerhati sejarah Aceh. Namun demikian, dapat diprediksikan bahwa letak Kesultanan Lamuri berdekatan dengan laut atau pantai dan kemudian meluas ke daerah pedalaman. Persisnya, letak kesultanan ini berada di sebuah teluk di sekitar daerah Krueng Raya. Teluk itu bernama Bandar Lamuri. Kata “Lamuri” sebenarnya merujuk pada “Lamreh” di Pelabuhan Malahayati (Krueng Raya). Istana Lamuri sendiri berada di tepi Kuala Naga (kemudian menjadi Krueng Aceh) di Kampung Pande sekarang ini dengan nama Kandang Aceh.
Berdasarkan sumber-sumber berita dari pedagang Arab, Kerajaan Lamuri telah ada sejak pertengahan abad ke-IX M. Artinya, kesultanan ini telah berdiri sejak sekitar tahun 900-an Masehi. Pada awal abad ini, Kerajaan Sriwijaya telah menjadi sebuah kerajaan yang menguasai dan memiliki banyak daerah taklukan. Pada tahun 943 M, Kesultanan Lamuri tunduk di bawah kekuasaan Sriwijaya. Meski di bawah kekuasaan Sriwijaya, Kesultanan Lamuri tetap mendapatkan haknya sebagai kerajaan Islam yang berdaulat. Hanya saja, kesultanan ini memiliki kewajiban untuk mempersembahkan upeti, memberikan bantuan jika diperlukan, dan juga datang melapor ke Sriwijaya jika memang diperlukan.
Menurut Prasasti Tanjore di India, pada tahun 1030 M, Kesultanan Lamuri pernah diserang oleh Kerajaan Chola di bawah kepemimpinan Raja Rayendracoladewa I. Pada akhirnya, Kesultanan Lamuri dapat dikalahkan oleh Kerajaan Chola, meskipun telah memberikan perlawanan yang sangat hebat. Bukti perlawanan tersebut mengindikasikan bahwa Kesultanan Lamuri bukan kerajaan kecil karena terbukti sanggup memberikan perlawanan yang tangguh terhadap kerajaan besar, seperti Kerajaan Chola.
Berdasarkan sumber-sumber berita dari pedagang Arab, Kesultanan Lamuri merupakan tempat pertama kali yang disinggahi oleh oleh pedagang-pedagang dan pelaut-pelaut yang datang dari India dan Arab. Ajaran Islam telah dibawa sekaligus oleh para pendatang tersebut. Berdasarkan analisis W. P. Groeneveldt, pada tahun 1416 M semua rakyat di Kesultanan Lamuri telah memeluk Islam. Menurut sebuah historiografi Hikayat Melayu, Kesultanan Lamiri (maksudnya adalah Lamuri) merupakan daerah kedua di Pulau Sumatera yang diislamkan oleh Syaikh Ismail sebelum ia mengislamkan Kesultanan Samudera Pasai. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Kesultanan Lamiri jelas merupakan salah satu kerajaan Islam di Aceh.
Menurut Hikayat Atjeh, salah seorang sultan yang cukup terkenal di Kesultanan Lamuri adalah Sultan Munawwar Syah. Konon, ia adalah moyang dari salah seorang sultan di Aceh yang sangat terkenal, yaitu Sultan Iskandar Muda. Pada akhir abad ke-15, pusat pemerintahan Kesultanan Lamuri dipindahkan ke Makota Alam (kini dinamakan Kuta Alam, Banda Aceh) yang terletak di sisi utara Krueng Aceh. Pemindahan tersebut dikarenakan adanya serangan dari Kerajaan Pidie dan adanya pendangkalan muara sungai. Sejak saat itu, nama Kesultanan Lamuri dikenal dengan nama Kesultanan Makota Alam.
Dalam perkembangan selanjutnya, tepatnya pada tahun 1513 M, Kesultanan Lamuri beserta dengan Kerajaan Pase, Daya, Lingga, Pedir (Pidie), Perlak, Benua Tamiang, dan Samudera Pasai bersatu menjadi Kesultanan Aceh Darussalam di bawah kekuasaan Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528 M). Jadi, bisa dikatakan bahwa Kesultanan Lamuri merupakan bagian dari cikal bakal berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam. Nama kesultanan ini berasal dari salah satu desa di Kabupaten Aceh Besar, yang pusat pemerintahannya berada di Kampung Lamreh.
Kerajaan Lamuri sebagai cikal-bakal (inti) pembentukan Kesultanan Aceh Darussalam
H.M Zainuddin dalam buku Tarikh Aceh dan Nusantara menyebutkan kurang lebih pada 400 Masehi, Sumatera Bagian Utara dinamai orang Arab dengan nama Rami (Ramni = terletak di kampung Pande sekarang), orang Tionghoa menyebut LamLi, Lan-wu-li, dan Nan-Poli. Yang sebenarnya adalah sebutan Aceh Lam Muri, dan dalam sejarah Melayu disebut Lambri (Lamiri). Sesudah kedatangan bangsa Portugis dan Italia biasanya mengatakan Achem, Achen, Acen. Sementara orang Arab menyebutkan Asyi, atau juga Dachem, Dagin, Dacin. Penulis-penulis Perancis mengatakan : Atcheen, Acheen, Achin. Akhirnya orang Belanda menyebutkan: Achem, Achim, Atchin, Atchein, Atjin, Atsjiem, Atsjeh sampai akhirnya menjadi Aceh. Orang Aceh sendiri mengatakan Atjeh. Begitupula nama daerah ini disebut dalam tarikh Melayu, undang-undang Melayu, di dalam surat Aceh lama (sarakata) dan pada mata uang Aceh.
Menurut Gerini, nama Lambri (Rami, Ramni) adalah penganti Rambri (Negeri Rama) yang terdapat di Arakan (Birma), yang merupakan perubahan Rama-Bar atau Rama-bari, seperti yang terdapat di dalam bahasa-bahasa India Selatan. Kata ini diduga terbawa dari Pesisir India Selatan (Koromandel) ke Sumatera Utara.
Menurut Rouffaer, asal kata dari al Ramni, atau al Rami adalah pengejaan yang salah dari kata Ramana = Arakan yang digunakan oleh orang Singhala (Sri Langka). Hubungan Aceh dengan Birma berdekatan erat, hal ini ditinjau dari berbagai nama kota di Aceh banyak yang menyerupai nama-nama kota di Birma.
Perubahan nama dari Lamuri menjadi Aceh belum dapat dipastikan bagaimana proses terjadinya. Dalam Tarikh Kedah (Marong Mahawangsa) tahun 1220 M (517 H), nama Aceh sudah disebutkan sebagai satu negeri di pesisir pulau Perca (Pulau Sumatera). Orang Portugis Barbosa (1516 M / 922 H) sebagai orang Eropa pertama yang menyebut nama Achem dan buku-buku Tionghoa (1618 M) menyebutkan Aceh dengan nama A-Tse.
Daftar Raja-Raja Lamuri pada masa awal
Berikut nama raja-raja awal kerajaaan Lamuri dari dinasti Po Liang ini diperoleh dari salinan manuskrip T. Raja Muluk Attahasi, seorang keturunan pembesar Aceh di zaman dahulu, demikian pula juga angka-angka tahunnya.

Spesifikasi Arca kepala Budha Alalokiteswara yang ditemukan di Aceh (diduga berasal dari masa Kerajaan Lamuri Budha). Komponen: Batu Andesit; Lokasi: Aceh, Sumatera, Indonesia; Perkiraan Abad ke 9-10 Masehi. Koleksi Museum Nasional Indonesia, Nomor Inventaris. 248.
Maharani Putro Budian (Kerajaan Mante) menikah dengan Maharaja Po Liang, yaitu seorang bangsawan Campa dari Indocina yang datang ke Aceh bersama rombongannya karena negerinya diserang musuh yang lebih kuat. Beliau mencari tanah air sambil mengembangkan agama Budha mazhab Hinayana sekte Mantrayana. Setelah menikahi Ratu Mante itu beliau berhasil membudhakan Aceh, dan akhirnya beliau diangkat sebagai Raja Lamuri yang pertama.
Baca: Penemuan Arca Budha Awalokiteswara sebagai jejak Agama Budha pada masa Kerajaan Lamuri

Seorang noni Belanda dan pelayannya di Benteng Indra Patra Lamuri tahun 1930 Belanda tidak tahu benteng apa ini KITLV menyebutnya sebagai benteng Portugis yang direbut Aceh
Adapun dinasti Po Liang yang memerintah kerajaan Aceh Lamuri itu menurut catatan Dada Meuraksa adalah sebagai berikut :
- Maharaja Po Liang. Raja Lamuri Budha I.
- Maharaja Beuransah. Raja Lamuri Budha II. (Anak nomor 1).
- Maharaja Beureuman. Raja Lamuri Budha III. (Anak nomor 2).
- Maharaja Binsih. Raja Lamuri Budha IV. (Anak nomor 3).
- Maharaja Lam Teuba, Raja Lamuri Islam I, mahzab syi’ah. Beliau adalah raja yang termasyur karena keberaniannya, keadilannya, kecerdasannya, dan terutama karena menyambut Islam yang dibawa dan didakwahkan kepadanya oleh seorang Sayid keturunan Rasulullah s.a.w. (754 M).
- Maharaja Gading. Islam Syiah ke II (786 M). Anak no.5 dan cucu no.4.
- Maharaja Banda Chairullah. Islam Syiah ke III (822 M). Anak no.6.
- Maharaja Cut Samah. Islam Syiah ke IV (870 M). Anak no.7.
- Maharaja Cut Madin. Islam Syiah ke V (916 M). Anak no.8.
- Maharaja Cut Malim. Islam Syiah ke VI (963 M). Anak no.9.
- Maharaja Cut Seudang. Islam Syiah ke VII (1034 M). Anak no.10.
- Maharaja Cut Samlako. Islam Syiah ke VIII (1082 M). Anak no.11.
- Maharaja Cut Ujo. Islam Syiah ke IX (1113 M). Anak no.12.
- Maharaja Cut Wali. Islam Syiah ke X (1144 M). Anak no.13.
- Maharaja Cut Ubit. Islam Syiah ke XI (1171 M). Anak no.13 dan adik no.14.
- Maharaja Cut Dhiet. Islam Syiah ke XII (1185 M). Anak no.15.
- Maharaja Cut Umbak. Islam Syiah ke XIII (1201 M). Anak no.16.
- Maharani Putro Ti Seuno. Islam Syiah ke XIV (1235 M). Anak no.17.
Sampai disini berakhirlah kerajaan Lamuri dinasti Po Liang, Maharani Putro Ti Seuno menikah dengan Johan Syah, yang kemudian menjadi Sultan Alaidin Johan Syah, Raja Lamuri Islam Ahlussunnah Wal Jamaah ke I (1205-1235 M).
Periode Pemerintahan Kerajaan Lamuri

Prasasti pada Benteng Indrapatra yang menjelaskan bahwa benteng ini telah ada jauh sebelum munculnya Kesultanan Aceh Darussalam (Pada Masa Kerajaan Lamuri), akibat perubahan garis pantai benteng ini tidak berada pada lokasi strategis ketika Belanda menyerang Aceh pada tahun 1873 M.
Kesultanan Lamuri berumur sekitar lebih dari 6 abad karena terhitung sejak tahun 900-an hingga tahun 1513. Kesultanan ini berakhir setelah menyatu bersama dengan beberapa kerajaan lain di Aceh ke dalam Kesultanan Aceh Darussalam.
Wilayah Kekuasaan Kerajaan Lamuri
Wilayah kekuasaan Kesultanan Lamuri mencakup daerah yang kini dikenal sebagai wilayah administratif Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Indonesia.
Struktur Pemerintahan Kerajaan Lamuri
Struktur pemerintahan Kesultanan Lamuri tidak jauh berbeda dengan struktur pemerintahan yang berlaku di Kesultanan Samudera Pasai karena kedua kesultanan ini memiliki pola pemerintahan yang berdasarkan pada konsep Islam dan konsep maritim (kelautan). Dalam struktur pemerintahan Kesultanan Lamuri, sultan merupakan penguasa yang tertinggi. Ia dibantu oleh sejumlah pejabat lainnya, yaitu seorang perdana menteri, seorang bendahara, seorang komandan militer Angkatan Laut (dengan gelar laksamana), seorang sekretaris, seorang kepala Mahkamah Agama (atau disebut sebagai qadhi), dan beberapa orang syahbandar yang bertanggung jawab pada urusan pelabuhan (biasanya juga berperan sebagai penghubung komunikasi antara sultan dan pedagang-pedagang dari luar).
Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Lamuri
Kesultanan Lamuri merupakan kerajaan laut agraris. Artinya, dasar kehidupan masyarakat di kesultanan ini di samping mengandalkan hasil pertanian juga mengandalkan hasil perdagangan yang dilakukan masyarakat sekitar dengan pedagang-pedagang dari luar, seperti dari Arab, India, dan Cina. Hasil perdagangan yang dimaksud berupa lada dan jenis rempah-rempah lain, emas, beras, dan hewan ternak. Hasil-hasil perdagangan tersebut memang telah mengundang perhatian banyak perdagangan dari luar untuk datang ke Lamuri dan wilayah Aceh secara keseluruhan.
Daftar Pustaka
- Sejarah Melayu oleh Abdullah Munshi;
- Manuskrip T. Raja Muluk Attahasi
- Hikayat Aceh;
- Hikayat Merong Mahawangsa (Negeri Kedah);
- De Hikajat Aceh oleh T. Iskandar;
- Tarikh Aceh dan Nusantara oleh H.M. Zainuddin;
Artikel-artikel tentang Aceh:
- PEREMPUAN ACEH FULL POWER 4 AGUSTUS 2008;
- MENYUSURI JEJAK DARA PORTUGIS DI ACEH 6 DESEMBER 2008;
- TEUKU UMAR PAHLAWAN 11 FEBRUARI 2011;
- FILOSOFI GOB 10 OKTOBER 2011;
- KEBENARAN YANG SAMAR 28 FEBRUARI 2013;
- GAM CANTOI TIADA 30 MARET 2013;
- PERANG CUMBOK SEBUAH REVOLUSI SOSIAL DI ACEH (1946-1947) 18 JUNI 2013;
- TSUNAMI 26 DESEMBER 2015;
- PERADABAN TANPA TULISAN 25 FEBRUARI 2016;
- SURAT TENGKU CHIK DI TIRO KEPADA RESIDEN VAN LANGEN AGAR TERCAPAI PERDAMAIAN DALAM PERANG ACEH MAKA BELANDA HARUS MEMELUK AGAMA ISLAM DI TAHUN 1885 4 NOVEMBER 2016;
- PARA PENYEBAR KEBOHONGAN 13 NOVEMBER 2016;
- MENGUNJUNGI RUMAH PAHLAWAN NASIONAL CUT MEUTIA 17 APRIL 2017;
- SAMUDERA PASAI SEBAGAI TITIK TOLAK ISLAM DI ASIA TENGGARA, SEBUAH UPAYA MELAWAN PSEUDO SEJARAH 24 APRIL 2017;
- EMAS, KAFIR DAN MAUT 20 APRIL 2017;
- MENGENAL LEBIH DEKAT POCUT BAREN 5 MEI 2017;
- OPERASI PENYERGAPAN BELANDA TERHADAP CUT MEUTIA 7 MEI 2017;
- MENGUNJUNGI PAMERAN BATU NISAN ACEH SEBAGAI WARISAN BUDAYA ISLAM DI ASIA TENGGARA 15 MEI 2017;
- KESULTANAN ACEH NEGARA BERDAULAT PERTAMA YANG MENGAKUI KEMERDEKAAN REPUBLIK BELANDA DARI KERAJAAN SPANYOL DI TAHUN 1602 18 MEI 2017;
- SYARIAT ISLAM SIAPA TAKUT 6 JUNI 2017;
- SENJA DI MALAKA 14 JUNI 2017;
- KRITIK KEPADA SULTAN ISKANDAR MUDA 4 JULI 2017;
- HIKAYAT SUKU MANTE 5 JULI 2017;
- TEUKU NYAK MAKAM, PAHLAWAN ACEH TANPA KEPALA 30 JULI 2017;
- ASAL MUASAL BUDAYA KOPI DI ACEH 1 AGUSTUS 2017;
- MUSIBAH TENGGELAMNYA KMP GURITA 6 AGUSTUS 2017;
- PERANG ACEH, KISAH KEGAGALAN SNOUCK HURGRONJE 7 AGUSTUS 2017;
- ACEH DI MATA KOLONIALIS 8 AGUSTUS 2017;
- MELUKIS SEJARAH 10 AGUSTUS 2017;
- NASIHAT-NASIHAT C. SNOUCK HURGRONJE SEMASA KEPEGAWAIANNYA KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA 1889-1936 14 AGUSTUS 2017;
- ACEH SEPANJANG ABAD 16 AGUSTUS 2017;
- PERANG DI JALAN ALLAH 30 AGUSTUS 2017;
- ACEH DAERAH MODAL 7 SEPTEMBER 2017;
- 59 TAHUN ACEH MERDEKA DI BAWAH PEMERINTAHAN RATU 12 SEPTEMBER 2017;
- KERAJAAN ACEH PADA JAMAN SULTAN ISKANDAR MUDA (1609-1636) 13 SEPTEMBER 2017;
- PERISTIWA KEMERDEKAAN DI ACEH 14 SEPTEMBER 2017;
- PASAI DALAM PERJALANAN SEJARAH 17 SEPTEMBER 2017;
- MATA UANG EMAS KERAJAAN-KERAJAAN DI ACEH 19 SEPTEMBER 2017;
- ATJEH MENDAKWA,SEBUAH BUKU YANG MENJADI SAKSI SEPAK TERJANG PARTAI KOMUNIS INDONESIA DI ACEH 21 SEPTEMBER 2017;
- MISI MENCARI MAKAM PARA SULTANAH ACEH 6 OKTOBER 2017;
- BERZIARAH KE MAKAM SULTANAH MALIKAH NAHRASYIYAH 8 OKTOBER 2017;
- EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM APAKAH BAGUS UNTUK ACEH 15 OKTOBER 2017;
- AROMA MEMIKAT DARI DAPUR ACEH 16 OKTOBER 2017;
- TARIKH ACEH DAN NUSANTARA 29 OKTOBER 2017;
- PEKUBURAN SERDADU BELANDA PEUCUT KHERKHOF DI BANDA ACEH SEBAGAI SAKSI KEDAHSYATAN PERANG ACEH 11 NOVEMBER 2017;
- PEMBERONTAKAN KAUM REPUBLIK KASUS DARUL ISLAM ACEH 17 NOVEMBER 2017;
- TUANKU HASYIM WALI NANGGROE YANG DILUPAKAN SEJARAH 19 NOVEMBER 2017;
- KOPRS MARSOSE SERDADU PRIBUMI PELAYAN RATU BELANDA 8 DESEMBER 2017;
- HIKAYAT-HIKAYAT DARI NEGERI ACEH 16 DESEMBER 2017;
- LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH; 12 JANUARI 2018;
- SECANGKIR KOPI DARI ACEH; 22 JANUARI 2018;
- ACEH PUNGO (ACEH GILA); 8 FEBRUARI 2018;
- SIAPAKAH ORANG ACEH SEBENARNYA; 6 APRIL 2018;
- ORANG ACEH DALAM SEJARAH SUMATERA; 15 APRIL 2018;
- KETIKA IBNU BATTUTA MELAWAT SAMUDERA PASAI; 16 APRIL 2018;
- KISAH HIDUP LAKSAMANA MALAHAYATI; 18 APRIL 2018;
- PERANAN LEMBAGA TUHA PEUET DALAM MASYARAKAT ACEH PADA MASA LAMPAU; 5 MEI 2018;
- MENYINGKAP MAKNA SYAIR KUTINDHIENG SELAKU MANTRA SIHIR ACEH KUNO; 15 MEI 2018;
- KEBIJAKAN POLITIK ISLAM OLEH SNOUCK HURGRONJE SEBAGAI SARAN KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA UNTUK MENGHANCURKAN KEKUATAN ISLAM DI INDONESIA; 25 JUNI 2018;
- MASA DEPAN POLITIK DUNIA MELAYU; 28 JULI 2018;
Pingback: NOVEL KURA KURA BERJANGGUT APA BAGUSNYA | Tengkuputeh
Pingback: PEREMPUAN ACEH FULL POWER | Tengkuputeh
Pingback: TEUKU UMAR PAHLAWAN | Tengkuputeh
Pingback: MELUKIS SEJARAH | Tengkuputeh
Pingback: MASA DEPAN POLITIK DUNIA MELAYU | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: TEUKU NYAK MAKAM, PAHLAWAN ACEH TANPA KEPALA | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: GAM CANTOI TIADA | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: PUTROE PHANG JULUKAN DARI TENGKU KAMALIAH SEORANG PUTRI KESULTANAN PAHANG | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: CATATAN SEJARAH RANTAI BABI ATAU RANTE BUI DALAM TULISAN YANG DISUSUN KOLONIAL BELANDA | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: PENEMUAN ARCA KEPALA ALALOKITESWARA SEBAGAI JEJAK KEBERADAAN PERADABAN AGAMA BUDHA DI ACEH | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: SAMUDERA PASAI SEBAGAI TITIK TOLAK ISLAM DI ASIA TENGGARA, SEBUAH UPAYA MELAWAN PSEUDO SEJARAH | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: REVOLUSI DESEMBER 45 DI ACEH ATAU PEMBASMIAN PENGKHIANAT TANAH AIR | Tengkuputeh
Pingback: REVOLUSI DESEMBER 45 DI ACEH ATAU PEMBASMIAN PENGKHIANAT TANAH AIR | Tengkuputeh
Pingback: PENEMUAN ARCA KEPALA ALALOKITESWARA SEBAGAI JEJAK KEBERADAAN PERADABAN AGAMA BUDHA DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: PEKUBURAN SERDADU BELANDA PEUCUT KHERKHOF DI BANDA ACEH SEBAGAI SAKSI KEDAHSYATAN PERANG ACEH | Tengkuputeh
Pingback: TEUKU UMAR PAHLAWAN | Tengkuputeh
Pingback: CATATAN SEJARAH RANTAI BABI ATAU RANTE BUI DALAM TULISAN YANG DISUSUN KOLONIAL BELANDA | Tengkuputeh
Pingback: PASUKAN MERIAM NUKUM SANANY SEBUAH PASAK DARI RUMAH GADANG INDONESIA MERDEKA | Tengkuputeh
Pingback: PEREMPUAN ACEH FULL POWER | Tengkuputeh
Pingback: KEBENARAN YANG SAMAR | Tengkuputeh
Pingback: ASAL MUASAL BUDAYA KOPI DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: LEBURNJA KERATON ATJEH | Tengkuputeh
Pingback: LEBURNJA KERATON ATJEH | Tengkuputeh
Pingback: KISAH HIDUP LAKSAMANA MALAHAYATI | Tengkuputeh
Pingback: HADIH MAJA PENGAJARAN SERTA HIBURAN WARISAN LELUHUR | Tengkuputeh
Pingback: PERANAN LEMBAGA TUHA PEUT DALAM MASYARAKAT ACEH PADA MASA LAMPAU | Tengkuputeh
Pingback: MASA DEPAN POLITIK DUNIA MELAYU | Tengkuputeh
Pingback: ACEH SEPANJANG ABAD | Tengkuputeh
Pingback: HAME ATAU PANTANGAN ORANG ACEH DARI MASA LAMPAU | Tengkuputeh
Pingback: KESULTANAN ACEH NEGARA BERDAULAT PERTAMA YANG MENGAKUI KEMERDEKAAN REPUBLIK BELANDA DARI KERAJAAN SPANYOL DI TAHUN 1602 | Tengkuputeh
Pingback: SEJARAH PARTAI KOMUNIS INDONESIA DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: NOVEL KURA KURA BERJANGGUT APA BAGUSNYA | Tengkuputeh
Pingback: ACEH PUNGO (ACEH GILA) | Tengkuputeh
Pingback: HIKAYAT-HIKAYAT DARI NEGERI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: KORPS MARSOSE SERDADU PRIBUMI PELAYAN RATU BELANDA | Tengkuputeh
Pingback: PASAI DALAM PERJALANAN SEJARAH | Tengkuputeh
Pingback: SAMUDERA PASAI SEBAGAI TITIK TOLAK ISLAM DI ASIA TENGGARA, SEBUAH UPAYA MELAWAN PSEUDO SEJARAH | Tengkuputeh
Pingback: PEMBERONTAKAN KAUM REPUBLIK KASUS DARUL ISLAM ACEH | Tengkuputeh
Pingback: SECANGKIR KOPI DARI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: PERANG CUMBOK SEBUAH REVOLUSI SOSIAL DI ACEH (1946-1947) | Tengkuputeh
Pingback: SINGA ATJEH BIOGRAPHI SERI SULTAN ISKANDAR MUDA | Tengkuputeh
Pingback: SINGA ATJEH BIOGRAPHI SERI SULTAN ISKANDAR MUDA | Tengkuputeh
Pingback: PERANG ACEH KISAH KEGAGALAN SNOUCK HURGRONJE | Tengkuputeh
Pingback: NASIHAT-NASIHAT C. SNOUCK HURGRONJE | Tengkuputeh
Pingback: APA SEBAB RAKYAT ACEH SANGGUP BERPERANG PULUHAN TAHUN MELAWAN AGRESSI BELANDA | Tengkuputeh
Pingback: MENYINGKAP MAKNA SYAIR KUTINDHIENG SELAKU MANTRA SIHIR ACEH KUNO | Tengkuputeh
Pingback: PERBANDINGAN PENGUCAPAN BAHASA ACEH DENGAN BAHASA INDONESIA | Tengkuputeh
Pingback: BERBAGAI BAHASA DAERAH DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: BERBAGAI BAHASA DAERAH DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: LOKASI ISTANA KERAJAAN ACEH DULU DAN SEKARANG | Tengkuputeh
Pingback: MEREKONSTRUKSIKAN KEMBALI LETAK ISTANA DARUDDONYA | Tengkuputeh
Pingback: PEKUBURAN SERDADU BELANDA PEUCUT KERKHOF DI BANDA ACEH SEBAGAI SAKSI KEDAHSYATAN PERANG ACEH | Tengkuputeh
Pingback: LEGENDA DAN MITOS ASAL USUL PENAMAAN PULAU SABANG, GUNUNG SEULAWAH, PANTAI ALUE NAGA DAN KAWASAN ULEE LHEU | Tengkuputeh
Pingback: LEGENDA ASAL MULA GUNUNG GEURUTEE | Tengkuputeh
Pingback: LEGENDA ASAL MULA GUNUNG GEURUTEE | Tengkuputeh
Pingback: KETIKA ACEH MENGAKUI KEMERDEKAAN BELANDA | Tengkuputeh
Pingback: KETIKA ACEH MENGAKUI KEMERDEKAAN BELANDA | Tengkuputeh
Pingback: KANUN MEUKUTA ALAM | Tengkuputeh
Pingback: ARCA ALALOKITESWARA JEJAK BUDHA DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: TEUKU NYAK ARIEF RENCONG ACEH DI VOLKSRAAD | Tengkuputeh
Pingback: HAMZAH FANSURI PERINTIS SASTRA MELAYU | Tengkuputeh
Pingback: KERAJAAN TEUNOM SUATU MASA | Tengkuputeh
Pingback: TEUKU NYAK MAKAM, PAHLAWAN ACEH TANPA KEPALA | Tengkuputeh
Pingback: EKSPEDISI BELANDA KE GAYO 1904 | Tengkuputeh
Pingback: MEMOAR PANGLIMA POLEM CATATAN SEORANG PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN INDONESIA | Tengkuputeh
Pingback: GEREJA PERTAMA DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: ORANG ACEH DALAM SEJARAH SUMATERA | Tengkuputeh
Pingback: PUTROE PHANG PUTRI PAHANG | Tengkuputeh
Pingback: GAM CANTOI TIADA | Tengkuputeh
Pingback: TUANKU HASYIM WALI NANGGROE YANG DILUPAKAN SEJARAH | Tengkuputeh
Pingback: PERISTIWA TERBUNUHNYA TEUKU UMAR | Tengkuputeh
Pingback: SENJA DI MALAKA | Tengkuputeh
Pingback: ACEH DI MATA KOLONIALIS | Tengkuputeh
Pingback: SISTEM PERPAJAKAN DAN KEUANGAN KERAJAAN ACEH DARUSSALAM | Tengkuputeh
Pingback: EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM APAKAH BAGUS UNTUK ACEH | Tengkuputeh
Pingback: TUHA PEUT DALAM MASYARAKAT ACEH | Tengkuputeh
Pingback: ATJEH MENDAKWA SAKSI SEPAK TERJANG PARTAI KOMUNIS DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: TARIKH ACEH DAN NUSANTARA | Tengkuputeh
Pingback: SULTANAH MALIKAH NAHRASYIYAH | Tengkuputeh
Pingback: BATU NISAN ACEH SEBAGAI WARISAN BUDAYA ISLAM | Tengkuputeh
Pingback: SEJARAH KERAJAAN PEDIR (POLI) ATAU NEGERI PIDIE | Tengkuputeh
Pingback: SEJARAH KERAJAAN PEDIR (POLI) ATAU NEGERI PIDIE | Tengkuputeh
Pingback: HIKAYAT SUKU MANTE | Tengkuputeh
Pingback: SAMUDERA PASAI SEBAGAI TITIK TOLAK ISLAM DI ASIA TENGGARA | Tengkuputeh
Pingback: SEJARAH KERAJAAN DAYA (LAMNO) | Tengkuputeh
Pingback: AROMA MEMIKAT DARI DAPUR ACEH | Tengkuputeh
Pingback: MUSIBAH TENGGELAMNYA KMP GURITA (1996) | Tengkuputeh
Pingback: MENGUNJUNGI RUMAH PAHLAWAN NASIONAL CUT MEUTIA | Tengkuputeh
Pingback: DIMANA LETAK ISTANA KERAJAAN ACEH DARUD DONYA | Tengkuputeh
Pingback: KETIKA ACEH MINTA MENJADI VASAL TURKI USTMANI | Tengkuputeh
Pingback: KETIKA IBNU BATTUTA MELAWAT SAMUDERA PASAI | Tengkuputeh
Pingback: EDISI KHUSUS SERI PAHLAWAN NASIONAL PRANGKO 100 TAHUN CUT NYAK DHIEN | Tengkuputeh
Pingback: HENRICUS CHRISTIAN VERBRAAK MISIONARIS KATOLIK PERTAMA DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: HENRICUS CHRISTIAN VERBRAAK MISIONARIS PERTAMA DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: BUSTANUS SALATIN PANDUAN BERKUASA PARA SULTAN ACEH | Tengkuputeh
Pingback: KRONOLOGI GUGURNYA CUT MUTIA | Tengkuputeh
Pingback: SEJARAH PENDIRIAN PUSA (PERSATUAN ULAMA SELURUH ACEH) | Tengkuputeh
Pingback: PARA ULEEBALANG RAJA KECIL DI ACEH DARI MASA KESULTANAN SAMPAI REVOLUSI SOSIAL (1512-1946) | Tengkuputeh
Pingback: TSUNAMI | Tengkuputeh
Pingback: ARCA AWALOKITESWARA JEJAK BUDHA DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: ARCA AWALOKITESWARA JEJAK BUDHA DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: MENGENAL LEBIH DEKAT POCUT BAREN | Tengkuputeh
Pingback: ACEH DAERAH MODAL | Tengkuputeh
Pingback: SURAT TENGKU CHIK DI TIRO | Tengkuputeh
Pingback: KENAPA SULTAN ACEH MENYERAH PADA BELANDA | Tengkuputeh
Pingback: PARA PENYEBAR KEBOHONGAN | Tengkuputeh
Pingback: SULTAN ALAIDDIN MAHMUDSYAH II, SULTAN ACEH MERDEKA TERAKHIR | Tengkuputeh
Pingback: POLITIK ISLAM OLEH SNOUCK HURGRONJE | Tengkuputeh
Pingback: RAJA DEKAT TUHAN JAUH | Tengkuputeh
Pingback: BERZIARAH KE MASJID ASAL PENAMPAAN DI BLANGKEJEREN GAYO LUES | Tengkuputeh
Pingback: KISAH-KISAH DI BLANG | Tengkuputeh
Pingback: ORIDA (OEANG REPUBLIK INDONESIA) ACEH 1947-1949 | Tengkuputeh
Pingback: PROSA ALAM GAYO LUES | Tengkuputeh
Pingback: PROSA ALAM GAYO LUES | Tengkuputeh
Pingback: ADAT PELANTIKAN PEMAHKOTAAN PENABALAN SULTAN ACEH DARUSALAM | Tengkuputeh
Pingback: SUSUNAN PEMERINTAHAN ACEH SEMASA KESULTANAN | Tengkuputeh