SEJARAH BENTUK DAN FILOSOFI RUMAH ACEH

Rumah Adat Aceh

SEJARAH BENTUK DAN FILOSOFI RUMAH ACEH

Remang-remang dalam kekaburan masa yang telah lama berlalu coba kita terangi dengan pelita yang berasal dari catatan-catatan peninggalan yang masih ada, dan dari penyelidikan-penyelidikan yang masih dapat dilakukan. Rumah Adat Aceh merupakan hasil budaya ribuan tahun, meski saat ini masa gemilang itu telah mengalami kemunduran tapi tak ada salahnya untuk dikaji kembali sebagai bahan pelajaran kepada generasi penerus.

Menurut hikayat Rumah Aceh dahulunya adalah perahu yang dibalik untuk dijadikan rumah yaitu ketika tibanya dinasti Mante ke Aceh. Kerajaan Mante adalah kerajaan tertua yang diketahui pernah ada di Aceh. Dinasti ini berpusat di Seumileuk, pedalaman Selimum antara Jantho, masuk wilayah Sagi XXII Mukim.

Sejarah Rumah Aceh

Menurut Dada Meuraksa, Kata-kata Mante berasal dari Mantenia atau Mantinea, sebuah kota di Yunani, dimana penduduknya disebut Mantinea. Penduduk Mantinea memiliki leluhur yang dari lembah pegunungan Alpen, termasuk dalam rumpun suku bangsa Indo-Jerman (Ras Arya). Dalam rentang waktu abad ke 14 sampai dengan 12 S.M. Mereka melakukan perpindahan penduduk ke daerah hangat di selatan dan tiba di Yunani. Semula mereka mendiami pulau Kreta bagian Selatan, kota Thessalia dan dinamakan dengan suku Achaia atau Achaea. Ada empat suku Yunani Purba yaitu: Achaia, Aiolia, Ionia dan Doris. Kesemuanya berasal dari Pulau Kreta. Pada abad ke 12 S.M. mereka di usir oleh bangsa Doris, mereka berpindah, sebagiannya kedaerah Peloponnesus Utara, sebagiannya ke Asia Kecil (Turki), dan sebagian yang lain ke Asia Tengah (lembah Kaukasus).  Dari mereka yang pindah ke lembah Kaukasus ada yang mengetahui berita tentang Nabi Sulaiman mengirimkan bangsa Phoeni untuk mengambil emas ke Asia Tenggara. Maka suku Achaean mengembara ke arah ke Timur untuk mencarinya. Melalui Chaibar Pas (jurang antara dua gunung diperbatasan Afghanistan dengan India) hingga mereka sampai ke India Utara dan berasimilasi dengan penduduk asli.  Mereka meneruskan pengembaraan mereka ke arah Timur sampai ke Tennosering diperbatasan Burma dengan Siam (Thailand), mereka berassimilasi lagi dengan bangsa Mon Khemer, leluhur bangsa Kamboja dan Campa.

Dalam rangka mencari pulau emas mereka meneruskan pengembaraan ke selatan dengan menyeberangi Selat Malaka dengan menggunakan perahu-perahu. Mereka sampai kepulau Perca (Andalas/Sumatera) dan memutuskan untuk menetap perahu-perahu yang tadi dijadikan alat transportasi dibalik dan dijadikan rumah. Mereka mendirikan kerajaan Mante dengan berpusat di Seumileuk, yaitu suatu tempat yang strategis yang terhubung dengan sumber emas di kaki gunungemas (Seulawah) yang terletak pada suatu pucuk sungai yang bercabang tiga (di Tangse) yaitu: Kruëng Aceh, Krueng Woyla (Tutut) dan Krueng Keumala. Seumileuk termasuk lembah Krueng Aceh, dan kemungkinan nama lembah Aceh, Krueng Aceh dan bangsa Aceh berasal dari nama suku mereka yaitu: Achaia.1

Deskripsi Bentuk Rumah Aceh

Rumah Aceh dibuat tinggi dari tanah, bangunannya ditopang oleh oleh sejumlah tiang-tiang besar yang tegak dan beraturan. Bentuk rumah segi empat, jarak antara lantai rumah dari tanah antara empat sampai Sembilan hasta.  Tulang atas yang disebut “tampong” (blandar) menjurus lurus dan arata dari timur ke barat, bukan dari utara ke selatan dengan maksud agar rumah menghadap kiblat.

Rumah Aceh memiliki 16 tiang, berbaris empat-empat. Ditambah tangga 1 dianggap sebagai tiang memiliki makna 17 rakaat dalam sehari shalat, sesuai dengan filosofi, “Shalat adalah tiang agama”. 2 tiang dinamakan raja dan permaisuri (putro), 2 tiang ini melambangkan shalat Shubuh. Seluruh tiang besar dan bulat.

Panjang rumah dari timur ke barat, dihitung pada bagian luar tiang adalah 11, 13, 15, 17, atau 19 hasta. Bagian dari utara ke selatan lebih panjang dari itu dengan jarak yang jumlahnya ganjil. Biasanya yang dipakai hasta wanita.

Lukisan sebuah gampong di Meureudu pada rumah makan Asia Utama di kota Langsa

Lukisan sebuah gampong di Meureudu pada rumah makan Asia Utama Simpang Remi di kota Langsa

Rumah Aceh terbagi kepada 3 ruang panjang. Ruang tengah lebih tinggi dari pada kanan dan kiri. Bagian Barat dinamakan “rumoh inong” (ruang perempuan) atau “ruang induk” sedangkan bagian timur dinamakan “rambat”. Rumoh Inong adalah bagian termulia dari yang lain, jikalau tuan dan nyonya rumah memiliki menantu di ruang inilah dua sejoli diberikan tempat. Adat Aceh pengantin tinggal di rumah perempuan sampai mampu mendirikan rumah sendiri.

Ruang di selatan dan utara dinamakan “ramo” atau “seramo”, yakni serambi. Di ujung timur serambi utara didirikan rumah dapur yang disebut “anjong”. Tetapi bisa juga dibuat dapur di sebelah utara atau di tempat terasing. Di sebelah timur rumah dibuat “jerambah” yaitu titi lalu lintas yang lebarnya kira-kira 1.5 meter dari serambi utara ke serambi selatan atau daro rumah dapur (jika terpisah) ke tangga. Tangga biasanya di sudut tenggara, di ujung selatan “jerambah” dan ada juga yang membuat tangga rumahnya di bawah lantai yang dilubangi dan diberi tutup pintu.2

Filosofi Pintu Rumah Aceh

Untuk mengenal Aceh ada baiknya kita memahami filosofi dari pintu rumah Aceh. Biasanya tinggi pintu tersebut sekitar 120-150 cm, terlihat kecil dan membuat siapapun yang ingin masuk ke dalam rumah harus sedikit menunduk, menurut orang-orang tua ini bermakna sebuah penghormatan kepada tuan rumah saat memasuki rumahnya, siapapun dia tanpa peduli derajat dan kedudukannya. Ini memiliki filosofi sebagai hatinya orang Aceh. Sebuah perwujudan dari rasa hormat/cinta yang tak pernah dapat terdefinisikan secara tepat dengan kata. Tak dapat terlihat secara kasat mata, siapa yang menjadi menyayangi dan siapa pula yang disayangi. Hal ini terlihat dari bentuk fisik pintu tersebut yang memang sulit memasukinya, namun ketika kita masuk akan mendapati tiada sekat dan terasa lapang. Sebuah kearifan lokal yang telah tertanam menjadi budaya jalan tentang waktu lebih dari seribu tahun.

Referensi:

  1. Dada Meuraxa, Ungkapan Sejarah Aceh, (Medan: Tanpa Penerbit, 1976) halaman 21
  2. Dada Meuraxa, Sejarah Kebudayaan Sumatera, (Medan: Hasmar, 1978) halaman 182

Artikel-artikel tentang Aceh:

  1. TUANKU HASYIM WALI NANGGROE YANG DILUPAKAN SEJARAH 19 NOVEMBER 2017;
  2. KOPRS MARSOSE SERDADU PRIBUMI PELAYAN RATU BELANDA 8 DESEMBER 2017;
  3. HIKAYAT-HIKAYAT DARI NEGERI ACEH 16 DESEMBER 2017;
  4. LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH; 12 JANUARI 2018;
  5. SECANGKIR KOPI DARI ACEH; 22 JANUARI 2018;
  6. ACEH PUNGO (ACEH GILA); 8 FEBRUARI 2018;
  7. SIAPAKAH ORANG ACEH SEBENARNYA; 6 APRIL 2018;
  8. ORANG ACEH DALAM SEJARAH SUMATERA; 15 APRIL 2018;
  9. KETIKA IBNU BATTUTA MELAWAT SAMUDERA PASAI; 16 APRIL 2018;
  10. KISAH HIDUP LAKSAMANA MALAHAYATI; 18 APRIL 2018;
  11. PERANAN LEMBAGA TUHA PEUET DALAM MASYARAKAT ACEH PADA MASA LAMPAU; 5 MEI 2018;
  12. MENYINGKAP MAKNA SYAIR KUTINDHIENG SELAKU MANTRA SIHIR ACEH KUNO; 15 MEI 2018;
  13. SEJARAH KERAJAAN LAMURI; 24 JUNI 2018;
  14. KEBIJAKAN POLITIK ISLAM OLEH SNOUCK HURGRONJE SEBAGAI SARAN KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA UNTUK MENGHANCURKAN KEKUATAN ISLAM DI INDONESIA; 25 JUNI 2018;
  15. MASA DEPAN POLITIK DUNIA MELAYU; 28 JULI 2018;
  16. EDISI KHUSUS SERI PAHLAWAN NASIONAL PRANGKO 100 TAHUN CUT NYAK DHIEN; 8 AGUSTUS 2018;
  17. MEMOAR PANGLIMA POLEM SEORANG PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN; 19 SEPTEMBER 2018;
  18. PUTROE PHANG JULUKAN DARI TENGKU KAMALIAH SEORANG PUTRI KESULTANAN PAHANG; 28 SEPTEMBER 2018;
  19. TEUKU NYAK ARIEF SEORANG YANG TULEN BERANI DAN LURUS SEBAGAI RENCONG ACEH DI VOLKSRAAD; 17 OKTOBER 2018;
  20. RINCIAN ISI KANUN MEUKUTA ALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESULTANAN ACEH DARUSSALAM YANG DISUSUN PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN ISKANDAR MUDA; 26 OKTOBER 2018;
  21. CATATAN SEJARAH RANTAI BABI ATAU RANTE BUI DALAM TULISAN YANG DISUSUN KOLONIAL BELANDA; 26 OKTOBER 2018;
  22. PASUKAN MERIAM NUKUM SANANY SEBUAH PASAK DARI RUMAH GADANG INDONESIA MERDEKA; 4 NOVEMBER 2018;
  23. PENEMUAN ARCA KEPALA ALALOKITESWARA SEBAGAI JEJAK KEBERADAAN PERADABAN AGAMA BUDHA DI ACEH; 18 NOVEMBER 2018;
  24. REVOLUSI DESEMBER ’45 DI ACEH ATAU PEMBASMIAN PENGKHIANAT TANAH AIR; 6 FEBRUARI 2019;
  25. LEBURNJA KERATON ATJEH; 11 MARET 2019;
  26. HADIH MAJA PENGAJARAN SERTA HIBURAN WARISAN LELUHUR; 27 MARET 2019;
  27. HAME ATAU PANTANGAN ORANG ACEH DARI MASA LAMPAU; 19 JUNI 2019;
  28. SINGA ATJEH BIOGRAPHI SERI SULTAN ISKANDAR MUDA; 6 AGUSTUS 2019;
  29. APA SEBAB RAKYAT ACEH SANGGUP BERPERANG PULUHAN TAHUN MELAWAN AGRESSI BELANDA; 17 OKTOBER 2019;
  30. PERBANDINGAN PENGUCAPAN BAHASA ACEH DENGAN BAHASA INDONESIA; 30 DESEMBER 2019;
  31. BERBAGAI BAHASA DAERAH DI ACEH; 30 JANUARI 2020;
  32. LOKASI ISTANA KERAJAAN ACEH DULU DAN SEKARANG; 27 FEBRUARI 2020;
  33. MEREKONSTRUKSIKAN KEMBALI LETAK ISTANA DARODDONYA; 3 MARET 2020;
  34. LEGENDA DAN MITOS ASAL USUL PENAMAAN PULAU SABANG, GUNUNG SEULAWAH, PANTAI ALUE NAGA DAN KAWASAN ULEE LHEU; 29 MEI 2020;
  35. LEGENDA ASAL USUL GUNUNG GEURUTEE; 1 JUNI 2020;
  36. HAMZAH FANSURI PERINTIS SASTRA MELAYU; 4 JULI 2020;
  37. GEREJA PERTAMA DI ACEH; 12 JULI 2020;
  38. PERISTIWA TERBUNUHNYA TEUKU UMAR; 1 AGUSTUS 2020;
  39. SISTEM PERPAJAKAN KERAJAAN ACEH; 14 AGUSTUS 2020;
  40. SEJARAH KERAJAAN PEDIR (POLI) ATAU NEGERI PIDIE; 18 AGUSTUS 2020;
  41. SEJARAH KERAJAAN DAYA (LAMNO); 21 AGUSTUS 2020;
  42. KETIKA ACEH MINTA MENJADI VASAL TURKI USTMANI; 21 SEPTEMBER 2020;
  43. HENRICUS CHRISTIAN VERBRAAK MISIONARIS KATOLIK PERTAMA DI ACEH; 23 SEPTEMBER 2020;
  44. BUSTANUS SALATIN PANDUAN BERKUASA PARA SULTAN ACEH; 27 SEPTEMBER 2020;
  45. SEJARAH PENDIRIAN PUSA (PERSATUAN ULAMA SELURUH ACEH); 16 OKTOBER 2020;
  46. PARA ULEEBALANG RAJA KECIL DI ACEH DARI MASA KESULTANAN SAMPAI REVOLUSI SOSIAL (1512-1946); 25 OKTOBER 2020;
  47. KENAPA SULTAN ACEH MENYERAH PADA BELANDA; 9 APRIL 2021;
  48. HIKAYAT MEURAH SILU; 8 JUNI 2021;
  49. SULTAN ALAIDDIN MAHMUDSYAH II, SULTAN ACEH MERDEKA TERAKHIR; 29 JUNI 2021;
  50. RAJA DEKAT TUHAN JAUH; 3 AGUSTUS 2021;
  51. BERZIARAH KE MESJID ASAL PENAMPAAN DI BLANGKEJEREN GAYO LUES; 17 AGUSTUS 2021;
  52. KISAH-KISAH DI BLANG; 22 NOVEMBER 2021;
  53. ORIDA (OEANG REPUBLIK INDONESIA) ACEH 1947-1949; 14 JANUARI 2022;
  54. ACEH YANG DILUPAKAN; 29 MARET 2022;
  55. PROSA ALAM GAYO LUES; 8 AGUSTUS 2022;
  56. ADAT PELANTIKAN PEMAHKOTAAN PENABALAN SULTAN ACEH DARUSSALAM; 10 JANUARI 2023;
  57. SUSUNAN PEMERINTAHAN ACEH SEMASA KESULTANAN; 14 APRIL 2023;
  58. HIKAYAT SEJARAH ASAL MULA RENCONG; 22 JUNI 2023;
  59. MASIHKAH ORANG ACEH BERJIWA PENYAIR; 25 JUNI 2023;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cuplikan Sejarah, Kolom, Mari Berpikir and tagged , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

2 Responses to SEJARAH BENTUK DAN FILOSOFI RUMAH ACEH

  1. adipraa says:

    terimakasih artikelnya, jadi tau filosofinya

  2. Pingback: MENJAWAB POLEMIK MAKAM TANDINGAN SYEKH ABDUR RAUF AS-SINGKILI ATAU TENGKU SYIAH KUALA | Tengkuputeh

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.