
Seorang noni Belanda dan pelayannya di Benteng Indra Patra Lamuri tahun 1930 Belanda tidak tahu benteng apa ini KITLV menyebutnya sebagai benteng Portugis yang direbut Aceh
HIKAYAT SUKU MANTE
Sungai Krueng Sabee sekitar tiga kilometer selatan kota Calang (ibu kota Kabupaten Aceh Jaya) memiliki kekhasan berpasir, menyerupai pasir laut. Kadang-kadang jika musim kemarau aliran sungai menjadi dangkal menimbulkan gundukan pasir selayaknya pantai ditengah sungai. Pada awal abad ke-20 aliran sungai sebagaimana diceritakan oleh para orang tua kampung masih jernih, disekitar sungai masih ditumbuhi oleh hutan perawan yang tersambung ke pengunungan Seulawah di Utara sampai Leuser di Selatan, bahkan jika ditarik sambung menyambung sampai ujung Selatan Sumatera meliputi seluruh gugusan bukit barisan. Pada gundukan tersebut jika tersangkut sampah berupa ranting dan dedaunan jika diangkat terdapat udang segar, ataupun ikan. Alam memberikan segalanya waktu itu.
Nekmi menceritakan kembali sebagaimana diceritakan oleh Neknyang (nenek buyut) bahwa pada suatu pagi, beberapa anak kampung Mon Mata berkeinginan melihat “Aneuk Lacoe” yang mungkin padanan bahasa kita sekarang adalah kurcaci atau hobbit. Mereka menjalin rotan menjadi gelang, lalu mereka melempar gelang-gelang tersebut pada pantai pasir ditengah sungai lalu bersembunyi kearah yang lebih jauh. Lama mereka bersembunyi sampai hampir jengah, tiba-tiba dari kejauhan muncul beberapa kurcaci yang hanya bercawat, mereka bersenang-senang dengan gelang tersebut. Memasukkan ke tangan kemudian ke kaki. Mereka bergembira sekali dengan mainan tersebut.
“Aneuk Lacoe” adalah pemandangan yang gaib, sekaligus menakjubkan bagi anak-anak kampung Mon Mata tersebut, mereka dipercaya memiliki sihir dan kemampuan berbicara dengan hewan di hutan raya. Namun tidak seperti suku-suku lain di Aceh mereka tidak berbaur dan memilih menghindari peradaban. Ukuran “Aneuk Lacoe” itu menurut penuturan saksi mata tidak pernah ada yang mencapai satu meter, kebanyakan hanyalah setinggi balita berusia lima tahun. Namun jangan pertanyakan kegesitan mereka, begitu mendengar suara langkah kaki atau ranting patah terinjak mereka akan segera melarikan diri ke dalam hutan. Mereka hanya bisa memandangi dari jauh tanpa pernah bisa mendekati.
Ada pepatah di daerah Krueng Sabee dan sekitarnya jika ada anak kecil atau orang yang tidak berpakaian maka akan disebut sebagai “aneuk lacoe”. Kemunculan kurcaci atau Hobbit itu tidak hanya terjadi di daerah Krueng Sabee, kearah Selatan di mana ada sungai-sungai besar lain seperti Sungai Krueng Teunom, Krueng Woyla, Krueng Seunagan serta banyak sungai yang berbatu lainnya, oleh penduduk sekitar pada tahun-tahun tersebut. Penduduk kearah Selatan menyebut mereka dengan sebutan Orang Bante. Merekalah yang disebut dengan sebutan orang Mante.
Ditahun 1940-an orang-orang Mante tidak terlihat lagi turun ke sungai-sungai di pesisir Barat Aceh.
Asal usul suku Mante.
H.M. Zainuddin seorang pujangga (pengarang roman Jeumpa Aceh) sekaligus seorang sejarawan dalam bukunya yang monumental “Tarikh Aceh dan Nusantara” yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1961 menyebutkan bahwa bangsa Aceh termasuk ke dalam lingkungan bangsa Melayu, yaitu bangsa-bangsa : Mante (Bante), Lanun, Sakai Jakun, Semang (orang laut), Sanun dan lain-lain. Kesemua bangsa tersebut secara etnologi, memiliki hubungan dengan bangsa Phonesia di Babylonia dan bangsa Dravida di lembah sungai Indus dan Gangga.
Ia menambahkan keterangan bangsa Mante, terutama adalah penduduk Aceh Besar. Menurut cerita orang-orang tua (mythe), tempat kedudukannya di kampung Seumileuk yang disebut kampung Rumoh Dua Blah (Kampung Rumah Dua Belas), letaknya di atas Seulimeum antara kampung Jantho dengan Tangse. Seumileuk artinya daratan yang luas. Bangsa Mante inilah yang berkembang biak keseluruh lembah Aceh tiga segi dan kemudian berpindah ke lain-lain tempat.
Adapun lembah Aceh Besar itu (Aceh tiga segi) tatkala itu lautnya Indrapuri dan Tanoh Abee menjadi tempat kediaman orang Hindu. Blang Bintang, Ulee Kareng, Lam Baro, Lam Ateuk, Lam Nyong, Tungkop, Lam Nga, Tibang dan lain-lain merupakan laut yang luas. Dan menurut mythe tersebut, kalau orang hendak berhaji maka pelabuhannya di Aneuk Glee, Montasik. Ialah perigi tempat pelaut-pelaut singah mengambil air. Letak kampung Montasik sekarang adalah tepi laut, sedangkan Kampung Ateuk yang berasal dari kata “Gateuk” sebangsa ketam tanah yang hidup di air asin (payau) yang berdekatan dengan laut. Pasar yang terbesar disekitar Kuta Masah di atas Indrapuri. Menurut keterangan tersebut dapat meyakinkan kita bahwa sampai abad ke-8 Masehi pantai atau tepi laut Aceh Besar sampai dekat Indrapuri dan Tanoh Abee di dekat kaki bukit barisan, dan merupakan satu teluk yang indah pemandangannya. Jika hari ini letak geografis telah berubah disebabkan pergeseran bumi sendiri. Sampai saat ini penghidupan bangsa Aceh dahulu kala mengembara belum dapat dijelaskan oleh H.M. Zainuddin.
Sejarah Suku Mante
Catatan sejarah tentang suku Mante yang paling lengkap adalah yang disusun oleh Dada Meuraksa berjuduk “Ungkapan Sejarah Aceh” pada tahun 1975. Sebagaimana pengakuan beliau, ia melanjutkan karya dari ayahnya yaitu Tuanku Raja Keumala yang meninggal dunia di tahun 1930. Menurut Dada Meuraksa, dinasti Mante adalah dinasti tertua yang diketahui. Kerajaan Mante berpusat di Seumileuk, yaitu pedalaman Seulimeum antara Jantho, masih dalam daerah sagi XXII mukim. Kata-kata Mante berasal dari Mantenia atau Mantinea yaitu suatu kota di Yunani, dimana penduduknya disebut Mantinean. Pada abad ke 14 Sebelum Masehi (dan seterusnya selama kurang lebih 3 abad) mereka melakukan perpindahan penduduk kedaerah panas di Selatan. Mereka datang ke Yunani semula mereka mendiami pulau Kreta bagian Selatan yaitu Thessalia, menamakan suku mereka Achaea. Pada abad ke 12 Sebelum Masehi mereka diusir oleh suku Doris, lalu mereka berpindah, sebagian kedaerah Peloponnesus Utara, sebagian ke Asia Kecil (Turki), dan sebagian yang lain ke Asia tengah (lembah Kaukasus)
Mereka yang pindah ke lembah Kaukasus itu kemudian mengembara kearah Timur melalui Chaibar Pas (jurang antara dua gunung diperbatasan Afganistan dan India) mereka sampai di India Utara, dan berasimilasi dengan penduduk disana. Kemudian mereka meneruskan pengembaraan kearah Timur sampai ke Tennosering diperbatasan Burma dengan Siam, mereka berasimilasi lagi dengan bangsa Man Khemer, yaitu leluhur bangsa Kamboja dan Campa.
Kemudian mereka meneruskan pengembaraan ke Selatan dengan menyebrangi Selat Malaka. Mereka sampai ke Pulau Perca (Sumatera), dan membuat kerajaan Mante dengan berpusat di Seumileuk. Yaitu suatu tempat yang strategis untuk mendapatkan sumber emas di kaki Gunung Emas yang terletak pada satu pucuk sungai yang bercabang tiga ( di Tangse) yaitu : Sungai Krueng Aceh, Krueng Woyla (Tutut) dan Krueng Keumala. Seumileuk itu termasuk lembah Krueng Aceh, dan kemungkinan nama lembah Aceh (Aceh Raya), Krueng Aceh dan bangsa Aceh berasal dari nama suku mereka Achaia.
Adapun raja-raja dari dinasti Mante yang menjadi penguasa dan memerintah di lembah Aceh Besar itu tidak seluruhnya diketahui. Menurut catatan yang masih ada kita mengenal raja yang bernama “Maharaja Po Tuah Meuri”. Adapun raja-raja sebelumnya tidak dapat diketahui. Setelah Maharaja Po Tuan Meuri memerintah anak cucunya menurut garis lurus sambung menyambung yaitu : Maharaja Ok Meugumbak, Maharaja Jagat, Maharaja Dumet, Maharani Putro Budian. Sampai disini berakhirlah dinasti Mante tersebut. Dan sejarah berhenti mencatat dinasti suku Mante.
Maharani Putro Budian menikah dengan Maharaja Po Liang, yaitu seorang bangsawan Campa dari Indocina yang datang ke Aceh bersama rombongannya karena negerinya diserang musuh yang lebih kuat. Beliau mencari tanah air sambil mengembangkan agama Budha mazhab Hinayana sekte Mantrayana. Setelah menikahi Ratu Mante itu beliau berhasil membudhakan Aceh, dan akhirnya beliau diangkat sebagai Raja Lamuri yang pertama.
Adapun dinasti Po Liang yang memerintah kerajaan Aceh Lamuri itu menurut catatan Dada Meuraksa adalah sebagai berikut :
- Maharaja Po Liang. Raja Lamuri Budha I.
- Maharaja Beuransah. Raja Lamuri Budha II. (Anak nomor 1).
- Maharaja Beureuman. Raja Lamuri Budha III. (Anak nomor 2).
- Maharaja Binsih. Raja Lamuri Budha IV. (Anak nomor 3).
- Maharaja Lam Teuba, Raja Lamuri Islam I, mahzab syi’ah. Beliau adalah raja yang termasyur karena keberaniannya, keadilannya, kecerdasannya, dan terutama karena menyambut Islam yang dibawa dan didakwahkan kepadanya oleh seorang Sayid keturunan Rasulullah s.a.w. (754 M).
- Maharaja Gading. Islam Syiah ke II (786 M). Anak no.5 dan cucu no.4.
- Maharaja Banda Chairullah. Islam Syiah ke III (822 M). Anak no.6.
- Maharaja Cut Samah. Islam Syiah ke IV (870 M). Anak no.7.
- Maharaja Cut Madin. Islam Syiah ke V (916 M). Anak no.8.
- Maharaja Cut Malim. Islam Syiah ke VI (963 M). Anak no.9.
- Maharaja Cut Seudang. Islam Syiah ke VII (1034 M). Anak no.10.
- Maharaja Cut Samlako. Islam Syiah ke VIII (1082 M). Anak no.11.
- Maharaja Cut Ujo. Islam Syiah ke IX (1113 M). Anak no.12.
- Maharaja Cut Wali. Islam Syiah ke X (1144 M). Anak no.13.
- Maharaja Cut Ubit. Islam Syiah ke XI (1171 M). Anak no.13 dan adik no.14.
- Maharaja Cut Dhiet. Islam Syiah ke XII (1185 M). Anak no.15.
- Maharaja Cut Umbak. Islam Syiah ke XIII (1201 M). Anak no.16.
- Maharani Putro Ti Seuno. Islam Syiah ke XIV (1235 M). Anak no.17.
Suku Mante menghilang dari peradaban
Sampai disini berakhirlah kerajaan Lamuri dinasti Po Liang, Maharani Putro Ti Seuno menikah dengan Johan Syah, yang kemudian menjadi Sultan Alaidin Johan Syah, Raja Lamuri Islam Ahlussunnah Wal Jamaah ke I (1205-1235 M). Nama raja-raja dinasti Mante dan dinasti Po Liang ini diperoleh Dada Meuraksa dari salinan manuskrip T. Raja Muluk Attahasi, seorang keturunan pembesar Aceh di zaman dahulu, demikian pula juga angka-angka tahunnya. Dengan demikian mulailah dinasti Alaidin memimpin tampuk kerajaan Aceh yang kemudia diubah dari Lamuri menjadi Aceh Darussalam.
Menghilangnya suku Mante dari pusat kosmopolitan Aceh masih misterius, diduga sebagian dari mereka memilih mengembara kepedalaman hutan belantara ketika Aceh mulai memeluk agama Budha pada awal masa dinasti Po Liang.
Harga Diri Suku Mante
Berdasarkan cerita hikayat, suku Mante pernah ditangkap pada masa Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah (1514-1530). Dua orang Mante ditangkap saat itu, diduga adalah sepasang suami istri. Setelah ditangkap mereka tidak mau bicara atau makan dan memilih mati kelaparan. Sultan Ali Mughayat Syah menyesal dan menangisi kematian dua Mante ini dan mengeluarkan maklumat kepada rakyat Aceh untuk tidak menganggu mereka apabila bertemu.
Keberadaan suku Mante di pedalaman Aceh menjadi perdebatan banyak pihak, ada yang percaya atau pun tidak. Mungkin ada yang sinis dan menganggap itu sebagai dongeng belaka. Bagi masyarakat Aceh, keberadaan mereka bagai sebuah legenda ataupun mitos, karena memang sedikit yang pernah bertemu dengan mereka. Suku Mante sendiri termasuk dalam suku Proto Melayu (Melayu Tua), yang diperkirakan sudah punah.
Penemuan kembali suku Mante?
Dalam bukunya, De Atjehers. Snouck Hurgronye mencatat meskipun ia sendiri mengaku belum pernah bertemu dengan suku tersebut. Beberapa saksi mengaku pernah melihat Mante, dan mengatakan bahwa suku ini sering ditemui di pedalaman Lokop Aceh Timur dan di pedalaman Tangse Pidie. Snouck Hurgronye sendiri mengartikan Mante sebagai istilah untuk tingkah kebodoh-bodohan dan kekanak-kanakan.
Suku Mante telah memilih meninggalkan peradaban ke hutan. Jikalah kita mengingat pesan Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah apa untungnya menganggu mereka? Zaman modern mungkin kejam, nasib suku Mante sama seperti berbagai flora dan fauna dalam hutan, mereka tak berdaya menghadapi gencarnya korporasi dan konglemerasi menggerus habitat mereka. Perkebunan sawit, karet bahkan yang paling menjijikan adalah penebangan hutan oleh perusahaan besar, apalagi dengan kedok perkebunan sawit dan karet. Penambangan emas, gas, dan eksplorasi hutan secara besar-besaran telah mendesak mereka. Para orang-orang serakah yang mengincar keuntungan demi mengejar keuntungan ekonomi. Tapi apakah hidup adalah semata-mata tentang kekayaan dan keserakahan?
Ketika pemimpin-pemimpin di Aceh yang lahir dari demokrasi menutup mata demi fee belaka, suku Mante pasti akan punah! Dan betapa kita merindukan seorang Alaidin Ali Mughayat Syah.
Nekmi bercerita, suatu hari Nek Nyang bercerita dengan mata berbinar, bahwa ketika erangan para suku Mante tertawa bahagia dengan gelang rotan mereka. Suara keras mereka sangat aneh sehingga para anak-anak kampung Mon Mata yang mengintip dari kejauhan bergerak mundur dan menahan nafas. Mereka bahagia untuk kebahagiaan dari mereka yang berbeda. Sebuah pemandangan yang menakjubkan, dan aliran sungai Krueng Sabee yang pelan dan berbuih-buih itu bergemericik menuju lautan. Betapa indahnya.
Daftar Pustaka
- Manuskrip T. Raja Muluk Attahasi
- Hikayat Aceh;
- Aceh di mata kolonialis oleh Snouck Hurgronje;
- Hikayat Merong Mahawangsa (Negeri Kedah);
- Tarikh Aceh dan Nusantara oleh H.M. Zainuddin;
Artikel lain tentang sejarah Aceh:
- PEREMPUAN ACEH FULL POWER 4 AGUSTUS 2008;
- MENYUSURI JEJAK DARA PORTUGIS DI ACEH 6 DESEMBER 2008;
- TEUKU UMAR PAHLAWAN 11 FEBRUARI 2011;
- FILOSOFI GOB 10 OKTOBER 2011;
- KEBENARAN YANG SAMAR 28 FEBRUARI 2013;
- GAM CANTOI TIADA 30 MARET 2013;
- PERANG CUMBOK SEBUAH REVOLUSI SOSIAL DI ACEH (1946-1947) 18 JUNI 2013;
- TSUNAMI 26 DESEMBER 2015;
- PERADABAN TANPA TULISAN 25 FEBRUARI 2016;
- SURAT TENGKU CHIK DI TIRO KEPADA RESIDEN VAN LANGEN AGAR TERCAPAI PERDAMAIAN DALAM PERANG ACEH MAKA BELANDA HARUS MEMELUK AGAMA ISLAM DI TAHUN 1885 4 NOVEMBER 2016;
- PARA PENYEBAR KEBOHONGAN 13 NOVEMBER 2016;
- MENGUNJUNGI RUMAH PAHLAWAN NASIONAL CUT MEUTIA 17 APRIL 2017;
- SAMUDERA PASAI SEBAGAI TITIK TOLAK ISLAM DI ASIA TENGGARA, SEBUAH UPAYA MELAWAN PSEUDO SEJARAH 24 APRIL 2017;
- EMAS, KAFIR DAN MAUT 20 APRIL 2017;
- MENGENAL LEBIH DEKAT POCUT BAREN 5 MEI 2017;
- OPERASI PENYERGAPAN BELANDA TERHADAP CUT MEUTIA 7 MEI 2017;
- MENGUNJUNGI PAMERAN BATU NISAN ACEH SEBAGAI WARISAN BUDAYA ISLAM DI ASIA TENGGARA 15 MEI 2017;
- KESULTANAN ACEH NEGARA BERDAULAT PERTAMA YANG MENGAKUI KEMERDEKAAN REPUBLIK BELANDA DARI KERAJAAN SPANYOL DI TAHUN 1602 18 MEI 2017;
- SYARIAT ISLAM SIAPA TAKUT 6 JUNI 2017;
- SENJA DI MALAKA 14 JUNI 2017;
- KRITIK KEPADA SULTAN ISKANDAR MUDA 4 JULI 2017;
- TEUKU NYAK MAKAM, PAHLAWAN ACEH TANPA KEPALA 30 JULI 2017;
- ASAL MUASAL BUDAYA KOPI DI ACEH 1 AGUSTUS 2017;
- MUSIBAH TENGGELAMNYA KMP GURITA 6 AGUSTUS 2017;
- PERANG ACEH, KISAH KEGAGALAN SNOUCK HURGRONJE 7 AGUSTUS 2017;
- ACEH DI MATA KOLONIALIS 8 AGUSTUS 2017;
- MELUKIS SEJARAH 10 AGUSTUS 2017;
- NASIHAT-NASIHAT C. SNOUCK HURGRONJE SEMASA KEPEGAWAIANNYA KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA 1889-1936 14 AGUSTUS 2017;
- ACEH SEPANJANG ABAD 16 AGUSTUS 2017;
- PERANG DI JALAN ALLAH 30 AGUSTUS 2017;
- ACEH DAERAH MODAL 7 SEPTEMBER 2017;
- 59 TAHUN ACEH MERDEKA DI BAWAH PEMERINTAHAN RATU 12 SEPTEMBER 2017;
- KERAJAAN ACEH PADA JAMAN SULTAN ISKANDAR MUDA (1609-1636) 13 SEPTEMBER 2017;
- PERISTIWA KEMERDEKAAN DI ACEH 14 SEPTEMBER 2017;
- PASAI DALAM PERJALANAN SEJARAH 17 SEPTEMBER 2017;
- MATA UANG EMAS KERAJAAN-KERAJAAN DI ACEH 19 SEPTEMBER 2017;
- ACEH MENDAKWA 21 SEPTEMBER 2017;
- MISI MENCARI MAKAM PARA SULTANAH ACEH 6 OKTOBER 2017;
- BERZIARAH KE MAKAM SULTANAH MALIKAH NAHRASYIYAH 8 OKTOBER 2017;
- EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM APAKAH BAGUS UNTUK ACEH 15 OKTOBER 2017;
- AROMA MEMIKAT DARI DAPUR ACEH 16 OKTOBER 2017;
- TARIKH ACEH DAN NUSANTARA 29 OKTOBER 2017;
- PEKUBURAN SERDADU BELANDA PEUCUT KHERKHOF DI BANDA ACEH SEBAGAI SAKSI KEDAHSYATAN PERANG ACEH 11 NOVEMBER 2017;
- PEMBERONTAKAN KAUM REPUBLIK KASUS DARUL ISLAM ACEH 17 NOVEMBER 2017;
- TUANKU HASYIM WALI NANGGROE YANG DILUPAKAN SEJARAH 19 NOVEMBER 2017;
- KOPRS MARSOSE SERDADU PRIBUMI PELAYAN RATU BELANDA 8 DESEMBER 2017;
- HIKAYAT-HIKAYAT DARI NEGERI ACEH 16 DESEMBER 2017;
- LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH; 12 JANUARI 2018;
- SECANGKIR KOPI DARI ACEH; 22 JANUARI 2018;
- ACEH PUNGO (ACEH GILA); 8 FEBRUARI 2018;
- SIAPAKAH ORANG ACEH SEBENARNYA; 6 APRIL 2018;
- ORANG ACEH DALAM SEJARAH SUMATERA; 15 APRIL 2018;
- KETIKA IBNU BATTUTA MELAWAT SAMUDERA PASAI; 16 APRIL 2018;
- KISAH HIDUP LAKSAMANA MALAHAYATI; 18 APRIL 2018;
- PERANAN LEMBAGA TUHA PEUET DALAM MASYARAKAT ACEH PADA MASA LAMPAU; 5 MEI 2018;
- MENYINGKAP MAKNA SYAIR KUTINDHIENG SELAKU MANTRA SIHIR ACEH KUNO; 15 MEI 2018;
- SEJARAH KERAJAAN LAMURI; 24 JUNI 2018;
- KEBIJAKAN POLITIK ISLAM OLEH SNOUCK HURGRONJE SEBAGAI SARAN KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA UNTUK MENGHANCURKAN KEKUATAN ISLAM DI INDONESIA; 25 JUNI 2018;
- MASA DEPAN POLITIK DUNIA MELAYU; 28 JULI 2018;
Pingback: MANTE THE LOST PYGMY TRIBE | Tengkuputeh
Pingback: TEUKU NYAK MAKAM, PAHLAWAN ACEH TANPA KEPALA | Tengkuputeh
Pingback: MENYELUSURI JEJAK DARA PORTUGIS DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: TEUKU UMAR PAHLAWAN | Tengkuputeh
Pingback: FILOSOFI GOB | Tengkuputeh
Pingback: KEBENARAN YANG SAMAR | Tengkuputeh
Pingback: ASAL MUASAL BUDAYA KOPI DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: MENGUNJUNGI PAMERAN BATU NISAN ACEH SEBAGAI WARISAN BUDAYA ISLAM DI ASIA TENGGARA | Tengkuputeh
Pingback: SENJA DI MALAKA | Tengkuputeh
Pingback: KRITIK KEPADA SULTAN ISKANDAR MUDA | Tengkuputeh
Pingback: OPERASI PENYERGAPAN BELANDA TERHADAP CUT MEUTIA | Tengkuputeh
Pingback: PARA PENYEBAR KEBOHONGAN | Tengkuputeh
Pingback: MENGUNJUNGI RUMAH PAHLAWAN NASIONAL CUT MEUTIA | Tengkuputeh
Pingback: SAMUDERA PASAI SEBAGAI TITIK TOLAK ISLAM DI ASIA TENGGARA, SEBUAH UPAYA MELAWAN PSEUDO SEJARAH | Tengkuputeh
Pingback: MUSIBAH TENGGELAMNYA KMP GURITA (1996) | Tengkuputeh
Pingback: PERANG CUMBOK SEBUAH REVOLUSI SOSIAL DI ACEH (1946-1947) | Tengkuputeh
Pingback: PEREMPUAN ACEH FULL POWER | Tengkuputeh
Pingback: TSUNAMI | Tengkuputeh
Pingback: PERADABAN TANPA TULISAN | Tengkuputeh
Pingback: ACEH DI MATA KOLONIALIS | Tengkuputeh
Pingback: PERANG ACEH KISAH KEGAGALAN SNOUCK HURGRONJE | Tengkuputeh
Pingback: NASIHAT-NASIHAT C. SNOUCK HURGRONJE | Tengkuputeh
Pingback: MELUKIS SEJARAH | Tengkuputeh
Pingback: ACEH SEPANJANG ABAD | Tengkuputeh
Pingback: SURAT TENGKU CHIK DI TIRO KEPADA RESIDEN VAN LANGEN AGAR TERCAPAI PERDAMAIAN DALAM PERANG ACEH MAKA BELANDA HARUS MEMELUK AGAMA ISLAM DI TAHUN 1885 | Tengkuputeh
Pingback: PERANG DI JALAN ALLAH | Tengkuputeh
Pingback: ACEH DAERAH MODAL | Tengkuputeh
Pingback: GAM CANTOI TIADA | Tengkuputeh
Pingback: EMAS, KAFIR DAN MAUT | Tengkuputeh
Pingback: MENGENAL LEBIH DEKAT POCUT BAREN | Tengkuputeh
Pingback: SYARIAT ISLAM SIAPA TAKUT | Tengkuputeh
Pingback: 59 TAHUN ACEH MERDEKA Dl BAWAH PEMERINTAHAN RATU | Tengkuputeh
Pingback: KERAJAAN ACEH JAMAN SULTAN ISKANDAR MUDA (1607-1636) | Tengkuputeh
Pingback: PERISTIWA KEMERDEKAAN DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: PASAI DALAM PERJALANAN SEJARAH | Tengkuputeh
Pingback: MATA UANG EMAS KERAJAAN-KERAJAAN DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: KESULTANAN ACEH NEGARA BERDAULAT PERTAMA YANG MENGAKUI KEMERDEKAAN REPUBLIK BELANDA DARI KERAJAAN SPANYOL DI TAHUN 1602 | Tengkuputeh
Pingback: ATJEH MENDAKWA | Tengkuputeh
Pingback: MISI MENCARI MAKAM PARA SULTANAH ACEH | Tengkuputeh
Pingback: BERZIARAH KE MAKAM SULTANAH MALIKAH NAHRASYIYAH | Tengkuputeh
Pingback: EKSPLORASI SUMBER DAYA ALAM APAKAH BAGUS UNTUK ACEH | Tengkuputeh
Pingback: EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM APAKAH BAGUS UNTUK ACEH | Tengkuputeh
Pingback: AROMA MEMIKAT DARI DAPUR ACEH | Tengkuputeh
Pingback: TARIKH ACEH DAN NUSANTARA | Tengkuputeh
Pingback: PEKUBURAN SERDADU BELANDA PEUCUT KHERKHOF DI BANDA ACEH SEBAGAI SAKSI KEDAHSYATAN PERANG ACEH | Tengkuputeh
Pingback: PEMBERONTAKAN KAUM REPUBLIK KASUS DARUL ISLAM ACEH | Tengkuputeh
Pingback: TUANKU HASYIM WALI NANGGROE YANG DILUPAKAN SEJARAH | Tengkuputeh
Pingback: KORPS MARSOSE, PASUKAN PRIBUMI PELAYAN RATU BELANDA | Tengkuputeh
Pingback: KORPS MARSOSE, SERDADU PRIBUMI PELAYAN RATU BELANDA | Tengkuputeh
Pingback: HIKAYAT-HIKAYAT DARI NEGERI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH | Tengkuputeh
Pingback: SECANGKIR KOPI DARI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: ACEH PUNGO (ACEH GILA) | Tengkuputeh
Pingback: PEREMPUAN ACEH FULL POWER - TengkuputehTengkuputeh
Pingback: MELUKIS SEJARAH - TengkuputehTengkuputeh
Pingback: SENJA DI MALAKA | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: ACEH DAERAH MODAL | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: GAM CANTOI TIADA | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: MEMOAR PANGLIMA POLEM CATATAN SEORANG PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN INDONESIA | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: CATATAN SEJARAH RANTAI BABI ATAU RANTE BUI DALAM TULISAN YANG DISUSUN KOLONIAL BELANDA | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: RINCIAN ISI KANUN MEUKUTA ALAM PERATURAN UNDANG-UNDANG KESULTANAN ACEH DARUSSALAM YANG DISUSUN PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN ISKANDAR MUDA | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: PERISTIWA KEMERDEKAAN DI ACEH | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: MATA UANG EMAS KERAJAAN-KERAJAAN DI ACEH | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: HIKAYAT-HIKAYAT DARI NEGERI ACEH | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: REVOLUSI DESEMBER 45 DI ACEH ATAU PEMBASMIAN PENGKHIANAT TANAH AIR | Tengkuputeh
Pingback: PENEMUAN ARCA KEPALA ALALOKITESWARA SEBAGAI JEJAK KEBERADAAN PERADABAN AGAMA BUDHA DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: CATATAN SEJARAH RANTAI BABI ATAU RANTE BUI DALAM TULISAN YANG DISUSUN KOLONIAL BELANDA | Tengkuputeh
Pingback: PASUKAN MERIAM NUKUM SANANY SEBUAH PASAK DARI RUMAH GADANG INDONESIA MERDEKA | Tengkuputeh
Pingback: LEBURNJA KERATON ATJEH | Tengkuputeh
Pingback: KISAH HIDUP LAKSAMANA MALAHAYATI | Tengkuputeh
Pingback: HADIH MAJA PENGAJARAN SERTA HIBURAN WARISAN LELUHUR | Tengkuputeh
MasyaAllah… Sebagai putroe ceh… Saya selalu merinding ketika membaca sejarah nenek moyang saya
Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga menginspirasi. Tujuan dibuat artikel ini adalah memang agar kita tak melupakan sejarah nenek moyang kita. 🙂
Assalamu’alaikum.
Terima Kasih untuk khazanah pengetahuan yg berharga ini bagi kami generasi muda Aceh. Mohon izin saya copy dokumennya sebagai bacaan untuk memperdalam pengetahuan sejarah Aceh. Tentu saja karya penelitian-penelitian terbaru terkait Sejarah Aceh akan muncul seiring dinamika.
Salam
Pingback: PERANAN LEMBAGA TUHA PEUT DALAM MASYARAKAT ACEH PADA MASA LAMPAU | Tengkuputeh
Pingback: MASA DEPAN POLITIK DUNIA MELAYU | Tengkuputeh
Pingback: HAME ATAU PANTANGAN ORANG ACEH DARI MASA LAMPAU | Tengkuputeh
Pingback: SEJARAH PARTAI KOMUNIS INDONESIA DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: KEBIJAKAN POLITIK ISLAM OLEH SNOUCK HURGRONJE SEBAGAI SARAN KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA UNTUK MENGHANCURKAN KEKUATAN ISLAM DI INDONESIA | Tengkuputeh
Pingback: SEJARAH KERAJAAN LAMURI | Tengkuputeh
Pingback: MENYINGKAP MAKNA SYAIR KUTINDHIENG SELAKU MANTRA SIHIR ACEH KUNO | Tengkuputeh
Pingback: MEMBELI KEBIJAKSANAAN | Tengkuputeh
Pingback: SAMUDERA PASAI SEBAGAI TITIK TOLAK ISLAM DI ASIA TENGGARA, SEBUAH UPAYA MELAWAN PSEUDO SEJARAH | Tengkuputeh
Pingback: BERZIARAH KE MAKAM SULTANAH MALIKAH NAHRASYIYAH | Tengkuputeh
Pingback: PEMBERONTAKAN KAUM REPUBLIK KASUS DARUL ISLAM ACEH | Tengkuputeh
Pingback: PERANG CUMBOK SEBUAH REVOLUSI SOSIAL DI ACEH (1946-1947) | Tengkuputeh
Pingback: RINCIAN ISI KANUN MEUKUTA ALAM PERATURAN UNDANG-UNDANG KESULTANAN ACEH DARUSSALAM YANG DISUSUN PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN ISKANDAR MUDA | Tengkuputeh
Pingback: SINGA ATJEH BIOGRAPHI SERI SULTAN ISKANDAR MUDA | Tengkuputeh
Pingback: APA SEBAB RAKYAT ACEH SANGGUP BERPERANG PULUHAN TAHUN MELAWAN AGRESSI BELANDA | Tengkuputeh
Pingback: MEMOAR PANGLIMA POLEM CATATAN SEORANG PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN INDONESIA | Tengkuputeh
Pingback: PERBANDINGAN PENGUCAPAN BAHASA ACEH DENGAN BAHASA INDONESIA | Tengkuputeh
Pingback: BERBAGAI BAHASA DAERAH DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: LOKASI ISTANA KERAJAAN ACEH DULU DAN SEKARANG | Tengkuputeh
Pingback: MEREKONSTRUKSIKAN KEMBALI LETAK ISTANA DARUDDONYA | Tengkuputeh
Pingback: LEGENDA DAN MITOS ASAL USUL PENAMAAN PULAU SABANG, GUNUNG SEULAWAH, PANTAI ALUE NAGA DAN KAWASAN ULEE LHEU | Tengkuputeh
Pingback: LEGENDA ASAL MULA GUNUNG GEURUTEE | Tengkuputeh
Pingback: KETIKA ACEH MENGAKUI KEMERDEKAAN BELANDA | Tengkuputeh
Pingback: KANUN MEUKUTA ALAM | Tengkuputeh
Pingback: KEBIJAKAN POLITIK ISLAM OLEH SNOUCK HURGRONJE | Tengkuputeh
Pingback: ARCA ALALOKITESWARA JEJAK BUDHA DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: LEGENDA GAJAH PUTIH BENER MERIAH | Tengkuputeh
Pingback: TEUKU NYAK ARIEF RENCONG ACEH DI VOLKSRAAD | Tengkuputeh
Pingback: PERANAN TUHA PEUT DALAM MASYARAKAT ACEH | Tengkuputeh
Pingback: KERAJAAN TEUNOM SUATU MASA | Tengkuputeh
Pingback: EKSPEDISI BELANDA KE GAYO 1904 | Tengkuputeh
Pingback: ORANG ACEH DALAM SEJARAH SUMATERA | Tengkuputeh
Pingback: PUTROE PHANG PUTRI PAHANG | Tengkuputeh
Pingback: TUANKU HASYIM WALI NANGGROE YANG DILUPAKAN SEJARAH | Tengkuputeh
Pingback: EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM APAKAH BAGUS UNTUK ACEH | Tengkuputeh
Pingback: TUHA PEUT DALAM MASYARAKAT ACEH | Tengkuputeh
Pingback: SULTANAH MALIKAH NAHRASYIYAH | Tengkuputeh
Pingback: SEJARAH KERAJAAN PEDIR (POLI) ATAU NEGERI PIDIE | Tengkuputeh
Pingback: SAMUDERA PASAI SEBAGAI TITIK TOLAK ISLAM DI ASIA TENGGARA | Tengkuputeh
Pingback: PERANG ACEH KISAH KEGAGALAN SNOUCK HURGRONJE | Tengkuputeh
Pingback: PERBANDINGAN PENGUCAPAN BAHASA ACEH DENGAN BAHASA INDONESIA | Tengkuputeh
Pingback: MENGUNJUNGI RUMAH PAHLAWAN NASIONAL CUT MEUTIA | Tengkuputeh
Pingback: DIMANA LETAK ISTANA KERAJAAN ACEH DARUD DONYA | Tengkuputeh
Pingback: KORPS MARSOSE SERDADU PRIBUMI PELAYAN RATU BELANDA | Tengkuputeh
Pingback: KETIKA IBNU BATTUTA MELAWAT SAMUDERA PASAI | Tengkuputeh
Pingback: EDISI KHUSUS SERI PAHLAWAN NASIONAL PRANGKO 100 TAHUN CUT NYAK DHIEN | Tengkuputeh
Pingback: ARCA AWALOKITESWARA JEJAK BUDHA DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: BACALAH INI DISAAT ENGKAU MERASA KALAH | Tengkuputeh
Pingback: RAJA DEKAT TUHAN JAUH | Tengkuputeh