LEGENDA DAN MITOS ASAL USUL PENAMAAN PULAU SABANG, GUNUNG SEULAWAH, PANTAI ALUE NAGA DAN KAWASAN ULEE LHEU

Kawasan pantai Alue Naga

Kawasan pantai Alue Naga

LEGENDA DAN MITOS ASAL USUL PENAMAAN PULAU SABANG, GUNUNG SEULAWAH, PANTAI ALUE NAGA DAN KAWASAN ULEE LHEU

Kota Banda Aceh dan sekitarnya ada beberapa tempat memiliki nama unik seperti kota Sabang, gunung Seulawah, kawasan Alue Naga dan pelabuhan Ulee Lheu. Segala sesuatu pasti memiliki asal mula dari sesuatu yang lebih tua ataupun kuno.

Sebelum tulisan ada masyarakat mengingat melalui cerita yang diturunkan dari generasi ke generasi. Seiring dengan banyaknya generasi yang dilalui oleh cerita tersebut maka berkembanglah cerita tersebut sehingga menjadi legenda dan mitos. Ketika manusia akhirnya menemukan tulisan, tradisi oral tetap hidup selama berabad-abad kemudian.

Dahulu kala pulau Sumatera dikenal dengan nama Andalas namun sebelum itu juga memiliki nama yang lebih kuno yaitu pulau Perca. Di ujung paling utara pulau Perca tersebut terdapat sebuah kerajaan bernama kerajaan Alam, rajanya disebut dengan Mahkota Alam (Meukuta Alam) sedang ibu kotanya bernama Kota Alam (Kuta Alam). Ratusan atau ribuan tahun yang lalu bentang geografis belum seperti sekarang namun diperkirakan kerajaan Alam terletak diwilayah Banda Aceh dan Aceh Besar sekarang. Karena berada di ujung selat yang ramai maka kerajaan ini memperoleh kemakmuran dari perdagangan selain juga ditopang dengan pertanian.

Di sebelah timur kerajaan Alam dipisahkan oleh sebuah sungai terdapat sebuah kerajaan lain yang bernama kerajaan Pedir yang merupakan saingan kerajaan Alam diperkirakan letak kerajaan ini berada di kabupaten  Pidie sekarang. Persaingan dagang diantara kerajaan Alam dengan kerajaan Pedir membuat hubungan antara keduanya memanas terutama antara kapal-kapal perang mereka di laut maupun sungai yang memisahkan antara kedua kerajaan tersebut. Armada kapal kedua kerajaan ini seimbang, sama kuat.

Akan tetapi di daratan pasukan Alam lebih unggul dengan beberapa kali menyintas perbatasan kerajaan Pedir untuk melakukan gangguan. Pasukan kerajaan Pedir sendiri tidak bisa memasuki wilayah kerajaan Alam karena disisi sungai yang memisahkan kedua kerajaan tersebut hidup seorang naga sakti yang bernama Sabang. Naga tersebut juga merupakan sahabat dari Meukuta Alam, sehingga apabila ada pasukan Pedir yang mencoba melintasi sungai tersebut akan dihalau olehnya.

Raja Pedir merasa sangat kesal dengan keadaan tersebut sehingga memanggil penasehatnya. “Tuha apakah di negeri kita tidak ada jawara yang mampu mengalahkan naga Sabang?”

Penasehat raja Pedir terdiam. “Paduka yang mulia, naga Sabang adalah penjaga sungai besar yang memisahkan antara kerajaan kita. Kalau dia mati maka sungai menyatu yang mengakibatkan gelombang besar di selat, ada kemungkinan akan muncul ie beuna (tsunami). Naga itu adalah penjaga kesimbangan alam tuanku, sebaiknya tidak diganggu.”

“Aku tidak peduli, aku ingin menyerang kerajaan Alam!”

“Daulat tuanku, Kerajaan kita memiliki dua orang jagoan yang mampu menghadapi naga Sabang. Mereka adalah dua raksasa sangat sakti yang bernama Seulawah Agam (laki-laki) dan Seulawah Inong (perempuan).” Kata sang penasehat.

“Panggil mereka dan terbitkan SK supaya mereka mau bertempur demi bangsa dan tanah air!” Perintah raja Pedir. Tak lama kemudian urusan segera dibuat, kedua jagoan negeri Pedir itu pun menyatakan kesanggupannya menghadapi naga Sabang. Surat tantangan pun dikirimkan.

Mendapati surat tantangan tersebut naga Sabang merasa sedih. Kedua jagoan itu sangat sakti, Seulawah Inong merupakan raksasa perempuan yang sangat kuat dan memiliki tubuh lebih besar daripada pasangannya. Akan tetapi Seulawah Agam tak kalah sakti karena memiliki pedang geulanteu (petir). Ia menjumpai sahabatnya raja Alam dan berkata. “Mereka sangat kuat, aku khawatir akan kalah. Jika aku terbunuh maka sungai akan menyatu, bumi akan berguncang keras dan air laut akan surut, maka serulah rakyatmu berlari ke tempat yang tinggi karena akan datang ie beuna (tsunami), itu adalah gelombang sangat besar yang akan menyapu daratan.” Pesan sang naga.

Pada saat yang ditentukan, terjadilah pertarungan di perbatasan antara kerajaan Alam dan Kerajaan Pedir disaksikan oleh rakyat kedua kerajaan tersebut. Pertarungan 2 lawan 1 itu berjalan seimbang, naga Sabang beberapa kali menyakiti lawan-lawannya sedang ia juga terluka juga. Sampai pada satu kesempatan Seulawah Agam berhasil menebas pedangnya ke leher naga.

Kemudian Seulawah Inong mengangkat tubuh naga dan melemparkan tubuh naga itu sejauh-jauhnya ke arah utara melewati wilayah kerajaan Alam sampai ke tengah laut. Sejenak semua orang terdiam, kemudian raja Alam berteriak melambaikan tangan ke tubuh naga yang terbang melewati mereka. “Sabaaaaaang! Sabaaaang!” Kelak tubuh Sabang menjadi Pulau Weh atau dikenal juga dengan nama Pulau Sabang, titik nol Republik Indonesia pada bagian barat.

Foto Sabang terlihat dari udara. Guratan-guratan di punggungnya menyerupai tubuh sang Naga.

Foto Sabang terlihat dari udara. Guratan-guratan di punggungnya menyerupai tubuh sang Naga.

Kemudian Seulawah Agam melemparkan kepala naga Sabang kearah utara. Karena Seulawah Agam memiliki tubuh lebih kecil dibandingkan Seulawah Inong maka lemparannya tidak terlalu jauh dan jatuh di darat kerajaan Alam namun terus berguling membentuk sebuah alur dan berhenti di tepi pantai Utara kerajaan Alam. Lokasi alur bergulingnya kepala naga Sabang menjadi sungai yang pada muaranya itu kelak dikenal dengan nama Alue Naga (Alur naga). Kepala naga mencapai bibir pantai dan terbawa arus dan gelombang ke arah barat sampai akhirnya tersangkut pada wilayah daratan beberapa kilometer dari Alue Naga.

Pelabuhan Ulee Lheu yang menjadi tempat berlabuh kapal-kapal dari Sabang ke Banda Aceh tampak dari udara

Pelabuhan Ulee Lheu yang menjadi tempat berlabuh kapal-kapal dari Sabang ke Banda Aceh tampak dari udara

Raja Alam menangis dan memanggil-manggil sahabatnya. Maka berkatalah raja Pedir. “Wahai Meukuta Alam tidak usah kau panggil-panggil lagi naga itu! Dia sudah mati, kepalanya sudah terlepas!” Lokasi kepala naga tersebut kelak akan dinamai Ulee Lheut (Kepala terputus/copot). Dalam perjalanan waktu berubah menjadi Ulee Lheu, pada masa penjajahan Belanda karena mereka kesulitan menyebutkan kata (lidah bangsa Eropa) tersebut sehingga disebut dan ditulis menjadi Ulele dalam dokumen-dokumen kolonial.

Tak lama kemudian daratan antara kerajaan Alam dan kerajaan Pedir bergerak saling mendekat dan berbenturan sehingga terjadi gempa yang sangat keras, tanah bergoyang kesana kemari, tak ada yang mampu berdiri. Kedua raksasa Seulawah Agam dan Seulawah Inong pun terjatuh. Setelah gempa berhenti, air laut surut jauh sekali sehingga ikan-ikan bergelaparan di pantai. Rakyat kerajaan Pedir dan kerajaan Alam segera memungut ikan-ikan tersebut. Raja Alam teringat pesan sahabatnya mencoba memperingatkan orang-orang agar mencari dataran tinggi.

Gunung Seulawah Agam dan Seulawah Inong terlihat berdampingan tampak dari sisi Aceh Besar.

Gunung Seulawah Agam dan Seulawah Inong terlihat berdampingan tampak dari sisi Aceh Besar.

Tak lama kemudian datanglah gelombang yang sangat besar menyapu utara dari pulau Perca. Kedua raksasa sakti adalah yang pertama dihempas oleh gelombang besar tersebut, akibat hantaman tersebut ditambah luka-luka setelah pertarungan dengan naga Sabang, keduanya mati. Rumah-rumah hancur, hewan ternak mati bergelimpangan, sawah-sawah musnah dan kota hancur berantakan. Rakyat kedua kerajaan akhirnya berlari ke atas tubuh dua raksasa tersebut yang telah tewas untuk menyelamatkan diri. Tubuh kedua raksasa tersebut kelak menjadi gunung Seulawah Inong dan Seulawah Agam yang menjadi perbatasan alami antara kerajaan Alam dengan kerajaan Pedir. Di masa sekarang gunung-gunung tersebut menjadi perbatasan antara kabupaten Aceh Besar dan Pidie.

Akibat bencana besar yang terjadi pada kedua kerajaan tersebut, akhirnya kedua belah pihak menjadi sadar tidak ada gunanya berperang. Mungkin dalam kesengsaraan manusia bisa melihat segala sesuatu lebih jernih. Sejak hari itu terciptalah kedamaian antara kedua kerajaan tersebut, untuk melanggengkan keadaan tersebut diadakan perkawinan antara anggota kerajaan tersebut.  Kejadian tersebut meninggalkan bekas-bekasnya baik berupa laku, sikap sampai tempat-tempat yang masih dinamakan atas kejadian tersebut antara lain:

  1. Naga Sabang menjadi nama sebuah pulau/kota;
  2. Alue Naga (Alur Naga) adalah muara sungai dinama kepala Sabang berguling;
  3. Ulee Lheu (Kepala jatuh/copot) adalah lokasi dimana kepala naga Sabang berhenti;
  4. Seulawah Agam dan Seulawah Inong menjadi nama dua gunung utama di provinsi Aceh.

Nama-nama diatas ternyata memiliki riwayat yang panjang. Hikayat atau mitos ini kemudian menjadi warisan kebudayaan.  Hal ini berlangsung sampai kerajaan Aceh kelak berdiri dan sampai masa sekarang kerap terjadi pernikahan antara orang-orang di kabupaten Aceh Besar dengan kabupaten Pidie. Jika ada saling sindir atau senda antara orang-orang di kedua kabupaten tersebut sebenarnya adalah warisan ribuan tahun dari masa kerajaan Alam dengan kerajaan Pedir.

Apa yang kita lihat dimasa kini sebenarnya tertambat dengan masa lalu, itu sebabnya sebuah wiracarita tentang kegagahberanian masa lalu disusun dalam bentuk legenda. Ia berlebihan, agaknya ia punya hak untuk berlebihan. Apalagi pada hari-hari ini, hidup rutin sekarang ini tak bisa menampilkan hal-hal yang menakjubkan lagi.

*DISCLAIMER Legenda atau pun mitos ini diterima oleh penulis secara lisan dan dituliskan kembali. Apabila di masyarakat terdapat perbedaan tentang detil ceritanya penulis menyatakan bisa jadi apa yang anda dengar lebih benar dari cerita ini, begitupun sebaliknya.

Artikel-artikel tentang Aceh:

  1. KRITIK KEPADA SULTAN ISKANDAR MUDA 4 JULI 2017;
  2. HIKAYAT SUKU MANTE 5 JULI 2017;
  3. TEUKU NYAK MAKAM, PAHLAWAN ACEH TANPA KEPALA 30 JULI 2017;
  4. ASAL MUASAL BUDAYA KOPI DI ACEH 1 AGUSTUS 2017;
  5. MUSIBAH TENGGELAMNYA KMP GURITA 6 AGUSTUS 2017;
  6. PERANG ACEH, KISAH KEGAGALAN SNOUCK HURGRONJE 7 AGUSTUS 2017;
  7. ACEH DI MATA KOLONIALIS 8 AGUSTUS 2017;
  8. MELUKIS SEJARAH 10 AGUSTUS 2017;
  9. NASIHAT-NASIHAT C. SNOUCK HURGRONJE SEMASA KEPEGAWAIANNYA KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA 1889-1936 14 AGUSTUS 2017;
  10. ACEH SEPANJANG ABAD 16 AGUSTUS 2017;
  11. PERANG DI JALAN ALLAH 30 AGUSTUS 2017;
  12. ACEH DAERAH MODAL 7 SEPTEMBER 2017;
  13. 59 TAHUN ACEH MERDEKA DI BAWAH PEMERINTAHAN RATU 12 SEPTEMBER 2017;
  14. KERAJAAN ACEH PADA JAMAN SULTAN ISKANDAR MUDA (1609-1636) 13 SEPTEMBER 2017;
  15. PERISTIWA KEMERDEKAAN DI ACEH 14 SEPTEMBER 2017;
  16. PASAI DALAM PERJALANAN SEJARAH 17 SEPTEMBER 2017;
  17. MATA UANG EMAS KERAJAAN-KERAJAAN DI ACEH 19 SEPTEMBER 2017;
  18. ATJEH MENDAKWA,SEBUAH BUKU YANG MENJADI SAKSI SEPAK TERJANG PARTAI KOMUNIS INDONESIA DI ACEH 21 SEPTEMBER 2017;
  19. SEJARAH PARTAI KOMUNIS INDONESIA DI ACEH 21 SEPTEMBER 2017;
  20. MISI MENCARI MAKAM PARA SULTANAH ACEH 6 OKTOBER 2017;
  21. BERZIARAH KE MAKAM SULTANAH MALIKAH NAHRASYIYAH 8 OKTOBER 2017;
  22. EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM APAKAH BAGUS UNTUK ACEH 15 OKTOBER 2017;
  23. AROMA MEMIKAT DARI DAPUR ACEH 16 OKTOBER 2017;
  24. TARIKH ACEH DAN NUSANTARA 29 OKTOBER 2017;
  25. PEKUBURAN SERDADU BELANDA PEUCUT KHERKHOF DI BANDA ACEH SEBAGAI SAKSI KEDAHSYATAN PERANG ACEH 11 NOVEMBER 2017;
  26. PEMBERONTAKAN KAUM REPUBLIK KASUS DARUL ISLAM ACEH 17 NOVEMBER 2017;
  27. TUANKU HASYIM WALI NANGGROE YANG DILUPAKAN SEJARAH 19 NOVEMBER 2017;
  28. KOPRS MARSOSE SERDADU PRIBUMI PELAYAN RATU BELANDA 8 DESEMBER 2017;
  29. HIKAYAT-HIKAYAT DARI NEGERI ACEH 16 DESEMBER 2017;
  30. LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH; 12 JANUARI 2018;
  31. SECANGKIR KOPI DARI ACEH; 22 JANUARI 2018;
  32. ACEH PUNGO (ACEH GILA); 8 FEBRUARI 2018;
  33. SIAPAKAH ORANG ACEH SEBENARNYA; 6 APRIL 2018;
  34. ORANG ACEH DALAM SEJARAH SUMATERA; 15 APRIL 2018;
  35. KETIKA IBNU BATTUTA MELAWAT SAMUDERA PASAI; 16 APRIL 2018;
  36. KISAH HIDUP LAKSAMANA MALAHAYATI; 18 APRIL 2018;
  37. PERANAN LEMBAGA TUHA PEUET DALAM MASYARAKAT ACEH PADA MASA LAMPAU; 5 MEI 2018;
  38. MENYINGKAP MAKNA SYAIR KUTINDHIENG SELAKU MANTRA SIHIR ACEH KUNO; 15 MEI 2018;
  39. SEJARAH KERAJAAN LAMURI; 24 JUNI 2018;
  40. KEBIJAKAN POLITIK ISLAM OLEH SNOUCK HURGRONJE SEBAGAI SARAN KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA UNTUK MENGHANCURKAN KEKUATAN ISLAM DI INDONESIA; 25 JUNI 2018;
  41. MASA DEPAN POLITIK DUNIA MELAYU; 28 JULI 2018;
  42. EDISI KHUSUS SERI PAHLAWAN NASIONAL PRANGKO 100 TAHUN CUT NYAK DHIEN; 8 AGUSTUS 2018;
  43. MEMOAR PANGLIMA POLEM SEORANG PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN; 19 SEPTEMBER 2018;
  44. PUTROE PHANG JULUKAN DARI TENGKU KAMALIAH SEORANG PUTRI KESULTANAN PAHANG; 28 SEPTEMBER 2018;
  45. TEUKU NYAK ARIEF SEORANG YANG TULEN BERANI DAN LURUS SEBAGAI RENCONG ACEH DI VOLKSRAAD; 17 OKTOBER 2018;
  46. RINCIAN ISI KANUN MEUKUTA ALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESULTANAN ACEH DARUSSALAM YANG DISUSUN PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN ISKANDAR MUDA; 26 OKTOBER 2018;
  47. CATATAN SEJARAH RANTAI BABI ATAU RANTE BUI DALAM TULISAN YANG DISUSUN KOLONIAL BELANDA; 26 OKTOBER 2018;
  48. PASUKAN MERIAM NUKUM SANANY SEBUAH PASAK DARI RUMAH GADANG INDONESIA MERDEKA; 4 NOVEMBER 2018;
  49. PENEMUAN ARCA KEPALA ALALOKITESWARA SEBAGAI JEJAK KEBERADAAN PERADABAN AGAMA BUDHA DI ACEH; 18 NOVEMBER 2018;
  50. REVOLUSI DESEMBER ’45 DI ACEH ATAU PEMBESMIAN PENKHIANAT TANAH AIR; 6 FEBRUARI 2019;
  51. LEBURNJA KERATON ATJEH; 11 MARET 2019;
  52. HADIH MAJA PENGAJARAN SERTA HIBURAN WARISAN LELUHUR; 27 MARET 2019;
  53. HAME ATAU PANTANGAN ORANG ACEH DARI MASA LAMPAU; 19 JUNI 2019;
  54. SINGA ATJEH BIOGRAPHI SERI SULTAN ISKANDAR MUDA; 6 AGUSTUS 2019;
  55. APA SEBAB RAKYAT ACEH SANGGUP BERPERANG PULUHAN TAHUN MELAWAN AGRESSI BELANDA; 17 OKTOBER 2019;
  56. PERBANDINGAN PENGUCAPAN BAHASA ACEH DENGAN BAHASA INDONESIA; 30 DESEMBER 2019;
  57. BERBAGAI BAHASA DAERAH DI ACEH; 30 JANUARI 2020;
  58. LOKASI ISTANA KERAJAAN ACEH DULU DAN SEKARANG; 27 FEBRUARI 2020;
  59. MEREKONSTRUKSIKAN KEMBALI LETAK ISTANA DARODDONYA; 3 MARET 2020;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cerita, Cuplikan Sejarah, Kisah-Kisah, Opini and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

43 Responses to LEGENDA DAN MITOS ASAL USUL PENAMAAN PULAU SABANG, GUNUNG SEULAWAH, PANTAI ALUE NAGA DAN KAWASAN ULEE LHEU

  1. Pingback: LEGENDA ASAL MULA GUNUNG GEURUTEE | Tengkuputeh

  2. Pingback: HAMZAH FANSURI PERINTIS SASTRA MELAYU | Tengkuputeh

  3. Pingback: GEREJA PERTAMA DI ACEH | Tengkuputeh

  4. Pingback: PERISTIWA TERBUNUHNYA TEUKU UMAR | Tengkuputeh

  5. Pingback: SENJA DI MALAKA | Tengkuputeh

  6. Pingback: SEBENTUK HARTA | Tengkuputeh

  7. Pingback: ELEGI PAGI HARI, SEBUAH CERPEN | Tengkuputeh

  8. Pingback: KEINDAHAN SANG REMBULAN | Tengkuputeh

  9. Pingback: TIDAK SEDANG MENCARI CINTA | Tengkuputeh

  10. Pingback: HANYALAH LELAKI BIASA | Tengkuputeh

  11. Pingback: WASIAT HANG TUAH | Tengkuputeh

  12. Pingback: SISTEM PERPAJAKAN DAN KEUANGAN KERAJAAN ACEH DARUSSALAM | Tengkuputeh

  13. Pingback: MENGECOH SANG RAJA | Tengkuputeh

  14. Pingback: SEJARAH KERAJAAN PEDIR (POLI) ATAU NEGERI PIDIE | Tengkuputeh

  15. Pingback: PERSAHABATAN KAMBING DAN SERIGALA | Tengkuputeh

  16. Pingback: SETELAH REVOLUSI SELESAI | Tengkuputeh

  17. Pingback: JARING KAMALANGA | Tengkuputeh

  18. Pingback: ODA NOBUNAGA BANGSAWAN PANDIR | Tengkuputeh

  19. Pingback: TAKTIK ISTANA KOSONG IEYASU TOKUGAWA | Tengkuputeh

  20. Pingback: SEJARAH KERAJAAN DAYA (LAMNO) | Tengkuputeh

  21. Pingback: TAK ADA APA APA | Tengkuputeh

  22. Pingback: WAWANCARA DENGAN SANG IBLIS | Tengkuputeh

  23. Pingback: KETIKA ACEH MINTA MENJADI VASAL TURKI USTMANI | Tengkuputeh

  24. Pingback: HENRICUS CHRISTIAN VERBRAAK MISIONARIS KATOLIK PERTAMA DI ACEH | Tengkuputeh

  25. Pingback: HENRICUS CHRISTIAN VERBRAAK MISIONARIS PERTAMA DI ACEH | Tengkuputeh

  26. Pingback: PESAN KEPADA PENGUASA | Tengkuputeh

  27. Pingback: BUSTANUS SALATIN PANDUAN BERKUASA PARA SULTAN ACEH | Tengkuputeh

  28. Pingback: SEJARAH PENDIRIAN PUSA (PERSATUAN ULAMA SELURUH ACEH) | Tengkuputeh

  29. Pingback: PARA ULEEBALANG RAJA KECIL DI ACEH DARI MASA KESULTANAN SAMPAI REVOLUSI SOSIAL (1512-1946) | Tengkuputeh

  30. Pingback: SELAMAT TINGGAL ANDALUSIA | Tengkuputeh

  31. Pingback: AKHIR RIWAYAT SANG DURJANA | Tengkuputeh

  32. Pingback: KENAPA SULTAN ACEH MENYERAH PADA BELANDA | Tengkuputeh

  33. Pingback: HIKAYAT MEURAH SILU | Tengkuputeh

  34. Pingback: SULTAN ALAIDDIN MAHMUDSYAH II, SULTAN ACEH MERDEKA TERAKHIR | Tengkuputeh

  35. Pingback: RAJA DEKAT TUHAN JAUH | Tengkuputeh

  36. Pingback: BERZIARAH KE MASJID ASAL PENAMPAAN DI BLANGKEJEREN GAYO LUES | Tengkuputeh

  37. Pingback: KISAH-KISAH DI BLANG | Tengkuputeh

  38. Pingback: ORIDA (OEANG REPUBLIK INDONESIA) ACEH 1947-1949 | Tengkuputeh

  39. Pingback: PERJALANAN | Tengkuputeh

  40. Pingback: RENUNGAN MAJNUN SEORANG PENARIK CUKAI | Tengkuputeh

  41. Pingback: IBLIS NAMEC VS MANUSIA SAIYA | Tengkuputeh

  42. Pingback: PROSA ALAM GAYO LUES | Tengkuputeh

  43. Pingback: ADAT PELANTIKAN PEMAHKOTAAN PENABALAN SULTAN ACEH DARUSALAM | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.