ADAT PELANTIKAN PEMAHKOTAAN PENABALAN SULTAN ACEH DARUSALAM

Alauddin Mahmudsyah II adalah merupakan Sultan Aceh terakhir yang memerintah Aceh sebelum invasi kolonial. Ia menolak pengakuan terhadap kedaulatan kerajaan Belanda atas Kesultanan Aceh setelah perjanjian Sumatra (Traktat Sumatera) antara Belanda dan Inggris. Atas penolakan tersebut, Kerajaan Belanda akhirnya menyatakan Perang terhadap Kesultanan Aceh pada tanggal 26 Maret 1873.

ADAT PELANTIKAN PEMAHKOTAAN PENABALAN SULTAN ACEH DARUSALAM

Pada masa lalu, pada saat Sultan Aceh Darussalam meninggal dunia, maka sebelum mayitnya dikebumikan pada pekuburan tertentu, kabinetnya mengadakan rapat kilat untuk menunjuk siapakah yang patut ditunjuk untuk pengganti sementara dari almarhum Sultan. Sesudah dimusyawarat dan diperiksa dengan tidak mendalam, lazimnya penunjukan jatuh pada putera tertua yang tidak cedera dan memenuhi syarat-syarat lain sekedarnya. Kabinet tersebut terdiri  dari  seorang Perdana Menteri (Wazir Utama) dan beberapa orang Menteri (Wazir) yang  disebut juga Uleebalang Poteu (Hulubalang Sultan yang tidak memiliki wilayah kekuasaan),  dengan Teuku Qadhi Malikul Adil, Teuku Keureukon Katibulmuluk Sri Indrasura  (sudah diangkat mendjadi  Uleebalang III  mukim  Keureukon  sejak  tahun   1832), Teuku Keureukon Katibulmuluk Sri Indramuda (Teuku Keureukon Lamteungoh), Teuku Panglima Dalam, Teuku Rama Setia (Panglima pasukan khusus pengawal Sultan). Penasehat-penasehat hukum dan adat seperti Teuku Panglima Meuseugit Raya, Teuku Imeum  Luengbata  dan Teku Nek  Meuraksa,   serta  Panglima   lainnya  seperti Teuku Aneuk Batee dan lain-lain.

Tindakan yang dilakukan sesuai dengan Adat Aceh. “Matee Raja, meugantoe Raja atawa Raja matee, Radja tanom.”  Artinya Ketika Raja meninggal maka Raja berganti atau Raja meninggal maka Raja dikuburkan.”

Kompleks makam Sultan Aceh, Kandang XII kondisi tahun 1875.

Setelah itu, barulah dilaksanakan/disiapkan apa-apa yang diperlukan untuk pemakaman. Peti mati yang disebut Raja Keureunda dibikin orang. Pemberitahuan mulai dilakukan oleh Teuku Rama Setia dan para pembesar negeri lainnya. Uleebalang yang berdekatan dengan pembesar lainya datang bertaziah ke istana Darud Dunya, Bandar Aceh Darussalam (Banda Aceh sekarang).  Sultan sementara bertindak dalam segala bidang mengenai pengebumian jenazah almarhum Sultan. Panglima Sagoe, Ulebalang-Uleebalang dan pembesar lain memberikan bantuan sepenuhnya sehingga penguburan itu berjalan sebagaimana wajarnya. Urusan yang menyangkut dengan penguburan, kenduri, pengajian dan sebagainya dapat dikatakan serupa dengan orang Aceh lain. Pembagian harta pusaka kepunyaan pribadinya dilakukan menurut hukum dan adat. Rumah tempat tinggal almarhum Sultan, tetap untuk tempat kediaman Sulthan yang menggantikannya.

Teuku Nek Meuraksa

Biasanya setelah 44 hari, barulah oleh Perdana Menteri mulai dilaksanakan untuk mengadakan pemilihan Sultan Aceh yang defenitif mengantikan yang telah meninggal dunia. Perdana   Menteri menetapkan kapan harus diadakan permusyawaratan di ibukota Kerajaan Aceh. Setelah diadakan persiapan, maka diundanglah antara lain:

  1. Ketiga Penglima Sagoe utama yang menguasai Aceh Besar selaku wilayah yang mengelilingi ibu kota yaitu: Panglima Sagoe XXII Mukim, Panglima Sagoe XXV Mukim dan Panglima Sagoe XXVI Mukim;
  2. Uleebalang Baet;
  3. Uleebalang Tungkop;
  4. Uleebalang IX Mukim Lhoknga, Teuku Nek Purbawangsa;
  5. Uleebalang Meuseugit Raya;
  6. Uleebalang Meuraksa, Teuku Nek Raja Muda Setia;
  7. Keujren Chik (kerajaan-kerajaan besar) di seluruh Aceh dengan didampingi oleh satu atau dua pembesarnya antara lain Raja Samalanga, Raja Pidie, Raja Meureudu, Raja Idi, Raja Trumon, Raja Karang Baru, Raja Linge dan lain-lain;
  8. Seluruh pembesar di kraton;
  9. Panglima-panglima Sultan, seperti Teuku Aneuk Batee dan lain-lain;
  10. Dan orang-orang lain yang dirasa perlu.

Manuskrip memuat susunan Pemerintahan Kerajaan Aceh pada Masa Sultan Iskandar Muda. Manuskrip ini milik University Kebangsaan Malaysia yang belum dikatalogkan.

Perdana Menteri, Menteri-Menteri, Teuku Keureukon dan Teuku Panglima bekerja keras untuk membuat penyelenggaraan, mendekati hari yang ditentukan mereka akan menginap di rumoh panyang (pesanggarahan) di sekitar asrama kraton sekarang.

Para pembesar Negeri Aceh yang berkepentingan duduk bersidang pada hari yang telah ditetapkan. Mereka bermusyawarah panjang lebar tentang pengganti Sultan yang telah dipanggil ke rahmatullah. Pengganti sementara menjadi calon pertama. Jika tidak terdapat cacat pada dirinya, maka pemeriksaan dan pertimbangan diteruskan. Calon Sultan harus mengetahui dan mengamalkan hukum Islam dan adat Istiadat Aceeh.  Ia harus pandai berbicara, bukan hanya dalam bahasa Aceh, tetapi juga dalam bahasa jawoe (Melaju) dan Arab. Umurnya telah telah dewasa dan akhlak harus baik.

Dimasa terakhirnya dari Kerajaan Aceh Darussalam, penganti Sultan sementara dari almarhum Sultan Ibrahim Mansyur Syah yang meninggal tahun 1870 bernama Tuanku Mahmud (cucu almarhum Sultan), putera dari Tuanku Sulaiman (anak dari Sultan Ibrahim Mansyur Syah) yang pernah menyingkir ke Lampageue IV Mukim Peukan Bada. Tuanku Mahmud ditunjuk karena putera mahkota yang Bernama Tuanku Zainul Abidin meninggal dunia juga pada hari ayahnya meninggal (Sultan Ibrahim Mansyur Syah) itu. Putera dari Tuanku Zainul Abidin Bernama Tuanku Muhammad Daud (kelak mengantikan Tuanku Mahmud yang meninggal akibat penyakit ketika Istana diserang Belanda di tahun 1874) masih kecil waktu itu.

Pembicaraan dan pertimbangan dilangsungkan dengan mendalam sekali tentang diri Tuanku Mahmud. Penasehat-penasehat Sultan membentangkan buah pikirannya masing-masing. Semua berupaya agar tidak terjadi perang saudara dalam suksesi kekuasaan. Akhirnya bulat mufakat Tuanku Mahmud menjadi calon tunggal Sultan Aceh Darussalam. Semua pembesar-pembesar Aceh yang memiliki wilayah kekuasaan maupun tidak, bertanggung jawab atas keputusan musyawarah besar itu.

Pelantikannya ditetapkan, pembesar-pembesar negeri kembali dahulu kenegeriannya masing-masing dan Kembali ke Banda Aceh pada waktunya. Penerangan diberilan sepenuhnya kepada rakyat sehingga mereka merasa tentram. Dalam masa itu di Banda Aceh diadakan persiapan untuk penabalan Sultan yang baru.

Pembesar-pembesar negeri kemudian kembali ke Banda Aceh untuk menghadiri upacara pengangkatan Sultan Aceh secara resmi yaitu Tuanku Mahmud bin Tuanku Sulaiman, ketika diangkat masih berusia remaja. Penganti Sultan Mansyur Syah diberi nama Sultan Mahmud Syah dan digelari “Poteu Meureuhom” yang baru. Sesudah siap pelaksanaan, maka seluruh pembesar mengambil tempat masing-masing untuk menghadiri penabalan Sultan sementara rakyat di luar tempat itu berdesak-desak. Tempat penabalan dan istana Sultan telag dihiasi seperlunya, sejurus lamanya, rakyat sunyi senyap.

Istana Kesultanan Aceh pada masa puncak kejayaan abad -XVII

Istana Kesultanan Aceh pada masa puncak kejayaan abad -XVII

Tuanku Mahmud Syah duduk berdekatan dengan panglima-panglima Sagoe, uleebalang-uleebalang terkemuka, penasehat Sultan dan pembesar lainya. Teuku Panglima Polem bangkit dari tempat duduknya, mengambil Tuaku Mahmud dan membawanya ke tempat penabalan yang disebu “bate tabaj” dan mendudukkannya, beliau diiringi oleh kedua Panglima Sagoe lainnya Teuku Qadku Malikuladil, Teuku Keureukon Katibulmuluk Sri Indramuda. Kemudian penasehat Sultan Teuku Haji Abdurrahman Lamteugoh, dan anggota kabinet yang dipimpin oleh Habib Abdurrahman al-Zahir selaku pimpinan dan menteri-menteri lainnya. Keamanan dalam majelis menjadi tanggungan kepada Teuku Panglima Dalam dan Teuku Panglima Meuseugit Raya. Perdana Menteri melakukan penabalan Tuanku Mahmud menjadi Sultan Aceh dengan bergelar Sri Sultan Alaiddin Mahmud Syah, disumpah oleh Teuku Qadli Malikul Adil, berkewajiban setia kepada kerajaan, tanah air dan agama.

Teuku Tjut Oh, Sri Imam Muda, Panglima Sagoe dari XXVI Mukim tampil kemuka dan menyerukan “Deelat”. Pembesar lainnya dengan rakyat sekalian mengikuti seruan “Deelat” itu sampai beberapa kali, setelah itu dilepaskan tembakan meriam sampai 101 kali. Sultan Alaiddin Mahmud Syah menyerahkan “djeuname Aceh” atau mahar Aceh kepada ketiga Panglima Sagoe sebanyak 32 kati emas dan 1600 Ringgit Aceh untuk dibagi-bagikan kepada rakyat.

Panglima Polem IX atau bernama lengkap Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud adalah seorang panglima Aceh. Setelah pengangkatannya sebagai Panglima dia kemudian mewarisi gelar Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Wazirul Azmi. Adalah Pahlawan Nasional Republik Indonesia.

Teuku Sri Setia Ulama, Panglima Sagoe XXV Mukim tampil juga kemuka untuk membaca doa sebagai penutup peresmian penabalan itu. Kemudia Teuku Panglima Polem selaku Panglima Sagoe XXII Mukim mengambil Sultan dan membawanya Kembali ke persemayaman semula. Tugas Panglima Polem (yang merupakan gelar turun temurun sejak zaman Sultan Iskandar Muda) dalam setiap penabalan Sultan Aceh sehingga disebut oleh orang Aceh dahulu. “Panglima Polem peu ek peutren Po teu Raja.” Artinya Panglima Polem menaikan dan menurunkan Raja.

Upacara penabalan Sultan Aceh kemudian dibubarkan dan masing-masing pembesar negeri kembali ketempatnya, untuk menjalankan tugasnya seperti biasa. Mereka mendapatkan masing-masing satu stel pakaian yang dinamai “siseuen salen” kemudian kabar tentang pengangkatan Sultan baru disiarkan dengan seluas-luasnya.

Sultan Aceh Terakhir Tuanku Alaiddin Muhammad Daudsyah (1884-1939)

Sultan Aceh Terakhir Tuanku Alaiddin Muhammad Daudsyah (1884-1939)

Pelantikan pemahkotaan dan penabalan Sultan Alaiddin Mahmud Syah II merupakan penaubatan Sultan Aceh yang terakhir dapat dilakukan secara sempurna menurut adat. Pada tahun 1873 Belanda menyerang Kesultanan Aceh, meski dapat dipukul mundur pada percobaan pertama pada agresi militer kedua pasukan Belanda dapat merebut Istana Kesultanan Aceh Darussalam dengan cara licik yaitu menyebar bibit penyakit kolera. Pada tanggal 26 Januari 1874, 2 hari setelah jatuhnya Dalam ke tangan Belanda, Sultan Mahmud Syah tiba-tiba diserang penyakit kolera yang merupakan senjata biologis yang dibawa pasukan Belanda, pada hari itu juga beliau, Sultan Alaiddin Mahmudsyah II menutup mata untuk selama-lamanya. Selanjutnya Sultan Aceh berikutnya Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah dilantik dengan upacara sederhana di Masjid Indra Puri pada tahun 1878 sehubungan dengan telah jatuhnya ibu kota ketangan Belanda. Perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda terus berjalan. Ketika peperangan total telah surut maka disambung dengan perang gerilya untuk sementara, bahkan ada masa timbul perlawanan kepada Belanda oleh hanya seorang, demikianlah terus menerus sampai Belanda angkat kaki selama-lamanya dari bumi Aceh pada tanggal 12 Maret 1942.

Referensi: Moehammad Hoesin, ADAT ACEH, Penerbit Dinas Pendidikan dan Kebudajaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh, tahun 1970, cetakan pertama.

Sangat menyedihkan jika hari ini atau kelak kemudian hari (Nauzubillahiminzhalik) didapati kenyataan orang-orang Aceh dengan lidah sendiri merendahkan adat mereka. Tulisan ini dibuat semata-mata agar kita semua tak lupa dengan masa lalu gemilang itu, sehingga tetap menyimpan api dalam dada untuk membangunnya Kembali. 

Artikel-artikel tentang Aceh:
  1. AROMA MEMIKAT DARI DAPUR ACEH16 OKTOBER 2017;
  2. TARIKH ACEH DAN NUSANTARA29 OKTOBER 2017;
  3. PEKUBURAN SERDADU BELANDA PEUCUT KHERKHOF DI BANDA ACEH SEBAGAI SAKSI KEDAHSYATAN PERANG ACEH11 NOVEMBER 2017;
  4. PEMBERONTAKAN KAUM REPUBLIK KASUS DARUL ISLAM ACEH17 NOVEMBER 2017;
  5. TUANKU HASYIM WALI NANGGROE YANG DILUPAKAN SEJARAH19 NOVEMBER 2017;
  6. KOPRS MARSOSE SERDADU PRIBUMI PELAYAN RATU BELANDA8 DESEMBER 2017;
  7. HIKAYAT-HIKAYAT DARI NEGERI ACEH16 DESEMBER 2017;
  8. LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH; 12 JANUARI 2018;
  9. SECANGKIR KOPI DARI ACEH; 22 JANUARI 2018;
  10. ACEH PUNGO (ACEH GILA); 8 FEBRUARI 2018;
  11. SIAPAKAH ORANG ACEH SEBENARNYA; 6 APRIL 2018;
  12. ORANG ACEH DALAM SEJARAH SUMATERA; 15 APRIL 2018;
  13. KETIKA IBNU BATTUTA MELAWAT SAMUDERA PASAI; 16 APRIL 2018;
  14. KISAH HIDUP LAKSAMANA MALAHAYATI; 18 APRIL 2018;
  15. PERANAN LEMBAGA TUHA PEUETDALAM MASYARAKAT ACEH PADA MASA LAMPAU; 5 MEI 2018;
  16. MENYINGKAP MAKNA SYAIR KUTINDHIENGSELAKU MANTRA SIHIR ACEH KUNO; 15 MEI 2018;
  17. SEJARAH KERAJAAN LAMURI; 24 JUNI 2018;
  18. KEBIJAKAN POLITIK ISLAM OLEH SNOUCK HURGRONJE SEBAGAI SARAN KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA UNTUK MENGHANCURKAN KEKUATAN ISLAM DI INDONESIA; 25 JUNI 2018;
  19. MASA DEPAN POLITIK DUNIA MELAYU; 28 JULI 2018;
  20. EDISI KHUSUS SERI PAHLAWAN NASIONAL PRANGKO 100 TAHUN CUT NYAK DHIEN; 8 AGUSTUS 2018;
  21. MEMOAR PANGLIMA POLEM SEORANG PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN; 19 SEPTEMBER 2018;
  22. PUTROE PHANG JULUKAN DARI TENGKU KAMALIAH SEORANG PUTRI KESULTANAN PAHANG; 28 SEPTEMBER 2018;
  23. TEUKU NYAK ARIEF SEORANG YANG TULEN BERANI DAN LURUS SEBAGAI RENCONG ACEH DI VOLKSRAAD; 17 OKTOBER 2018;
  24. RINCIAN ISI KANUN MEUKUTA ALAMPERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESULTANAN ACEH DARUSSALAM YANG DISUSUN PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN ISKANDAR MUDA; 26 OKTOBER 2018;
  25. CATATAN SEJARAH RANTAI BABI ATAU RANTE BUIDALAM TULISAN YANG DISUSUN KOLONIAL BELANDA; 26 OKTOBER 2018;
  26. PASUKAN MERIAM NUKUM SANANY SEBUAH PASAK DARI RUMAH GADANG INDONESIA MERDEKA; 4 NOVEMBER 2018;
  27. PENEMUAN ARCA KEPALA ALALOKITESWARASEBAGAI JEJAK KEBERADAAN PERADABAN AGAMA BUDHA DI ACEH; 18 NOVEMBER 2018;
  28. REVOLUSI DESEMBER ’45 DI ACEH ATAU PEMBESMIAN PENKHIANAT TANAH AIR; 6 FEBRUARI 2019;
  29. LEBURNJA KERATON ATJEH; 11 MARET 2019;
  30. HADIH MAJA PENGAJARAN SERTA HIBURAN WARISAN LELUHUR; 27 MARET 2019;
  31. HAME ATAU PANTANGAN ORANG ACEH DARI MASA LAMPAU; 19 JUNI 2019;
  32. SINGA ATJEH BIOGRAPHI SERI SULTAN ISKANDAR MUDA; 6 AGUSTUS 2019;
  33. APA SEBAB RAKYAT ACEH SANGGUP BERPERANG PULUHAN TAHUN MELAWAN AGRESSI BELANDA; 17 OKTOBER 2019;
  34. PERBANDINGAN PENGUCAPAN BAHASA ACEH DENGAN BAHASA INDONESIA; 30 DESEMBER 2019;
  35. BERBAGAI BAHASA DAERAH DI ACEH; 30 JANUARI 2020;
  36. LOKASI ISTANA KERAJAAN ACEH DULU DAN SEKARANG; 27 FEBRUARI 2020;
  37. MEREKONSTRUKSIKAN KEMBALI LETAK ISTANA DARODDONYA; 3 MARET 2020;
  38. LEGENDA DAN MITOS ASAL USUL PENAMAAN PULAU SABANG, GUNUNG SEULAWAH, PANTAI ALUE NAGA DAN KAWASAN ULEE LHEU; 29 MEI 2020;
  39. LEGENDA ASAL USUL GUNUNG GEURUTEE; 1 JUNI 2020;
  40. HAMZAH FANSURI PERINTIS SASTRA MELAYU; 4 JULI 2020;
  41. GEREJA PERTAMA DI ACEH; 12 JULI 2020;
  42. PERISTIWA TERBUNUHNYA TEUKU UMAR; 1 AGUSTUS 2020;
  43. SISTEM PERPAJAKAN KERAJAAN ACEH; 14 AGUSTUS 2020;
  44. SEJARAH KERAJAAN PEDIR (POLI) ATAU NEGERI PIDIE; 18 AGUSTUS 2020;
  45. SEJARAH KERAJAAN DAYA (LAMNO); 21 AGUSTUS 2020;
  46. KETIKA ACEH MINTA MENJADI VASAL TURKI USTMANI; 21 SEPTEMBER 2020;
  47. HENRICUS CHRISTIAN VERBRAAK MISIONARIS KATOLIK PERTAMA DI ACEH; 23 SEPTEMBER 2020;
  48. BUSTANUS SALATIN PANDUAN BERKUASA PARA SULTAN ACEH; 27 SEPTEMBER 2020;
  49. SEJARAH PENDIRIAN PUSA (PERSATUAN ULAMA SELURUH ACEH); 16 OKTOBER 2020;
  50. PARA ULEEBALANG RAJA KECIL DI ACEH DARI MASA KESULTANAN SAMPAI REVOLUSI SOSIAL (1512-1946); 25 OKTOBER 2020;
  51. KENAPA SULTAN ACEH MENYERAH PADA BELANDA; 9 APRIL 2021;
  52. HIKAYAT MEURAH SILU; 8 JUNI 2021;
  53. SULTAN ALAIDDIN MAHMUDSYAH II, SULTAN ACEH MERDEKA TERAKHIR; 29 JUNI 2021;
  54. RAJA DEKAT TUHAN JAUH; 3 AGUSTUS 2021;
  55. BERZIARAH KE MESJID ASAL PENAMPAAN DI BLANGKEJEREN GAYO LUES; 17 AGUSTUS 2021;
  56. KISAH-KISAH DI BLANG; 22 NOVEMBER 2021;
  57. ORIDA (OEANG REPUBLIK INDONESIA) ACEH 1947-1949; 14 JANUARI 2022;
  58. ACEH YANG DILUPAKAN; 29 MARET 2022;
  59. PROSA ALAM GAYO LUES; 8 AGUSTUS 2022;

 

Advertisement

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cuplikan Sejarah, Data dan Fakta and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

4 Responses to ADAT PELANTIKAN PEMAHKOTAAN PENABALAN SULTAN ACEH DARUSALAM

  1. Saran saya biar 3 sagi hadir dulu, panglima sagi 22 sbg ketua, panglima sagi 25 dan panglima sagi 26 yg atur kan semua, biar dia memilih.sesuai kanun mahkota alam.biar semua setuju ada baik nya .

  2. Pingback: SUSUNAN PEMERINTAHAN ACEH SEMASA KESULTANAN | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.