PROSA ALAM GAYO LUES
“Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan melewatkanku.” Umar bin Khattab.
Puncak Ise-Ise, Gayo Lues tengah tahun 2022. Hari masih pagi, kabut mengantung di depan, di antara pepohonan di bawah dan melayang atas tepi-tepi jurang yang hijau. Disana, dalam jam-jam tenang dan sejuk setelah sang fajar naik sepenggalah, hujan rintik-rintik sudah sedari tadi menyiram pelan-pelan. Sejauh pandang mata yang dapat dituju, yang terlihat adalah bayang-bayang berkabut. Ada kenyerian datang melintas bersama terpaan angin dingin berhembus. Sementara itu, batang-batang pohon tusam seakan gemetar oleh suara gaung suara yang mengigilkan jantung, kian rapat mengurung dalam cengkraman perasaan yang begitu cemas. Asam di lambung naik dan turun menggapai tenggorokan. Tubuh terasa goyang oleh goncangan yang begitu kuat menghentak, keras mencengkram. Di balik kungkungan awan, ada berlapis-lapis gunung terjal, di sambung lagi dengan gunung terjal lainnya. Di bawah sana, tampak dunia seolah dari zaman yang telah lampau.
Sewaktu kecil sering berkhayal, dunia macam apa yang ada di balik awan. Di sini terjawab, titik-tik air ada di seluruh penjuru, merayap perlahan tak beraturan. Buku-buku sejarah membawa berfantasi. Pada Rabu, 18 Mei 1904, pukul sepuluh pagi, penduduk Desa Tampeng (kemungkinan Desa Tampeng atau Tampeng Musara Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues), dikejutkan oleh gelegar tembakan-tembakan, lagu-lagu perjuangan serta teriakan-teriakan dalam bahasa Belanda maupun Melayu dan yang paling mengerikan adalah erangan orang-orang ditebas pedang atau kelewang membacok siapapun yang ada di depan mereka. Sejarah menulis di hari itu[1] bahwa Tampeng sebuah desa kecil yang tak terlalu berarti bagi kekuatan kolonial di dataran tinggi Gayo (Dekat Blangkejeren sekarang) seluruh penduduknya yang tidak sampai 200 orang, kebanyakan petani dibantai oleh pasukan marsose. Sumber lokal mencatat ada 125 laki-laki, 47 perempuan dan 3 orang anak-anak terbunuh. Penaklukkan Gayo tahun 1904[2] adalah ekspedisi penjelajahan paling berdarah dalam sejarah Belanda. Penyerangan itu hanya beberapa bulan saja, dan selama pertempuran biasanya berlangsung sepihak, hampir tidak ada korban di pihak Belanda, kemenangan hanyalah formalitas belaka. Letnan Kempes menceritakan, “di mana-mana di tempat yang kami datangi, orang-orang berjuang sampai titik darah penghabisan. Kegigihan mereka dalam membela diri sangatlah luar biasa. Bahkan perempuan dan anak-anak ikut berperang, demi keselamatan diri, kami sering terpaksa meneruskan pertempuran itu sampai benar-benar tidak ada nyawa yang tersisa lagi.”[3]

Kekejaman Belanda di Kampong Likat Tanah Gayo, anak-anak dan perempuan juga di bantai oleh tentara Belanda pimpinan Van Daalen. Perang Aceh (1873-1904)
Sebelum tahun 1904 Belanda tidak pernah menjejakkan kaki ke wilayah Gayo Lues dan Aceh Tenggara. Ketika itu, wilayah ini tidak dihuni orang-orang Aceh, tetapi orang Gayo dan Alas dengan bahasa dan budaya sendiri, namun segera Belanda menyadari sebagaimana orang-orang Aceh yang hidup di pesisir mereka juga membenci Belanda. Tampeng sebagaimana banyak desa di Gayo dan Alas menghilang tanpa bekas akibat ekspedisi Belanda. Bahkan di tahun 2022 (118 tahun kemudian) desa ini penduduknya masih jarang, yang terlihat hanyalah hamparan ladang-ladang kosong terlihat seperti desa mati bahkan beberapa warung di puncak juga tidak dapat mengubah keadaan itu.
Syahdan Panglima tertinggi pasukan Belanda ketika itu, Letnan Jenderal G.C,E. van Daaleen Van[4] mengumpulkan semua tetua Gayo yang masih hidup berpidato. “Inilah akibat kalian membantu Aceh dalam perang melawan kami (Belanda). Lihatlah ketika kalian dibantai dan dihinakan! Adakah mereka membantu kalian?”[5] Sebuah pembenaran atas tindakan kejahatan dipenuhi oleh nafsu kolonialisme. Setelah benteng terakhir Batee Iliek jatuh (tahun 1901), dimana seluruh hampir seluruh pasukan Aceh telah terbunuh. Praktis tidak memiliki tenaga lagi dalam perang panjang menghadapi Belanda, jangankan melindungi Gayo segenap pesisir telah jatuh ke tangan Belanda. Saat itu pedalaman Gayo dan Alas satu-satunya wilayah merdeka yang belum terjamah Belanda kesanalah Sultan terakhir Muhammad Daudsyah mengungsi sebelum akhirnya ditangkap Belanda.[6] Adu domba merupakan jalan paling murah yang harus dibayar oleh kolonialisme Belanda untuk menaklukkan bangsa-bangsa di Nusantara, berbagai prasangka antar daerah yang diwariskan oleh mereka. Sayangnya itu semua masih hidup di antara kita. Dan ternyata kolonialisme masih meninggal jejaknya meski ia telah lama angkat kaki dari negeri ini.
Tiap-tiap orang memiliki sejarahnya masing-masing, hal itu akan membawa hipotesa ketika menghadapi hal yang baru. Meski begitu besok adalah cerita yang berbeda, besok juga adalah hal yang berbeda. Hanya ingin kesempatan untuk membuat hal-hal yang lebih baik, jika selamat dari tikungan itu, hari ini. Dan dapat menambah hidup satu hari lagi.
Sesungguhnya dunia ini rapuh bagai jaring laba-laba semuanya akan menuju kematian.
Referensi
[1] https://tengkuputeh.com/2017/12/08/korps-marsose-serdadu-pribumi/ diakses 14 Juli 2022.
[2] https://tengkuputeh.com/2017/08/10/penaklukkan-gayo/ diakses 14 Juli 2022.
[3] https://tengkuputeh.com/2021/04/09/kenapa-sultan-aceh-menyerah/ diakses 14 Juli 2022.
[4] Kempess, J. De tocht van overste van Daaleen door de Gajo-,Alas-en Bataklanden. Delmeijer, 1905.
[5] https://tengkuputeh.com/2017/08/10/penaklukkan-gayo/ diakses 14 Juli 2022.
[6] Kempess, J. De tocht van overste van Daaleen door de Gajo-,Alas-en Bataklanden. Delmeijer, 1905.
Artikel-artikel tentang Aceh:
- EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM APAKAH BAGUS UNTUK ACEH 15 OKTOBER 2017;
- AROMA MEMIKAT DARI DAPUR ACEH 16 OKTOBER 2017;
- TARIKH ACEH DAN NUSANTARA 29 OKTOBER 2017;
- PEKUBURAN SERDADU BELANDA PEUCUT KHERKHOF DI BANDA ACEH SEBAGAI SAKSI KEDAHSYATAN PERANG ACEH 11 NOVEMBER 2017;
- PEMBERONTAKAN KAUM REPUBLIK KASUS DARUL ISLAM ACEH 17 NOVEMBER 2017;
- TUANKU HASYIM WALI NANGGROE YANG DILUPAKAN SEJARAH 19 NOVEMBER 2017;
- KOPRS MARSOSE SERDADU PRIBUMI PELAYAN RATU BELANDA 8 DESEMBER 2017;
- HIKAYAT-HIKAYAT DARI NEGERI ACEH 16 DESEMBER 2017;
- LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH; 12 JANUARI 2018;
- SECANGKIR KOPI DARI ACEH; 22 JANUARI 2018;
- ACEH PUNGO (ACEH GILA); 8 FEBRUARI 2018;
- SIAPAKAH ORANG ACEH SEBENARNYA; 6 APRIL 2018;
- ORANG ACEH DALAM SEJARAH SUMATERA; 15 APRIL 2018;
- KETIKA IBNU BATTUTA MELAWAT SAMUDERA PASAI; 16 APRIL 2018;
- KISAH HIDUP LAKSAMANA MALAHAYATI; 18 APRIL 2018;
- PERANAN LEMBAGA TUHA PEUET DALAM MASYARAKAT ACEH PADA MASA LAMPAU; 5 MEI 2018;
- MENYINGKAP MAKNA SYAIR KUTINDHIENG SELAKU MANTRA SIHIR ACEH KUNO; 15 MEI 2018;
- SEJARAH KERAJAAN LAMURI; 24 JUNI 2018;
- KEBIJAKAN POLITIK ISLAM OLEH SNOUCK HURGRONJE SEBAGAI SARAN KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA UNTUK MENGHANCURKAN KEKUATAN ISLAM DI INDONESIA; 25 JUNI 2018;
- MASA DEPAN POLITIK DUNIA MELAYU; 28 JULI 2018;
- EDISI KHUSUS SERI PAHLAWAN NASIONAL PRANGKO 100 TAHUN CUT NYAK DHIEN; 8 AGUSTUS 2018;
- MEMOAR PANGLIMA POLEM SEORANG PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN; 19 SEPTEMBER 2018;
- PUTROE PHANG JULUKAN DARI TENGKU KAMALIAH SEORANG PUTRI KESULTANAN PAHANG; 28 SEPTEMBER 2018;
- TEUKU NYAK ARIEF SEORANG YANG TULEN BERANI DAN LURUS SEBAGAI RENCONG ACEH DI VOLKSRAAD; 17 OKTOBER 2018;
- RINCIAN ISI KANUN MEUKUTA ALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESULTANAN ACEH DARUSSALAM YANG DISUSUN PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN ISKANDAR MUDA; 26 OKTOBER 2018;
- CATATAN SEJARAH RANTAI BABI ATAU RANTE BUI DALAM TULISAN YANG DISUSUN KOLONIAL BELANDA; 26 OKTOBER 2018;
- PASUKAN MERIAM NUKUM SANANY SEBUAH PASAK DARI RUMAH GADANG INDONESIA MERDEKA; 4 NOVEMBER 2018;
- PENEMUAN ARCA KEPALA ALALOKITESWARA SEBAGAI JEJAK KEBERADAAN PERADABAN AGAMA BUDHA DI ACEH; 18 NOVEMBER 2018;
- REVOLUSI DESEMBER ’45 DI ACEH ATAU PEMBASMIAN PENGKHIANAT TANAH AIR; 6 FEBRUARI 2019;
- LEBURNJA KERATON ATJEH; 11 MARET 2019;
- HADIH MAJA PENGAJARAN SERTA HIBURAN WARISAN LELUHUR; 27 MARET 2019;
- HAME ATAU PANTANGAN ORANG ACEH DARI MASA LAMPAU; 19 JUNI 2019;
- SINGA ATJEH BIOGRAPHI SERI SULTAN ISKANDAR MUDA; 6 AGUSTUS 2019;
- APA SEBAB RAKYAT ACEH SANGGUP BERPERANG PULUHAN TAHUN MELAWAN AGRESSI BELANDA; 17 OKTOBER 2019;
- PERBANDINGAN PENGUCAPAN BAHASA ACEH DENGAN BAHASA INDONESIA; 30 DESEMBER 2019;
- BERBAGAI BAHASA DAERAH DI ACEH; 30 JANUARI 2020;
- LOKASI ISTANA KERAJAAN ACEH DULU DAN SEKARANG; 27 FEBRUARI 2020;
- MEREKONSTRUKSIKAN KEMBALI LETAK ISTANA DARODDONYA; 3 MARET 2020;
- LEGENDA DAN MITOS ASAL USUL PENAMAAN PULAU SABANG, GUNUNG SEULAWAH, PANTAI ALUE NAGA DAN KAWASAN ULEE LHEU; 29 MEI 2020;
- LEGENDA ASAL USUL GUNUNG GEURUTEE; 1 JUNI 2020;
- HAMZAH FANSURI PERINTIS SASTRA MELAYU; 4 JULI 2020;
- GEREJA PERTAMA DI ACEH; 12 JULI 2020;
- PERISTIWA TERBUNUHNYA TEUKU UMAR; 1 AGUSTUS 2020;
- SISTEM PERPAJAKAN KERAJAAN ACEH; 14 AGUSTUS 2020;
- SEJARAH KERAJAAN PEDIR (POLI) ATAU NEGERI PIDIE; 18 AGUSTUS 2020;
- SEJARAH KERAJAAN DAYA (LAMNO); 21 AGUSTUS 2020;
- KETIKA ACEH MINTA MENJADI VASAL TURKI USTMANI; 21 SEPTEMBER 2020;
- HENRICUS CHRISTIAN VERBRAAK MISIONARIS KATOLIK PERTAMA DI ACEH; 23 SEPTEMBER 2020;
- BUSTANUS SALATIN PANDUAN BERKUASA PARA SULTAN ACEH; 27 SEPTEMBER 2020;
- SEJARAH PENDIRIAN PUSA (PERSATUAN ULAMA SELURUH ACEH); 16 OKTOBER 2020;
- PARA ULEEBALANG RAJA KECIL DI ACEH DARI MASA KESULTANAN SAMPAI REVOLUSI SOSIAL (1512-1946); 25 OKTOBER 2020;
- KENAPA SULTAN ACEH MENYERAH PADA BELANDA; 9 APRIL 2021;
- HIKAYAT MEURAH SILU; 8 JUNI 2021;
- SULTAN ALAIDDIN MAHMUDSYAH II, SULTAN ACEH MERDEKA TERAKHIR; 29 JUNI 2021;
- RAJA DEKAT TUHAN JAUH; 3 AGUSTUS 2021;
- BERZIARAH KE MESJID ASAL PENAMPAAN DI BLANGKEJEREN GAYO LUES; 17 AGUSTUS 2021;
- KISAH-KISAH DI BLANG; 22 NOVEMBER 2021;
- ORIDA (OEANG REPUBLIK INDONESIA) ACEH 1947-1949; 14 JANUARI 2022;
- ACEH YANG DILUPAKAN; 29 MARET 2022;
Pingback: GELAS KEHIDUPAN | Tengkuputeh
Pingback: ADAT PELANTIKAN PEMAHKOTAAN PENABALAN SULTAN ACEH DARUSALAM | Tengkuputeh
Pingback: SUSUNAN PEMERINTAHAN ACEH SEMASA KESULTANAN | Tengkuputeh