TEUKU NYAK ARIEF SEORANG YANG TULEN BERANI DAN LURUS SEBAGAI RENCONG ACEH DI VOLKSRAAD
Teuku Nyak Arief Diberi Gelar Rencong Aceh
Gelar Rencong Aceh, diberikan oleh beberapa surat kabar nasional kepada Teuku Nyak Arief, khususnya surat kabar terkenal di Hindia Belanda (Indonesia sekarang) kurun waktu 1920-an, harian ini dipimpin oleh wartawan terkenal Parada Harahap. Perjuangan Teuku Nyak Arief di Volksraad, sering diulas oleh surat kabar nasional yang terbit di Jakarta, Medan dan Semarang.
Apakah yang dimaksud Volksraad?
Volksraad yang diambil dari bahasa Belanda dan secara harafiah berarti “Dewan Rakyat”, adalah semacam dewan perwakilan rakyat Hindia Belanda. Dewan ini dibentuk pada tanggal 16 Desember 1916 oleh pemerintahan Hindia Belanda yang diprakarsai oleh Gubernur-Jendral J.P. van Limburg Stirum bersama dengan Menteri Urusan Koloni Belanda; Thomas Bastiaan Pleyte.
Pada awal berdirinya, Dewan ini memiliki 38 anggota, 15 di antaranya adalah orang pribumi. Anggota lainnya adalah orang Belanda (Eropa) dan orang timur asing: Tionghoa, Arab dan India. Pada akhir tahun 1920-an mayoritas anggotanya adalah kaum pribumi.

Para pemimpin Indonesia yang menjadi anggota “Volksraad”. Mereka adalah; Atas: M.H. Thamrin, Dr. G.S.S.D. Ratulangi. Otto Kusuma Subrata. Bawah: Prabu Mangkunegara, T. Nyak Arif dan Dr. Todung Gelar Sutan Gunung Mulia.
Awalnya, lembaga ini hanya memiliki kewenangan sebagai penasehat. Baru pada tahun 1927, Volksraad memiliki kewenangan ko-legislatif bersama Gubernur-Jendral yang ditunjuk oleh Belanda. Karena Gubernur-Jendral memiliki hak veto, kewenangan Volksraad sangat terbatas. Selain itu, mekanisme keanggotaan Volksraad dipilih melalui pemilihan tidak langsung. Pada tahun 1939, hanya 2.000 orang memiliki hak pilih. Dari 2.000 orang ini, sebagian besar adalah orang Belanda dan orang Eropa lainnya.
Selama periode 1927-1941, Volksraad hanya pernah membuat enam undang-undang, dan dari jumlah ini, hanya tiga yang diterima oleh pemerintahan Hindia Belanda.
Sejarah Berdirinya Volksraad
Volksraad mulai tercetus sejak pecahnya Perang Dunia I (1914-1918) yang membawa pengaruh besar pada situasi kolonial di Indonesia yakni masa depan hubungan antara penjajah Belanda dengan daerah jajahannya. Aksi politik radikal yang dilancarkan oleh Indische Partij yang dipimpin oleh Douwes Dekker, Suwardi Suryadiningrat dan Cipto Mangunkusumo yang secara jelas menghendaki agar pemerintah kolonial diakhiri karena dianggap despotisme, telah ditindak keras oleh pemerintah Hindia Belanda. Para memimpin ditangkap, diasingkan dan organisasinya dibubarkan.
Sebaliknya organisasi moderat seperti Budi Utomo tetap dibiarkan berdiri, dan mendapat bantuan dari pemerintah Belanda. Budi Utomo kemudian dimasukkan dalam Indie Weerbaar (Ketahanan Hindia). Panitia Indie Weerbaar tahun 1916 mengirimkan perutusan ke negeri Belanda antara lain:
- Pangeran Aryo Kusumodiningrat (Prinsenbond);
- Raden Tumenggung Danusugondo (Regentenbond);
- Mas Ngebehi Dwijosewono (Budi Utomo);
- Abdul Muis (Serekat Islam);
- F. Looh (Perserikatan Minahasa);
- Rhemrev D. Van Hinloopen Labbertan.
Perutusan ini mengadakan dengan para pemimpin Belanda terkemuka. Menteri Jajahan Belanda kemudian membicarakan pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) untuk Hindia Belanda. Pada bulan Desember 1916 dibentuklah Undang-Undang Pembentukan Volksraad dan diberlakukan pada bulan Agustus 1917 dan pada bulan Mei 1918 sidang Volksraad pertama dibuka oleh Gubernur Jenderal J.P. Graaf van Limburg Stirum.
Para Wakil Aceh di Volksraad
Bangsa-bangsa asli di Hindia Belanda sangat sedikit pada dewan ini, namun Volksraad merupakan salah satu wadah perjuangan rakyat Indonesia, termasuk Aceh. Dari tahun 1918-1920 Pemerintah Hindia Belanda mengangkat Teuku Mohammad Tayeb dari Pereulak sebagai anggota Volksraad dari Aceh. Kemudian pada tanggal 16 Mei 1927 Teuku Nyak Arief diangkat sebagai anggota Volksraad disamping tetap memegang jabatan Panglima Sagi XXVI Mukim di Aceh.
Teuku Nyak Arief diangkat atas usul Gubernur Belanda di Aceh, Edelheer Hens. Menurut Hens, Teuku Nyak Arief sangat mengenal penghidupan rakyat Aceh, sebagai pemimpin ia percaya diri, berani, jujur dan terus terang. Teuku Nyak Arief sendiri adalah seorang pemimpin Aceh yang gagah berani, kelihatan kecil, tapi pedas.
Ulasan Surat Kabar Bintang Timoer No. 107, 13 Mei 1927, Tahun II yang bertajuk : Teuku Nyak Arief Anak Aceh Tulen Berani dan Lurus
Surat kabar Bintang Timur memuat percakapan salah satu wartawannya Aneta, dengan Teuku Nyak Arief. “Percaya pada diri sendiri dan berani, jujur berterus terang. Itu adalah tabiat Aceh, yang kita percaya ada pada Teuku Nyak Arief, yang menjadi wakil dari bangsanya. Sebab itu Indonesier boleh nanti merasa bangga mempunya satu lid Aceh yang semacam itu.”

Rencong Aceh melambangkan sifat percaya pada diri sendiri dan berani, jujur berterus terang. Itu adalah tabiat Aceh.
Teuku Nyak Arief masuk fraksi nasional yang diketuai oleh Mohammad Husni Thamrin, beliau masuk fraksi ini sesuai dengan jiwanya. Ia tak hanya membela Aceh, tapi juga daerah lainnya. Suaranya sangat keras menentang pihak-pihak yang berjiwa kolonial. Itu terlihat jelas pada pidato-pidatonya pada dewan.
Teuku Nyak Arief selaku anggota Volksraad berteman akrab dengan para tokoh pergerakan nasional antara lain: Mohammad Husni Thamrin, M, Soengkono, Datuk Kayo, Kusumo Utoyo, Mochtar, Raden Panji Suroso dan lain-lain. Bahkan Mohammad Husni Thamrin dan M. Soengkono pernah berkunjung ke Aceh dan menemui Teuku Nyak Arief.
Teuku Nyak Arief sebagai Pembela Rakyat
Pendidikan pada masa kolonial Belanda sangatlah kurang, jumlah sekolah terlalu sedikit dibandingkan jumlah penduduk. Maka tampillah Taman Siswa dan Muhammadiyah sebagai pelopor pendidikan partikelir (swasta). Pemerintah Belanda merasa khawatir sehingga Gubernur Jenderal de Jonge mengeluarkan peraturan sekolah liar (Wilde Scholen Ordonantie) yang menganggap sekolah Taman Siswa dan Muhammadiyah sebagai sekolah liar.
Fraksi Nasional di Volksraad menentang peraturan ini sebagaimana rakyat Indonesia juga pada umumnya, meminta agar peraturan ini dicabut. Mohammad Husni Thamrin bahkan bermaksud keluar dari Volksraad apabila tuntutan ini gagal. Sementara di Aceh, Teuku Nyak Arief sebagai donator tetap sejak Taman Siswa berdiri sebagai donatur tetap dengan pengaruhnya berhasil membuat para pemimpin Aceh baik Uleebalang1) maupun ulama juga satu suara menentang peraturan tersebut. Akhirnya pemerintah Hindia Belanda akhirnya mencabut peraturan tersebut pada tahun 1932.
Disamping pendidikan, Teuku Nyak Arief juga gemar olahraga sepakbola, pada bulan Desember 1935 diangkat sebagai Ketua Atjehsche Voetbal Bond2) mengantikan Teuku Hasan Dek.
Sebagai Panglima Sagi XXVI Mukim, Teuku Nyak Arief termasuk pegawai pemerintah Hindia Belanda meskipun begitu ia tidak takut pada Belanda. Ketika tahun 1932 diadakan acara pembukaan patung Van Heutsz3), ia memperlihatkan ketidaksetujuannya dengan tidak hadir.
Teuku Nyak Arief juga kerap membela rakyat apabila dizalimi oleh aparat Kolonial. Setiap kali terjadi pertentangan dengan pejabat kolonial, Teuku Nyak Arief akan berkata keras, “Silahkan bunuh saja saya, biar tuan bebas melaksanakan rencana tuan-tuan!” Ia adalah tokoh yang terkanal di Aceh, terutama dikalangan Uleebalang, yang selalu memperhatikan nasib rakyat, sebagai pemimpin yang disegani oleh pemerintah Hindia Belanda sekalipun.
Nasab atau Garis Keturunan Teuku Nyak Arief
Teuku Nyak Arief lahir 17 Juli 1899 di Ulee Lheu dan meninggal 4 Mei 1946 di Takengon, dikebumikan di Lamreueng, merupakan keturunan dari Sultan Aceh Darussalam, Sultan Muzaffar Syah bin Sultan Alauddin Inayat Syah. Ayahnya Teuku Nyak Banta Panglima Sagi XXVI Mukim, ibunya Cut Nyak Rayeuk.
Daftar Istilah dan Index:
- Uleebalang = Raja-raja kecil sebagai perpanjangan tangan Belanda. Beberapa merupakan warisan Kesultanan Aceh Darussalam, beberapa diangkat oleh Belanda;
- Atjehsche Voetbal Bond = Perkumpulan Sepakbola Aceh;
- Joannes Benedictus van Heutsz = Dikenal sebagai penakluk Aceh, sebagai Gubernur Aceh ia berhasil memadamkan perlawanan Teuku Umar (1899) dan menangkap Sultan Aceh terakhir, Tuanku Mohammad Daudsyah (1903). Gubernur Sipil dan Militer Aceh (1898-1904) kemudian dipromosi menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1904-1909);
Daftar Pustaka:
- Wikipedia; https://id.wikipedia.org/wiki/Volksraad;
- Pahlawan Nasional Teuku Nyak Arif; Drs. Mardanas Safwan; Cetakan Pertama; tahun 1992; Penerbit Balai Pustaka; Jakarta;
- Rencong Aceh Perjuangan Pahlawan Nasional Teuku Nyak Arif; Drs. Jauhari Ishak; Penerbit Proyek Pengembangan Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan;
Artikel-artikel tentang Aceh:
- KEBENARAN YANG SAMAR 28 FEBRUARI 2013;
- GAM CANTOI TIADA 30 MARET 2013;
- PERANG CUMBOK SEBUAH REVOLUSI SOSIAL DI ACEH (1946-1947) 18 JUNI 2013;
- TSUNAMI 26 DESEMBER 2015;
- PERADABAN TANPA TULISAN 25 FEBRUARI 2016;
- SURAT TENGKU CHIK DI TIRO KEPADA RESIDEN VAN LANGEN AGAR TERCAPAI PERDAMAIAN DALAM PERANG ACEH MAKA BELANDA HARUS MEMELUK AGAMA ISLAM DI TAHUN 1885 4 NOVEMBER 2016;
- PARA PENYEBAR KEBOHONGAN 13 NOVEMBER 2016;
- MENGUNJUNGI RUMAH PAHLAWAN NASIONAL CUT MEUTIA 17 APRIL 2017;
- SAMUDERA PASAI SEBAGAI TITIK TOLAK ISLAM DI ASIA TENGGARA, SEBUAH UPAYA MELAWAN PSEUDO SEJARAH 24 APRIL 2017;
- EMAS, KAFIR DAN MAUT 20 APRIL 2017;
- MENGENAL LEBIH DEKAT POCUT BAREN 5 MEI 2017;
- OPERASI PENYERGAPAN BELANDA TERHADAP CUT MEUTIA 7 MEI 2017;
- MENGUNJUNGI PAMERAN BATU NISAN ACEH SEBAGAI WARISAN BUDAYA ISLAM DI ASIA TENGGARA 15 MEI 2017;
- KESULTANAN ACEH NEGARA BERDAULAT PERTAMA YANG MENGAKUI KEMERDEKAAN REPUBLIK BELANDA DARI KERAJAAN SPANYOL DI TAHUN 1602 18 MEI 2017;
- SYARIAT ISLAM SIAPA TAKUT 6 JUNI 2017;
- SENJA DI MALAKA 14 JUNI 2017;
- KRITIK KEPADA SULTAN ISKANDAR MUDA 4 JULI 2017;
- HIKAYAT SUKU MANTE 5 JULI 2017;
- TEUKU NYAK MAKAM, PAHLAWAN ACEH TANPA KEPALA 30 JULI 2017;
- ASAL MUASAL BUDAYA KOPI DI ACEH 1 AGUSTUS 2017;
- MUSIBAH TENGGELAMNYA KMP GURITA 6 AGUSTUS 2017;
- PERANG ACEH, KISAH KEGAGALAN SNOUCK HURGRONJE 7 AGUSTUS 2017;
- ACEH DI MATA KOLONIALIS 8 AGUSTUS 2017;
- MELUKIS SEJARAH 10 AGUSTUS 2017;
- NASIHAT-NASIHAT C. SNOUCK HURGRONJE SEMASA KEPEGAWAIANNYA KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA 1889-1936 14 AGUSTUS 2017;
- ACEH SEPANJANG ABAD 16 AGUSTUS 2017;
- PERANG DI JALAN ALLAH 30 AGUSTUS 2017;
- ACEH DAERAH MODAL 7 SEPTEMBER 2017;
- 59 TAHUN ACEH MERDEKA DI BAWAH PEMERINTAHAN RATU 12 SEPTEMBER 2017;
- KERAJAAN ACEH PADA JAMAN SULTAN ISKANDAR MUDA (1609-1636) 13 SEPTEMBER 2017;
- PERISTIWA KEMERDEKAAN DI ACEH 14 SEPTEMBER 2017;
- PASAI DALAM PERJALANAN SEJARAH 17 SEPTEMBER 2017;
- MATA UANG EMAS KERAJAAN-KERAJAAN DI ACEH 19 SEPTEMBER 2017;
- ATJEH MENDAKWA,SEBUAH BUKU YANG MENJADI SAKSI SEPAK TERJANG PARTAI KOMUNIS INDONESIA DI ACEH 21 SEPTEMBER 2017;
- MISI MENCARI MAKAM PARA SULTANAH ACEH 6 OKTOBER 2017;
- BERZIARAH KE MAKAM SULTANAH MALIKAH NAHRASYIYAH 8 OKTOBER 2017;
- EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM APAKAH BAGUS UNTUK ACEH 15 OKTOBER 2017;
- AROMA MEMIKAT DARI DAPUR ACEH 16 OKTOBER 2017;
- TARIKH ACEH DAN NUSANTARA 29 OKTOBER 2017;
- PEKUBURAN SERDADU BELANDA PEUCUT KHERKHOF DI BANDA ACEH SEBAGAI SAKSI KEDAHSYATAN PERANG ACEH 11 NOVEMBER 2017;
- PEMBERONTAKAN KAUM REPUBLIK KASUS DARUL ISLAM ACEH 17 NOVEMBER 2017;
- TUANKU HASYIM WALI NANGGROE YANG DILUPAKAN SEJARAH 19 NOVEMBER 2017;
- KOPRS MARSOSE SERDADU PRIBUMI PELAYAN RATU BELANDA 8 DESEMBER 2017;
- HIKAYAT-HIKAYAT DARI NEGERI ACEH 16 DESEMBER 2017;
- LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH; 12 JANUARI 2018;
- SECANGKIR KOPI DARI ACEH; 22 JANUARI 2018;
- ACEH PUNGO (ACEH GILA); 8 FEBRUARI 2018;
- SIAPAKAH ORANG ACEH SEBENARNYA; 6 APRIL 2018;
- ORANG ACEH DALAM SEJARAH SUMATERA; 15 APRIL 2018;
- KETIKA IBNU BATTUTA MELAWAT SAMUDERA PASAI; 16 APRIL 2018;
- KISAH HIDUP LAKSAMANA MALAHAYATI; 18 APRIL 2018;
- PERANAN LEMBAGA TUHA PEUET DALAM MASYARAKAT ACEH PADA MASA LAMPAU; 5 MEI 2018;
- MENYINGKAP MAKNA SYAIR KUTINDHIENG SELAKU MANTRA SIHIR ACEH KUNO; 15 MEI 2018;
- SEJARAH KERAJAAN LAMURI; 24 JUNI 2018;
- KEBIJAKAN POLITIK ISLAM OLEH SNOUCK HURGRONJE SEBAGAI SARAN KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA UNTUK MENGHANCURKAN KEKUATAN ISLAM DI INDONESIA; 25 JUNI 2018;
- MASA DEPAN POLITIK DUNIA MELAYU; 28 JULI 2018;
- EDISI KHUSUS SERI PAHLAWAN NASIONAL PRANGKO 100 TAHUN CUT NYAK DHIEN; 8 AGUSTUS 2018;
- MEMOAR PANGLIMA POLEM SEORANG PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN; 19 SEPTEMBER 2018;
- PUTROE PHANG JULUKAN DARI TENGKU KAMALIAH SEORANG PUTRI KESULTANAN PAHANG; 28 SEPTEMBER 2018;
Pingback: PENEMUAN ARCA KEPALA ALALOKITESWARA SEBAGAI JEJAK KEBERADAAN PERADABAN AGAMA BUDHA DI ACEH | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: REVOLUSI DESEMBER 45 DI ACEH ATAU PEMBASMIAN PENGKHIANAT TANAH AIR | Tengkuputeh
Pingback: REVOLUSI DESEMBER 45 DI ACEH ATAU PEMBASMIAN PENGKHIANAT TANAH AIR | Tengkuputeh
Pingback: PENEMUAN ARCA KEPALA ALALOKITESWARA SEBAGAI JEJAK KEBERADAAN PERADABAN AGAMA BUDHA DI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: CATATAN SEJARAH RANTAI BABI ATAU RANTE BUI DALAM TULISAN YANG DISUSUN KOLONIAL BELANDA | Tengkuputeh
Pingback: PASUKAN MERIAM NUKUM SANANY SEBUAH PASAK DARI RUMAH GADANG INDONESIA MERDEKA | Tengkuputeh
Pingback: LEBURNJA KERATON ATJEH | Tengkuputeh
Pingback: HADIH MAJA PENGAJARAN SERTA HIBURAN WARISAN LELUHUR | Tengkuputeh
Pingback: HAME ATAU PANTANGAN ORANG ACEH DARI MASA LAMPAU | Tengkuputeh