MELIHAT MENDENGAR DAN MERASAKAN

Adalah sebuah anugerah untuk menikmati tiap suapan rasa, merasakan sensasi melihat mendengar dan merasakan. Sebuah rasa syukur untuk dapat menghirup nafas sampai hari ini adalah sebuah keajaiban.

Adalah sebuah anugerah untuk menikmati tiap suapan rasa, merasakan sensasi melihat mendengar dan merasakan. Sebuah rasa syukur untuk dapat menghirup nafas sampai hari ini adalah sebuah keajaiban.

MELIHAT MENDENGAR DAN MERASAKAN

Kita hidup di dunia tenaga, energi. Secara fisika energi tetap jumlahnya, kekal, tidak bisa diciptakan dan dibinasakan. Semua benda di jagat raya ini menyimpan potensi energi. Energi aneka bentuk yang bisa berubah dari satu format ke bentuk lain.

Langsa, 15 Februari 2023. Berlari di sore hari di lapangan tengah kota tidak semata-mata untuk sehat atau bugar belaka. Namun juga membangun sebuah kesadaran bahwa “aku” adalah sebuah makhluk sosial yang hidup dalam sebuah dunia yang beragam rupa. Abu tak hanya sekedar berlari tapi juga memperhatikan suara burung yang berkicau di sore hari, anak-anak yang bermain ceria di taman, para remaja bersenda bersama temannya, atau kerja keras seorang kakek yang bersemangat menjajakan makanan kecil.

Hanya merasakan desir-desir udara yang menerpa wajah. Abu hadir disitu sekaligus tidak hadir di kehidupan mereka. Hanya sebagai pengamat yang berjarak oleh sekat-sekat ruang. Beginilah mungkin esensi hidup bersosial, kita berbagi ruang yang sama, tanpa harus mengambil resiko untuk terlibat. Hanya cukup menyadari apa yang sedang terjadi saat peristiwa terjadi tanpa harus menghakimi dan tidak terambil alih oleh harapan. Tindakan ini mungkin tidak akan membuat meraih tingkat kebahagiaan yang tinggi seperti ketika memenangkan perlombaan. Bisa jadi adalah salah satu cara bersyukur dalam hidup untuk tidak dikuasai oleh hasrat yang tak pernah habis.

Menurut Abu cara ini tidak hanya mengajarkan untuk beradaptasi tentang kenyataan yang tersaji dihadapan muka kita. Entah kegagalan, kekalahan atau bahkan kemenangan kita. Mungkin itulah yang membawa sedikit ketenangan ketika hanya sedikit hal yang membuat kita khawatir. Karena jangankan esok, hari ini saja kita semua tidak tahu bagaimana mengakhirinya.

Tiba-tiba ingatan Abu melompat jauh ke belakang.

Aneuk Galong Baro, Aceh Besar, circa tahun 1991. Pada bulan Ramadhan Abu kerap pulang kampung Ayah. Betapa kagum, takjub seorang Abu yang masih berumur 7 tahun tentang keajaiban buah kelapa. Bagaimana bisa dalam buah sekeras itu bisa ada air yang sangat lezat, daging gurih serta acapkali terdapat kentos, yaitu tunas kepala yang ditemukan dalam buah kelapa yang sudah terbelah, rasanya agak sedikit berminyak dan lemak. Disitulah terbersit, hidup yang baik adalah hidup yang bermanfaat sebagaimana buah kelapa, sebagaimana pohon kelapa. Jika seseorang tak ingin meraih kemuliaan di masa mudanya, tak akan mulia hidupnya sampai tua.

Lhokseumawe, tepatnya 15 Februari 2008 Abu memulai menulis di blog tengkuputeh.wordpress.com (kelak ditingkatkan  menjadi tengkuputeh.com pada 1 April 2017). Sejak awal tahun 2000-an fenomena blogger mulai merambah di Indonesia, orang-orang berbagi cerita melalui website pribadi. Saat itu media sosial belum terlalu populer, Friendster sudah lahir tapi budaya bersosial media belum kuat. Dahulu blog bersifat sangat personal dibuat oleh blogger berdasarkan topik-topik yang disenanginya. Pada awalnya blog menjadi wadah bagi para pengguna untuk mengekspresikan pendapat atau perasaan pribadi. Saling berkunjung serta memberikan komentar antara sesama blogger menjadi ladang silaturahmi ketika itu. Lahir dan maraknya media sosial seperti Facebook dan twitter (kemudian disusul Intagram dan kawan-kawan) menjadi sejenis microblogging membuat blog perlahan-lahan berkurang. Teman-teman awal Abu yang saling berkunjung dan berkomentar semasa dunia blogger nyaris semuanya sudah tidak ada lagi. Pada akhirnya para blogger berguguran satu demi satu.

Pada akhirnya semua hanyalah pilihan pribadi dengan kerumitan pikiran dan latar belakang seseorang. Ketika menjalani sesuatu yang sama secara terus menerus akan muncul kebosanan dan itu bukanlah sesuatu hal yang buruk. Kebosanan adalah lonceng pemanggil bahwa kita harus berubah. Kehidupan terlalu rumit, kita tidak bisa memprediksi semua sebab dan akibat. Hasilnya tergantung kemampuan kita berdansa dengannya.

Pada usia 15 tahun usia tengkuputeh.com sekaligus menjelang usia penulis menuju ke-39 ini Abu berpikir dan menarik kesimpulan bahwa. Tiap generasi memang memiliki masa hura-huranya, nikmatilah sebelum generasi tersebut menjadi generasi tua yang julid ke generasi muda hura-hura berikutnya.

Adalah sebuah anugerah untuk menikmati tiap suapan rasa, merasakan sensasi melihat mendengar dan merasakan. Sebuah rasa syukur untuk dapat menghirup nafas sampai hari ini adalah sebuah keajaiban.

Baca juga: KISAH KISAH PETUALANGAN SI ABU

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cerita, Kisah-Kisah, Kolom and tagged , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.