DERITA
Derita datang dari ingin, ketika kenyataan tak sebanding dengan keinginan. Pernahkah terpikirkan bahwa (mungkin) kenyataan itu tak datang karena ia tak ingin hadir. Meski usaha telah sungguh dan harap telah penuh. Bahagia dan derita begitu dekat.
Rasanya sungguh sedih bahwa begitu banyak orang menderita demi tujuan yang tak tercapai, tentang mimpi burung-burung jalak sederajat dengan mimpi raja-raja. Kesedihan yang sungguh meremas-remas dada.
Kita perlu menderita mungkin untuk mengakui bahwa manusia memiliki batasnya sendiri, alam semesta ini terlalu besar dibandingkan pikiran dan perasaan kita. Berbagai kecamuk kepentingan bertubrukan sehingga menjauhkan ingin dan harap dengan realita.
Kapan lapar? Kapan mengantuk? Tak ada kendali kita pada peristiwa, jangankan mengatur semesta bahkan tubuh kita tak penuh seluruh dalam genggaman hasrat. Satu-satunya kemerdekaan kita hanyalah niat, selain itu tiada.
Hidup (dan) sejarah adalah perjalanan penderitaan, dunia ini adalah cobaan yang tak pernah habis. (Mungkin) ia merasakan dirinya telah menjadi cobaan bagi orang lain. Demi memperoleh ketenangan hidup, dia berniat melupakan semua yang pernah dilakukannya. Tapi, itu tidak bisa dimaafkan.
Tentu saja sebuah niat baik. Tentu juga (sebuah) kisah angkuh.
Langsa, 14 Juli 2021
15 renungan terakhir:
- Dengarlah Suara Kematian; 15 Juli 2018;
- Agar Hidup Lebih Terasa Hidup; 18 Oktober 2018;
- Telatah Yang Patah-Patah Menuju Makrifat; 11 Desember 2018;
- Laut Dan Senja; 10 Januari 2019;
- Jika Hari Ini Adalah Kemarin; 20 Februari 2019;
- Jangan Mencintai Lautan; 3 April 2019;
- Syair Perahu oleh Hamzah Fansuri; 3 April 2019;
- Seorang Tanpa Nama Tanpa Gelar; 15 Mei 2019;
- Membaca Angin Menghindari Badai; 28 September 2019;
- Perjalanan Yang Luar Biasa; 4 Desember 2019;
- Sunyi; 19 Maret 2020;
- Apa Arti Masa Depan; 10 Juli 2020;
- Perahu Baa Mencapai Alif; 23 September 2020;
- Penjara Pikiran; 9 Oktober 2020;
- Semerbak Aroma Angsana di Banda Aceh; 30 November 2020;
aweosme
Pingback: GELAS KEHIDUPAN | Tengkuputeh