
Sebuah pikiran (bisa) terpenjara, tapi bukankah tiap-tiap manusia itu adalah merdeka menentukan dalam kalbu sanubarinya sendiri.
PENJARA PIKIRAN
Kita mengingat, tapi ingatan tak pernah satu dan stabil. Ingatan juga mudah hilang oleh sapuan-sapuan warna yang muncul kemudian. Seperti sebuah lukisan ketika ia muncul di hadapan kita, sebenarnya dia dalam proses berubah. Lukisan itu sendiri mungkin tidak terlihat lagi, becek, lembab atau bahkan berlumut. Atau sebaliknya lukisan bisa jadi telah dipercantik oleh warna-warna yang muncul kemudian, relief-relief baru telah terpahat dan kaligrafi indah telah menjadi bagian dari sebuah lanskap.
Kita (tentu) tak bisa menilai masa kini dengan standar masa lalu. Apapun yang hidup (fana) punya kecenderungan berubah, entah sedikit atau pun banyak. Meninggalkan atau ditinggalkan. Maka bayangkan pada suatu masa ketika semua teman sudah tiada, apa-apa yang membuat tertawa bahagia sirna. Masihkah engkau bisa tertawa dengan lepasnya.
Karena itulah kita butuh teman. Sepanjang sejarah manusia butuh orang lain, manusia tak tahan jika harus sendiri, (sebagaimana) manusia (juga) tak tahan dalam penjara. Dan seburuk-buruknya penjara adalah penjara pemikiran.
Pada era atau masa yang belum lama berlalu, kita mengingat bahwa buku pernah menjadi pemecah kebuntuan. Karena buku seorang penjahit mampu memiliki kearifan melebihi seorang raja. Kata-kata bijak lebih langka adanya dari batu zamrud, namun orang-orang (bisa) mendengarnya dari mulut hamba perempuan miskin pemutar batu giling.
Ini adalah era sebelum Jack Ma kata-kata yang sangat sarkatik, “Ketika kamu miskin, belum sukses, semua kata-kata bijakmu terdengar seperti kentut. Tapi ketika kamu kaya dan sukses, kentutmu terdengar sangat bijak dan menginspirasi.” Tidak salah kata-kata Jack Ma, hanya mengingatkan dia hidup dengan mengalami banyak penolakan dan lahir pada kebudayaan yang sangat mencintai uang. Hari raya tahun baru Cina itu kita biasa mendengar kalimat “Gong Xi Fatchai” yang artinya bukan selamat tahun baru tapi semoga kamu bertambah kaya.
Pemikiran menjadi jumud dan terpenjara ketika hanya mendengar kata-kata mereka yang kaya dan berkuasa saja. Di puncak kekuasaan, persahabatan ibarat tali yang getas, (sering) palsu. Teman selalu bisa menjadi musuh, atau penghambat. Di sekitar sering berkerumun penjilat. Jika kekuasaan tidak menghargai persahabatan dan kebaikan hati manusia. Apakah di sana kita berharap kebijaksanaan? Sebab kekuasaan selain memberi (banyak) kemampuan, ternyata (juga) memberi ketidakmampuan. Kalau orang sedang menjabat (berkuasa), harta melimpah, sukar menilai dirinya sendiri. (Sangat) sukar.
Manusia bisa dibungkam, atau dijauhkan dari khalayak. Akan tetapi barang siapa yang pernah sendiri akan tahu bahwa ia tak pernah sendiri. Bahkan dalam sebuah sel pengap adalah sebuah dunia, selalu ada rumput yang tumbuh (di luar) dan laba-laba yang datang. Waktu yang mengubah sejarah di jalan-jalan raya, selalu menyeruak ke dalam.
Sebuah pikiran (bisa) terpenjara, tapi bukankah tiap-tiap manusia itu adalah merdeka menentukan dalam kalbu sanubarinya sendiri. Ketika ada yang salah maka tak ada hati yang tak marah.
XXX
- Genderang Pulang Sang Rajawali; 22 Februari 2018;
- Bacalah Ini Disaat Engkau Merasa Kalah; 28 Maret 2018;
- Dengarlah Suara Kematian; 15 Juli 2018;
- Agar Hidup Lebih Terasa Hidup; 18 Oktober 2018;
- Telatah Yang Patah-Patah Menuju Makrifat; 11 Desember 2018;
- Laut Dan Senja; 10 Januari 2019;
- Jika Hari Ini Adalah Kemarin; 20 Februari 2019;
- Jangan Mencintai Lautan; 3 April 2019;
- Syair Perahu oleh Hamzah Fansuri; 3 April 2019;
- Seorang Tanpa Nama Tanpa Gelar; 15 Mei 2019;
- Membaca Angin Menghindari Badai; 28 September 2019;
- Perjalanan Yang Luar Biasa; 4 Desember 2019;
- Sunyi; 19 Maret 2020;
- Apa Arti Masa Depan; 10 Juli 2020;
- Perahu Baa Mencapai Alif; 23 September 2020;
Pingback: SEMERBAK AROMA ANGSANA DI BANDA ACEH | Tengkuputeh
Pingback: ILMU MEMAHAMI ILMU | Tengkuputeh
Pingback: DERITA | Tengkuputeh
Pingback: LEMBU PATAH | Tengkuputeh
Pingback: JANGAN (MUDAH) PERCAYA DENGAN APA YANG KAU BACA | Tengkuputeh
Pingback: ACEH YANG DILUPAKAN | Tengkuputeh
Pingback: SEJARAH TAK BERPIHAK KEPADA KITA | Tengkuputeh
Pingback: GELAS KEHIDUPAN | Tengkuputeh
Pingback: DI BAWAH NAUNGAN LENTERA | Tengkuputeh