DRAGON DIALOG

Dialog Dragon

Kalau diterapkan dengan benar, logika bisa mengatasi kurangnya kebijakan, yang hanya bisa diperoleh melalui usia dan pengalaman.

DRAGON DIALOG

Mereka membisu sejenak, lalu guru bertanya, “Bisakah kau katakan, alat mental paling penting apa yang bisa dimiliki seseorang?”

Pertanyaan serius, dan murid cukup lama sebelum berkata, “Kebulatan tekad.”

Guru mencabik roti menjadi dua dengan jemarinya. “Aku bisa memahami kenapa kau mendapat kesimpulan itu. Kebulatan tekad terbukti berguna dalam petualanganmu kelak. Tapi bukan. Maksudku alat yang diperlukan untuk memilih tindakan terbaik dalam situasi apapun. Kebulatan tekad umum dimiliki di antara orang-orang bodoh dan lambat, juga di antara mereka yang cerdas dan cemerlang. Jadi, bukan, kebulatan tekad bukanlah yang kita cari.”

Kali ini murid memperlakukan pertanyaan itu sebagai teka-teki, menghitung jumlah katanya, membisikkan keras-keras untuk mencari tahu apakah ada arti tersembunyi. Masalahnya, ia tak lebih daripada pemecah teka-teki kelas menengah. Pikirannya terlalu harfiah untuk memecahkan teka-teki yang belum pernah didengarnya, warisan dari cara ayah yang praktis membesarkannya.

“Kebijaksanaan,” katanya pada akhirnya. “Kebijaksanaan adalah alat yang paling penting yang bisa dimiliki seseorang.”

“Tebakkan yang cukup bagus, tapi, sekali lagi, bukan. Jawabannya adalah logika. Atau, dengan kata lain, kemampuan berpendapat secara analisis. Kalau diterapkan dengan benar, logika bisa mengatasi kurangnya kebijakan, yang hanya bisa diperoleh melalui usia dan pengalaman.”

Murid mengerutkan kening, “Ya, tapi guru bukankah memiliki hati yang baik lebih penting daripada logika? Logika murni bisa menyebabkan saya bisa mendapatkan kesimpulan yang secara moral salah, sedang jika saya bermoral jujur, dipastikan saya tidak mengambil tindakan memalukan.”

Senyum tipis muncul di bibir guru. “Kau salah memahami permasalahannya. Yang ingin aku ketahui adalah alat yang paling berguna yang bisa dimiliki seseorang, terlepas dia baik atau jahat. Aku setuju memiliki sifat baik sangat penting, tapi aku yakin jika kau harus memilih antara memberi penawaran mulia pada seseorang atau mengajari berpikir jernih. Maka kau akan lebih memilih mengajarinya berpikir jernih. Terlalu banyak masalah di dunia ini disebabkan orang-orang yang memiliki tujuan baik tapi dari benak yang salah.”

“Sejarah memberi kita puluhan contoh orang-orang yakin mereka benar dan melakukan kejahatan mengerikan karenanya. Ingatlah, muridku, bahwa tidak ada yang menganggap dirinya penjahat, dan hanya yang sedikit orang yang mengambil keputusan yang menurut mereka salah. Seseorang mungkin tidak menyukai pilihannya, tapi ia akan mempertahankannya karena, bahkan dalam kondisi terburuk, ia percaya itulah pilihan terbaik yang tersedia baginya waktu itu.”

“Kalau dianalisis secara terpisah, menjadi orang yang lebih baik bukanlah jaminan kau akan bertindak dengan baik, yang mengembalikan kita pada perlindungan yang kita miliki terhadap para penipu, siasat licik bahkan kesintingan orang banyak, dan pembimbing kita menjalani kehidupan yang tidak pasti, pikiran jelas dan beralasan. Logika tidak pernah mengecewakan dirimu, kecuali kau tidak menyadari, atau sengaja mengabaikan konsekuensi tindakamu.”

“Kalau semua guru logis itu,” kata murid, “maka kalian semua pasti menyetujui tindakan yang harus diambil.”

“Jarang,” kata guru. “Seperti setiap kelompok orang, kami mengikuti banyak sekali aturan yang bermacam-macam dan, akibatnya, kami sering mencapai kesimpulan yang bertentangan, bahkan dalam situasi yang sama. Kesimpulan, kalau boleh kutambahkan, yang masuk akal dari sudut pandang semua orang. Dan sekalipun aku menginginkan yang sebaliknya, tidak semua guru melatih pikirannya dengan benar.”

“Bagaimana guru mengajarkan logika ini padaku?”

Senyum guru melebar. “Dengan metode paling tua dan efektif, berdebat. Aku akan bertanya kepadamu, lalu kau akan mempertahankan jawabanmu.” Ia menunggu sementara murid mengisi gelas dengan air. “Misalnya, bagaimana dengan bentuk bumi?”

Murid tidak siap menghadapi perubahan topik yang tiba-tiba ini. Tadinya guru hanya akan membicarakan hal-hal santai di sore ini, “semua orang tahu kalau bumi itu bulat.”

“Lalu kau mempercayai kata-kata mereka?”

“Maksud guru?”

“Bahwa kau mempercayai kata orang-orang tanpa pernah berusaha membuktikannya?”

“Tepat sekali,” kata murid.

“Ah, tapi coba jawab ini, buktikan!”

“Kalau ada kapal yang berangkat meninggalkan lautan, lamat laun ia menghilang karena menuju sisi bumu yang lain, itu membuktikan bumi itu bulat.” Murid tersenyum puas.

“Tidakkah itu terjadi karena bumi terlalu luas, sehingga jarak pandang berkurang?”

Murid ternganga, tertegun karena guru bisa membalikkan jawabannya. Bumi jelas bulat, dan tertegun karena tidak ada jawaban mudah yang ditemukannya. Ia tahu dirinya benar, tapi bagaimana membuktikannya? “Apa anda berpendapat bumi itu tidak bulat?”

“Bukan itu pertanyaannya?”

“Tapi guru pasti berpendapat begitu,” Kata murid, berkeras.

Dengan janggut tercelup teh, guru melanjutkan minum, membiarkan murid mendidih dalam kebisuan. Sesudah selesai, guru melipat tangan di pangkuan dan bertanya, “Apakah aku membuatmu gusar?”

“Ya, benar.”

“Baiklah, kalau begitu, pertimbangkan terus masalah ini hingga kau menemukan jawaban. Kuharap jawaban yang meyakinkan.”

Keesokan harinya murid datang dengan wajah muram, ia mencari guru diruangannya. “Saya yakin bumi bulat, kitab-kitab yang saya baca semalam berkata begitu, terserah guru percaya atau tidak. Saya belum mampu membuktikan sekarang, tapi kelak akan.”

Murid meletakkan berbagai kitab yang diperoleh, dan membuka berhalaman-halaman serta menunjukkan dengan bersemangat, sang guru memperhatikan lingkaran hitam di sekitar mata si murid, ia tersenyum. “Terserah guru percaya atau tidak, bumi ini bulat!”

“Benar muridku, bumi ini bulat. Tapi bukan itu pesan yang ingin aku katakan kepadamu. Jika kamu meyakini sesuatu buktikan!”

Murid tersenyum.

Katalog Cerita Pendek:

  1. Sebentuk Harta; 10 Agustus 2008;
  2. Elegi Pagi Hari, Sebuah Cerpen; 13 Agustus 2008;
  3. Keindahan Sang Rembulan; 5 September 2008;
  4. Ketidakagungan Cinta; 10 Oktober 2008;
  5. Tempat Tiada Kembali; 13 Oktober 2008;
  6. Pada Pandangan Pertama; 18 Oktober 2008;
  7. Aku Tak Mengerti Kamu; 24 Oktober 2008;
  8. Mengenang Sebuah Perjalanan Cinta; 3 November 2008;
  9. Selamanya; 14 Desember 2008;
  10. Ode Seorang Bujang; 17 Desember 2008;
  11. Sepucuk Surat Untuk Lisa; 1 Januari 2009;
  12. Wasiat Teruntuk Adinda Malin Kundang; 4 Februari 2009;
  13. Tidak Sedang Mencari Cinta; 23 Februari 2009;
  14. Hanyalah Lelaki Biasa; 6 April 2009;
  15. Wasiat Hang Tuah; 29 Mei 2009;
  16. Ode Seekor Elang; 8 Juni 2009;
  17. Tak Ada Apa Apa; 7 Oktober 2009;
  18. The Last Gentleman; 4 Desember 2009;
  19. Renungan Majnun Seorang Penarik Cukai; 31 Mei 2010
  20. Yang Tak Akan Kembali; 10 Juni 2010;
  21. Kisah Sebelum Sang Pengeran Selesai; 5 Juli 2010;
  22. Penyihir Terakhir; 15 Maret 2011;
  23. Santiago Sang Pelaut; 23 Maret 2012;
  24. Iblis Namec Vs Manusia Saiya; 6 April 2012;
  25. Ashura; 13 Februari 2013;
  26. Selamat Tinggal Andalusia; 10 Maret 2013;
  27. Narsis Yang Berbeda; 28 April 2013;
  28. Istana Kosong; 4 Juni 2013;
  29. Bangsawan Pandir; 10 Juni 2013;
  30. Kematian Bhisma; 15 Juni 2013;
  31. Badai Sejarah; 29 Juli 2013;
  32. Cerita Cinta; 7 Agustus 2013;
  33. Perjalanan; 29 November 2013;
  34. Jaring Kamalanga; 29 Desember 2013;
  35. Lelaki Sungai; 19 Januari 2014;
  36. Persahabatan Kambing Dan Serigala; 19 Desember 2014;
  37. Pesan Kepada Penguasa; 17 Januari 2015;
  38. Bagaimana Mengubah Timah Hitam Menjadi Emas; 11 April 2015;
  39. Setelah Revolusi Selesai; 6 Oktober 2016;
  40. Harlequin Dan Pohon Harapan; 30 Oktober 2016;
  41. Permufakatan Para Burung; 5 Januari 2017;
  42. Kepada Cinta Yang Berumur Seminggu; 13 April 2017;
  43. Senja Di Malaka; 14 Juni 2017;
  44. Mengecoh Sang Raja; 17 Oktober 2017;
  45. Wawancara Dengan Sang Iblis; 1 Januari 2018;
  46. Legenda Gajah Putih; 12 Januari 2018;
  47. Genderang Pulang Sang Rajawali; 22 Februari 2018;
  48. Kisah Menteri Jaringan Melawan Kapitalisme Amerika; 17 Desember 2018;
  49. Legenda Naga Sabang; 29 Mei 2020;
  50. Legenda Gunung Geurutee; 1 Juni 2020;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cerita, Kolom, Mari Berpikir, Opini, Pengembangan diri and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

61 Responses to DRAGON DIALOG

  1. katamiqhnur.com says:

    hahaha. kerenn..
    mampir baliknya di tunggu yaa..
    katamiqhnur.com

  2. Pingback: MENCARI JURUS PENANGKAL FITNAH, SEBUAH JURNAL ILMIAH | Tengkuputeh

  3. Pingback: HOW TO PREVENT HOAX, A SCIENTIFIC JOURNAL | Tengkuputeh

  4. Pingback: SEBENTUK HARTA | Tengkuputeh

  5. Pingback: ELEGI PAGI HARI, SEBUAH CERPEN | Tengkuputeh

  6. Pingback: KEINDAHAN SANG REMBULAN | Tengkuputeh

  7. Pingback: KETIDAKAGUNGAN CINTA | Tengkuputeh

  8. Pingback: SEPUCUK SURAT UNTUK LISA | Tengkuputeh

  9. Pingback: RENUNGAN MAJNUN SEORANG PENARIK CUKAI | Tengkuputeh

  10. Pingback: SELAMAT TINGGAL ANDALUSIA | Tengkuputeh

  11. Pingback: SENJA DI MALAKA | Tengkuputeh

  12. Pingback: TEMPAT TIADA KEMBALI | Tengkuputeh

  13. Pingback: PERJALANAN | Tengkuputeh

  14. Pingback: MENGECOH SANG RAJA | Tengkuputeh

  15. Pingback: AKU TAK MENGERTI KAMU | Tengkuputeh

  16. Pingback: THE LAST GENTLEMAN | Tengkuputeh

  17. Pingback: YANG TAK AKAN KEMBALI | Tengkuputeh

  18. Pingback: TAK ADA APA APA | Tengkuputeh

  19. Pingback: SELAMANYA | Tengkuputeh

  20. Pingback: HANYALAH LELAKI BIASA | Tengkuputeh

  21. Pingback: WASIAT HANG TUAH | Tengkuputeh

  22. Pingback: ODE SEORANG BUJANG | Tengkuputeh

  23. Pingback: TEORI KEMUNGKINAN | Tengkuputeh

  24. Pingback: WASIAT TERUNTUK ADINDA MALIN KUNDANG | Tengkuputeh

  25. Pingback: PADA PANDANGAN PERTAMA | Tengkuputeh

  26. Pingback: KISAH SEBELUM SANG PANGERAN SELESAI | Tengkuputeh

  27. Pingback: KEPADA CINTA YANG BERUMUR SEMINGGU | Tengkuputeh

  28. Pingback: BADAI SEJARAH | Tengkuputeh

  29. Pingback: SANG KATALIS | Tengkuputeh

  30. Pingback: CERITA CINTA | Tengkuputeh

  31. Pingback: WAWANCARA DENGAN SANG IBLIS | Tengkuputeh

  32. Pingback: MENGENANG SEBUAH PERJALANAN CINTA | Tengkuputeh

  33. Pingback: SETELAH REVOLUSI SELESAI | Tengkuputeh

  34. Pingback: LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH | Tengkuputeh

  35. Pingback: SANTIAGO SANG PELAUT | Tengkuputeh

  36. Pingback: GENDERANG PULANG SANG RAJAWALI | Tengkuputeh

  37. Pingback: ODE SEEKOR ELANG - TengkuputehTengkuputeh

  38. Pingback: ODE SEORANG BUJANG - TengkuputehTengkuputeh

  39. Pingback: SEBENTUK HARTA - TengkuputehTengkuputeh

  40. Pingback: CERITA NARSIS YANG BERBEDA | Tengkuputeh

  41. Pingback: KISAH MENTERI JARINGAN MELAWAN KAPITALISME AMERIKA | TengkuputehTengkuputeh

  42. Pingback: KISAH MENTERI JARINGAN MELAWAN KAPITALISME AMERIKA | Tengkuputeh

  43. Pingback: ADA BANYAK CINTA | Tengkuputeh

  44. Pingback: LEGENDA GAJAH PUTIH BENER MERIAH | Tengkuputeh

  45. Pingback: TIDAK SEDANG MENCARI CINTA | Tengkuputeh

  46. Pingback: ODE SEEKOR ELANG | Tengkuputeh

  47. Pingback: PERSAHABATAN KAMBING DAN SERIGALA | Tengkuputeh

  48. Pingback: JARING KAMALANGA | Tengkuputeh

  49. Pingback: HIKAYAT NARSIS YANG BERBEDA | Tengkuputeh

  50. Pingback: ODA NOBUNAGA BANGSAWAN PANDIR | Tengkuputeh

  51. Pingback: TAKTIK ISTANA KOSONG IEYASU TOKUGAWA | Tengkuputeh

  52. Pingback: IEYASU TOKUGAWA SANG ASHURA | Tengkuputeh

  53. Pingback: ODE SEEKOR HARIMAU | Tengkuputeh

  54. Pingback: PESAN KEPADA PENGUASA | Tengkuputeh

  55. Pingback: AKHLAK | Tengkuputeh

  56. Pingback: AKHIR RIWAYAT SANG DURJANA | Tengkuputeh

  57. Pingback: HIKAYAT MEURAH SILU | Tengkuputeh

  58. Pingback: RAJA DEKAT TUHAN JAUH | Tengkuputeh

  59. Pingback: IBLIS NAMEC VS MANUSIA SAIYA | Tengkuputeh

  60. Thomas Moran says:

    Aweesome blog you have here

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.