SURGA
Sebenarnya aku, seperti juga para leluhurku.
Sama seperti semua orang juga.
Menginginkan surga, yang diriwayatkan dipenuhi kebun-kebun besar.
Dialiri oleh sungai-sungai susu, dipenuhi bidadari.
Namun, suara batinku menjerit.
Menghina dan meracau, bisakah engkau?
Durjana buduk tak tahu diri, haus akan nafsu duniawi.
Menikmati diam-diam setiap basah-kuyup dipelabuhan biru.
Sebenarnya aku, bukan seperti disangka.
Sama seperti semua orang juga.
Memiliki nafsu angkara, namun aku tak kuasa menahannya.
Menceburkan diri dalam godaan-godaan tak berbatas.
Tak lebih dari selangkangan berkurap ini.
Pernah dengan tegas menolaknya, menghina pengagumnya.
Akan tetapi hari ini merasa gusar, cemas dan takut.
Malu-malu merindukannya, surga.
Bait Al Hikmah, 8 Sya’ban 1434 H (bersamaan 17 Juni 2013)
Maka tidaklah bagus merenungkan terlalu kesalahan masa lalu. Jika kita tidak bisa saling memaafkan apa yang telah dilakukan masing-masing kita, tak akan ada perdamaian antara kita.
Pingback: HEAVEN | Tengkuputeh
Pingback: SEMINGGU SETELAH TSUNAMI ACEH | Tengkuputeh
Pingback: DENGARLAH SUARA KEMATIAN | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: JANGAN MENCINTAI LAUTAN | Tengkuputeh
Pingback: DENGARLAH SUARA KEMATIAN | Tengkuputeh
Pingback: NUN | Tengkuputeh
Pingback: YANG TERCINTA MALAHAYATI | Tengkuputeh
Pingback: CINCIN | Tengkuputeh
Pingback: ODA SEBATANG POHON | Tengkuputeh
Pingback: SENANG BAGI MEREKA YANG BERPUNYA | Tengkuputeh
Pingback: DALAM JUBAH SUFIKU | Tengkuputeh