
Disanalah misteri cinta, bukan? Ketika hati dapat menjangkau kualitas-kualitas yang tidak tertangkap mata.
CINCIN
Syair ini diperbuat dengan jiwa, bukan dengan tangan. Apa yang bergelora di dalam sanubari ini, aku tumpahkan. Dan bagi kamu yang membaca, aku berharap jiwamu akan merasa.
Tahukah kamu? Aku yang engkau ketahui tak terkalahkan ini, adalah seorang ksatria yang tak pernah benar-benar bertempur. Sebenarnya, aku hanya menatap dunia melalui perpustakaan, tempat menakjubkan. Kadang-kadang aku merasa di bawah kenopi sebuah stasiun kereta api, dan jika aku sedang membaca buku tentang perjalanan ke pulau-pulau jauh, aku merasakan berada disana.
Tak ada niatku meninggalkan ini semua, tak pernah terlintas di kepalaku. Ternyata hidup tidak membiarkan satu orang pun lolos untuk cuma menjadi penonton. Semua harus mencicipi ombak. Hadirlah kamu. Orang yang langsung menduduki peringkat nol dalam hidupku. Dibutuhkan waktu dua puluh sembilan tahun untuk menemukanmu. Dan aku menyadari jatuh cinta. Bukan lagi jatuh. Aku terjun bebas. Tanpa tali pengaman. Tanpa peduli apa yang menyambutku di dasar sana, kalau memang ada dasarnya.
Sebesar apa hati yang menampung seluruh cinta di semesta ini? Sebesar cinta itu sendiri. Saat perasaan menggelegak memenuhi rongga dada, hanya ingin melihat kamu. Tak akan merasa akan bertemu orang lain yang lebih berarti dibandingkan kamu. Mungkin pendapatku ini berlebihan, tapi saat ini aku bahagia (bila) kau merasakan hal yang sama kepadaku.
Aku menyadari kekuranganku, tak pernah basa-basi. Dengan jujur dan tanpa kompromi, aku menunjukkan bahwa terkadang aku memperlihatkan kekerasan hati kepadamu. Kadangkala aku bertanya kepada diriku sendiri? Apakah bola mata hitam kekasihku itu menatapku dengan perasaan bagaimana? Aku tidak tahu apakah kamu sedang sedih, atau tersenyum, atau tersenyum sedih. Aku bagai kuda bodoh ini tidak bisa merasakan isi hatimu.
Segala kitab yang aku baca mengajarkan segalanya, hampir semuanya. Kecuali dirimu. Kamu bukan tokoh di dalam buku, kamu terlalu kompleks untuk digambarkan di dalam kertas, kamu nyata. Aku tak terbiasa mengelola perasaan, aku terlalu banyak membaca, aku belum memahami dirimu sebaik kamu memahami aku. Ajari aku mempelajari isi hatimu, menghargai buah pikirmu. Aku ingin kamu berbahagia, karena kamu adalah orang yang akan kupilih mendampingi aku di sisa hidupku, dan menjadi ibu anak-anak kita. Engkau sangat berarti.
Ini adalah awal segalanya, yakinlah. Setiap pertemuan pasti memiliki maksud yang sempurna. Untuk kamu, saya ada. Dan untuk saya, kamu ada. Kita hadir untuk menyempurnakan satu sama lain. Terima kasih untuk segala cinta yang engkau berikan. Ketahuilah, aku cinta akan engkau, dan kalau aku mati adalah kematianku di dalam mengenang engkau.
Bait Al Hikmah, 14 Jumadil Awwal 1415 Hijriah (bertepatan 15 Maret 2014)
Beberapa Syair Romantis:
- Berakhir Disini; 16 Juli 2009;
- Cerita Sebuah Gudang; 14 Januari 2010;
- Selamat Ulang Tahun Mama; 1 Februari 2010;
- Pledoi Iblis Jilid Dua; 14 Mei 2010;
- Sang Maha Durjana; 18 Juni 2010;
- Kenangan Akan Gerimis; 11 Februari 2012;
- Ada Setelah Tiada; 26 Februari 2012;
- Santiago Sang Pelaut; 23 Maret 2012;
- Monolog Bulan; 4 Juni 2012;
- Ode Seekor Harimau; 18 Agustus 2012;
- Al-Muwasysyah; 23 Mei 2013;
- Surga; 17 Juni 2013;
- Direbut Kabut Kelam; 10 Agustus 2013;
- Musim Hujan; 11 September 2013;
- Untukku; 17 November 2013;
Pingback: NUN | Tengkuputeh
Pingback: ODA SEBATANG POHON | Tengkuputeh
Pingback: SENANG BAGI MEREKA YANG BERPUNYA | Tengkuputeh