
Lawan bukanlah musuh, dan manusia, makhluk yang bermain, tak usah malu untuk tak senantiasa bersungguh-sungguh.
PLEDOI IBLIS JILID DUA
Entah syaithan mana yang merasukimu hingga engkau mengancamku? Aku yang terlihat tolol ini bukan tak tahu. Aku hanya merasa tak perlu tahu akan tingkah polah dibelakangku. Ada hal lain yang lebih penting untuk disimpan bermega terra kapasitas otakku. Bukan itu, yang menjadi perhatian bagiku.
Kuberitahu sebuah rahasia. Tiada Iblis yang bertaubat walau tuhan dengan Maha Pengasih dan Maha Penyayang membuka pintu itu sampai hari penghakiman. Namun seorang penghulu malaikat bernama Kana’an pernah berkhianat dan memilih menjadi Iblis.
Dan tahukah kamu? Ada banyak malaikat yang diciptakan, mulai dari Jibril hingga Mikail. Namun ketahuilah satu hal pasti hanya ada satu iblis. Maka apa urusan kau harus menggetarkanku dengan ancaman yang belum berusia ribuan tahun, bahkan yang terkuat di semesta kubantah.
Meminjam kalam, satu hal yang ingin kukatakan dalam pledoi ini, Katakan pada yang menguasaimu, ancaman itu tak menggetarkanku. Tangan-tanganmu tak akan pernah bisa menyentuhku. Tahu kenapa? Karena aku tak memiliki harapan. Dan sesuatu yang tak memiliki harapan juga tak memiliki ketakutan.
Jika engkau memang bernyali, coba tatap mataku. Dan ulangi kata-katamu.
xxxxx
Van… jujur aja ni aku bilang ya.. g ngerti aku isi postingan kau ni.. coba lahh dulu kau jelaskan, makna didalamnya?atau ada semacam analogi cerita disitu? Jangan kau kecewa dengan komen aku ya hehehehhe…
Tidak ada makna apa2… Hanya sebuah tulisan biasa saja :D…
tengku, sptnya pledoi ini sdh pernah ku baca dan sdh ada sebelumnya,,,, betul…betul…betul…
hehehehe, iya anie ini hanya pengembangannya. Oleh karena itu dia berjilid dua 😀
Pingback: TERIMA KASIH PADA SASTRA | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: MANUSIA SEMESTA | Tengkuputeh
Pingback: SENANG BAGI MEREKA YANG BERPUNYA - TengkuputehTengkuputeh
Pingback: BUSUK - TengkuputehTengkuputeh
Pingback: DENGARLAH SUARA KEMATIAN | Tengkuputeh
Pingback: BARA API IDEALISME | Tengkuputeh
Pingback: PASRAH | Tengkuputeh
Pingback: PADA AKHIRNYA KITA (JUGA) TAK PAHAM | Tengkuputeh
Pingback: PENGEMBARAAN | Tengkuputeh
Pingback: YANG TERCINTA MALAHAYATI | Tengkuputeh
Pingback: CINCIN | Tengkuputeh
Pingback: MONOLOG BULAN | Tengkuputeh
Pingback: DALAM JUBAH SUFIKU | Tengkuputeh