BERMAIN DENGAN WAKTU
Aliran kehidupan seperti sungai. Detak waktu telah membuat sadar bahwa diri tak lagi merupakan kanak-kanak. Hari ini kumengingat diri sebagai seorang bocah berumur tujuh tahun. Seperti pertama kali melihat matahari tenggelam, sudah banyak yang terlewati.
Dan hari ini ku mendapati tak akan ada yang mengerti, dan tak ada yang peduli dan tak akan pulang kembali. Bersama impian dan keyakinan tak akan menyerah. Mengingat sumpah setia bersama teman-teman yang telah pergi.
Berpikir bagaimana kehidupanku kembali setelah menjalani jalan ini tanpa berpikir lari dari takdir hingga pertolongan tiba. Mimpi dan cita belum terlaksana semuanya. Betapa sulit melaksanakan impian seorang bocah dunia dewasa, betapa kesempurnaan ide terbentur dengan realita.
Dan kumerasa sudah saatnya ku kembali, tanpa harus menahan satu malam lagi. Jika engkau mendapati mataku terpejam maka semua sudah tak ada. Aku pulang, dan jika pun semua cita-cita lama tak tercapai. Maka, aku bisa bergembira dalam kepulangan ini. Pulang sebagai manusia merdeka.
XXXXXXXX
Sepertinya halnya mimpi, begitu berkilauan di masa kanak dan remaja. Namun hidup menuntut kita untuk terus dewasa.
Ada yang tetap berani membawa mimpi masa kecilnya terus menerus, ada yang terjebak pada titik yang acapkali disebut: realistis.
Nemun demikianlah hidup.
hidup adalah hidup, dan lelaki pasti memiliki sisi kanak2 disetiap mimpinya.
… aku ingin merdeka
dr sgala ida ….(c.a)
hehehehe. ide atau ida kang?
Merdeka… haiyah kan blom agustusan!!
merdeka setiap saat, agustus kita peringati.
Pingback: TERIMA KASIH PADA SASTRA | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: SEBUAH KOTAK HITAM | Tengkuputeh
Pingback: MAKNA PUISI YANG HILANG | Tengkuputeh
Pingback: SEGALA SESUATU MEMILIKI ASAL MULA | Tengkuputeh
Pingback: MAKNA NOSTAGIA | Tengkuputeh
Pingback: PASRAH | Tengkuputeh
Pingback: PADA AKHIRNYA KITA (JUGA) TAK PAHAM | Tengkuputeh