
Manusia, ditengah suasana murung yang tak terhindarkan tak semuanya patah. Dalam kesulitan selalu terbit harapan. Mungkin kita perlu menghangatkan tekad untuk berjuang mengatasi segala kekurangan.
TINGKAH LAKU MANUSIA
Sepotong catatan Leonardo da Vinci, di akhir abad ke-15
“…manusia, yang dengan rasa ingin tahu yang riang berharap mendapatkan musim semi baru, musim panas baru dan bulan-bulan yang baru selamanya… tak tahu bahwa dalam kerinduannya itulah terbawa kuman kematiannya sendiri.”
Sepanjang sejarah dunia siapakah yang paling mendominasi bumi? Manusia. Ya, kita tiba di zaman manusia menguasai segalanya. Manusia mendesak binatang-binatang terkuat ke hutan, memberi lebel binatang langka demi kepuasan hasrat. Manusia mengacuhkan keberadaan makhluk gaib. Ada apa dengan manusia?
Manusia dianugerahi kecerdasan oleh tuhan. Kecerdasan yang bisa mengatasi keterbatasan, seraya menyadari keterbatasan kecerdasan itu sendiri. Manusia dengan kemampuan ini ditunjuk tuhan untuk menjadi khalifah (pemimpin) dimuka bumi.
Manusia menulis sejarah, menulis ilmu pengetahuan demi kepentingan bersama. Iqra! Bacalah adalah perintah pertama dalam agama. Belajar, itulah kelebihan manusia dibanding makhluk lainnya. Andaikan ada seekor kambing yang berumur panjang dihutan bebas, selamat dari kejaran singa selama tiga puluh tahun. Maka dia akan menjadi legenda. Namun legenda itu tak akan pernah dapat dipelajari oleh kambing generasi berikutnya, sederhana saja. Suku bangsa kambing tak mengenal tulisan.
Namun manusia adalah adalah mahkluk yang bisa meleset dalam memperkirakan, manusia bukan peran yang pasif. Dia aktif dan berkemauan. Manusia berkemampuan sesat dijalan. Sesat dengan keangkuhan bahwa dirinya adalah segalanya. Memaklumkan diri sebagai penguasa mutlak alam semesta. Luar biasa.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang menciptakan topeng. Awalnya untuk tidak diterkam oleh harimau dari belakang. Segera setelah itu manusia sadar, kelebihan topeng. Manusia mampu menyerupakan diri dengan apa saja. Dan manusia menjadi sosok yang bukan dirinya. Hidup dalam masyarakat sosial berat kawan. Tak ada singa yang malu mengakui kerakusannya, namun manusia perlu menyembunyikan keserakahannya. Perlu meski semua orang tahu.
Demi mencapai tujuan, manusia berkemauan merendahkan dirinya. Dengan memohon makhluk yang seharusnya ia pimpin. Jin dan syeitan menjadi sarana. Namun uanglah yang telah menjadi berhala terbesar dizaman ini. Itulah yang terjadi apabila manusia telah menjadi hamba, sahaya dari nafsu angkara.
Kehidupan ini, berada dijalan yang lurus. Mudah sekaligus susah. Mudah ketika kita mengikuti alur yang lurus tanpa melihat kiri dan kanan. Menjadi sulit apabila terlalu kekiri dan kekanan. Ada lidah api yang siap menyambar. Kehidupan ini, persis Siratul Mustaqim (Jalan yang lurus).
Manusia, ditengah suasana murung yang tak terhindarkan tak semuanya patah. Dalam kesulitan selalu terbit harapan. Mungkin kita perlu menghangatkan tekad untuk berjuang mengatasi segala kekurangan. Manusia tak terlahir sempurna, namun ia harus belajar dari segalanya. Dan itu semua harus diawali oleh manusia, ya diri ini sendiri.
XXXXXXXX
- Topeng; 9 Oktober 2008
- Hantu; 20 Februari 2009;
- Angin; 19 Februari 2010;
- Pahit; 8 Maret 2012;
- Sahabat; 1 April 2012;
- Repetisi; 2 Agustus 2012;
- Musafir; 9 September 2012;
- Benak; 16 September 2012;
- Pasrah; 22 September 2012;
- Tahu; 10 November 2012;
- Takut; 15 November 2012;
- Tragedi; 20 November 2012;
- Busuk; 8 Mei 2013;
- Nisbi; 13 Desember 2013;
- Akhlak; 13 Agustus 2015;
“Demi mencapai tujuan, manusia berkemauan merendahkan dirinya.” Ini memang menjadi dilema, apalagi kadang ada orang yg rela untuk direndahkan agar mendapatkan sesuap nasi.
Iya teman,,, klw demi mencari sesuap nasi wlw salah kita msh mampu memaafkan… Namun demi keserakahan??? Mampukah kita…
Pingback: BERMAIN DENGAN WAKTU - TengkuputehTengkuputeh
Pingback: SERAKAH | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: AGAR HIDUP LEBIH TERASA HIDUP | Tengkuputeh
Pingback: PASRAH | Tengkuputeh
Pingback: JANGAN GOLPUT | Tengkuputeh
Pingback: PADA AKHIRNYA KITA (JUGA) TAK PAHAM | Tengkuputeh
Pingback: BUSUK | Tengkuputeh
Pingback: TEMUKAN MENTOR RAHASIAMU | Tengkuputeh
Pingback: PENGEMBARAAN | Tengkuputeh
Pingback: ANAK-ANAK | Tengkuputeh
Pingback: NGANGKANG STYLE | Tengkuputeh