
Mustahil menjalani hidup tanpa terluka, atau menolak terluka. Luka-luka yang dikumpulkan menandai kesalahan sekaligus keberhasilan.
BENAK
Terkadang seorang penyair terlalu membesarkan apa yang ada dibenaknya, layaknya kecemasan burung jalak seolah mimpi seorang raja. Tapi itu perlu, apalah penghiburan bagi pemegang kuasa akan kata selain syair, sederhana bagi awam tapi luar biasa bagi yang paham. Ketika ia terlibat dalam apa yang terjadi di dunia, tapi tak ingin terlibat kelicikan di sekitarnya. Bukanlah benak sebuah angkuh, melainkan tiada manusia, yang tidak jijik dengan kerendahhatian palsu, dipaksakan untuk meninggikan diri, memuakkan.
Tahun ini bukanlah tahun menyenangkan, dalam keberadaan yang sejenak. Ketika segala yang terancang di benak hancur segalanya, ketika segala menjadi begitu sulit, ia sudah tak memiliki lagi segala alasan untuk angkuh, tak punya alasan untuk membenci kejatuhannya. Kemudian, ingatan dan waktu meninggalkannya. Apakah ini kebetulan? Yang acak dan kejam, atau ada tujuan dari pola dari semua kejadian, sunguh ini di luar pemahaman. Sebuah kemarahan (mungkin) memiliki tempatnya tersendiri, tapi ia tak membantu disini. Sama sekali tidak.
Sebuah ketenangan, mengkhianati kemarahan, mengalahkan emosi yang lain. Bagaimana bisa, seseorang yang memiliki kesedihan meremas-remas dada. Diminta, memberi nasehat untuk meyakinkan untuk terus berjuang, bahkan ketika ia tak lagi melihat jalan terang. Sungguh takdir memiliki humor yang dingin. Barangkali (memang) ia memiliki wajah yang datar, tapi ada orang yang lebih bijak, lebih pengalaman, lebih berhak pada panggilan itu, panggilan yang ia tak pernah menginginkannya, tidak pernah mencarinya, namun takdir menyodorkan semua ini kepadanya.
Ia yang tidak meminta apa-apa, dan juga (sebenarnya) juga tidak memberi apa-apa. Harus berkata, jangan kehilangan nyali sekarang, kita sudah berjalan sejauh ini. Apakah rasa baginya? Harus menyemangati mencapai tujuan, namun menyumpah, dengan kejam, pada dirinya sendiri, di dalam hati. Ia yang mempercayai apa yang ia ucapkan, tapi menyadari bahwa kata-katanya (mungkin) bukan sebuah kebenaran absolut.
Mustahil menjalani hidup tanpa terluka, atau menolak terluka. Luka-luka yang dikumpulkan menandai kesalahan sekaligus keberhasilan. Ia (mungkin) menyadari, bahwa dalam nama yang berbeda untuk hal yang sama, (mungkin) karena itu pula ia bertahan. Pertanyaannya adalah bagaimana menghentikan seseorang yang berniat bertahan tak peduli apapun halangan di depannya, sebuah tekad selalu mengalahkan takut, tekad paling baik berawal dari sikap pasrah. Karena sebaik-baiknya sebuah keputusan, berawal dari benak, benak yang berkasih sayang.
Padahal alam penuh dengan detil kecil, dan benak seorang manusia tak mampu menampung segalanya, walau benak lebih kuat daripada tubuh yang lemah. Memang jika ditela’ah sebenarnya, ujian sejati terhadap diri adalah apakah bisa tetap tenang dalam situasi yang penuh cobaan. Tidak semua orang dianugerahkan kesempatan mencicipinya, maka nikmatilah. Dan ketika ia berucap, aku akan menghadapinya, bahkan jika harus melakukannya sendiri. Ingatkan ia, bahwa seseorang di masa lalu, yang ia tahu mungkin ia tak akan pernah berjumpa kembali, pernah berkata, berhati-hatilah terhadap bisikan dusta, agar benakmu tak mereka tekan. Jangan dengarkan bayang-bayang gelap, agar kau tak diburu saat terlelap.
Sejak zaman lalu, meski segalanya tidak bisa seperti dulu. Adalah seseorang berhati nurani, merasa letih dan ingin sendiri, adalah manusia yang paling berbahaya di dunia.
VI-XV-XVII-XXVI-I-I-III-XIII-IX-XII-I-XIV
Pingback: MANUSIA | Tengkuputeh
Pingback: SEGALA SESUATU MEMILIKI ASAL MULA | Tengkuputeh
Pingback: TO READ THE HUMAN HEART | Tengkuputeh