PADA AKHIRNYA KITA (JUGA) TAK PAHAM

Keserakahan mampu membinasakan manusia dalam jumlah besar dengan hitungan bernama statistik.

PADA AKHIRNYA KITA (JUGA) TAK PAHAM

Pada akhirnya kita (manusia) yang sedang berada di jalan dan atau pasar yang ramai, tak akan banyak tahu. Di balik kekuasasaan itu ada apa, ada siapa. Pernahkah di dalam sebuah keriuhan mengamati manusia-manusia yang terlibat di dalamnya, di balik gemerlap maupun kumalnya manusia ada cerita di sana, cerita manusia tentang dirinya sendiri. Pada harapan pada kesedihan yang mungkin tak tampak pada kulit luarnya.

Maka yang menjadi pertanyaannya bila manusia sebagai makhluk tersendiri mampu penuh serakah? Serakah akan hanya berarti hasrat memperbesar milik semata melainkan juga keinginan memperluas rasa jeri di hati lawan yang tak sebanding dengan ancaman musuh.

Keserakahan mampu membinasakan manusia dalam jumlah besar dengan hitungan bernama statistik. Pada sikap manusia keserakahan menyusup, mungkin tak bisa dikatakan rakus, yang lahir atas ketakutan akan kelangkaan, adalah sifat paling dasar manusia. Ia dibentuk oleh sejarah.

Bahwa sifat serakah adalah sesuatu berbahaya, dia melingkupi segala cela. Kesombongan dan kekejian. Tidak mesti harta namun segalanya, bahkan sidrom langka yang begitu kuat sehingga masuk ke wilayah cemas dan akut. Bahwa rahmat tuhan tak dilihat sebagai sesuatu yang terpancar namun sebagai sesuatu yang harus diperebutkan.

Bahwa dalam keramaian maupun kesendirian kita mendapati, bahwa manusia bukanlah sesuatu yang kebajikan tanpa cacat. Bahkan mungkin tak ada yang seperti itu tak akan ada, dan jika pun ada maka kebajikan itu adalah sebuah kebohongan. Karena manusia yang mengenal dirinya akan mendapati dirinya penuh cela.

Mungkin sunyi adalah bentuk mulia, dalam kesunyiannya masing-masing ia menyadari bahwa ternyata ia tak mampu mengklaim mengubah dunia apalagi menginterprentasikannya. Dan walaupun dunia itu adalah dirinya sendiri. Bahwa manusia dan keserakahan adalah tema lama, tentunya. Dengan variasi-variasi terbaru. Selalu berulang sepanjang sejarah mungkin karena manusia tak kunjung mengerti sifatnya sendiri.

XXXXXXXXX

Beberapa renungan lalu:

  1. Cerita Tentang Masa Lalu; 1 Juli 2009;
  2. Salam Rindu Selalu; 9 Juli 2009;
  3. Perjalanan ini; 18 Agustus 2009;
  4. Menegakkan Keadilan; 3 November 2009;
  5. Angin; 19 Februari 2010;
  6. Manusia; 18 Maret 2010;
  7. Kekuatan Hati; 27 Maret 2010;
  8. Pledoi Iblis Jilid Dua; 14 Mei 2010;
  9. Memoar Romantik; 15 Juni 2010;
  10. Sang Maha Durjana; 18 Juni 2010;
  11. Bermain Dengan Waktu; 21 Mei 2011;
  12. To Kill A Mocking Bird; 19 Juli 2011;
  13. Poker Face; 13 Januari 2012;
  14. Mengapa Harus Berkata; 3 Februari 2012;
  15. Tentang Aku, Kamu Dan Kita; 10 Februari 2012;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Kisah-Kisah, Mari Berpikir, Opini and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

4 Responses to PADA AKHIRNYA KITA (JUGA) TAK PAHAM

  1. Pingback: KEGUNCANGAN FILOSOFIS | Tengkuputeh

  2. Pingback: AGAR HIDUP LEBIH TERASA HIDUP | TengkuputehTengkuputeh

  3. Pingback: AGAR HIDUP LEBIH TERASA HIDUP | Tengkuputeh

  4. Pingback: MAKNA NOSTAGIA | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.