MAKNA NOSTAGIA
Masa lalu tak pernah berdiri sendiri. Andai ia berdiri sendiri, ia tak akan pernah ada. Kita mengingat, dan itu sebenarnya mengaitkan apa yang kita ingat sesuatu yang muncul kembali dalam kepala kita dengan isi kepala yang ada di tubuh kita hari ini. Sebab itulah orang tak mengingat semua hal secara komplet. Masa lampau hadir kembali dalam bentuk yang telah di raut masa kini. Mengingat sebenarnya berjalan di sebuah jalur yang putus. Lupa adalah sebuah kesalahan. Sebaliknya, mengingat dianggap jalan raya yang tepat, itu arah yang sepatutnya. Saya tak percaya bahwa pernah ada jalan yang bersih itu. Di dunia kesadaran, tidak ada jalan yang tepat arah. Mengingat adalah menafsirkan masa lalu, tapi sudah tentu kita tidak bisa pergi untuk mencocokkan tafsir kita dengan masa lalu itu sendiri. Kita tak akan pernah bisa melangkah, biarpun sejenak, keluar dari waktu. Waktu bukan kereta api yang bisa sesekali berhenti dan masinisnya turun untuk menengok apa yang terjadi di gerbong belakang.
Di lain pihak, mengingat juga berarti membaca masa lalu dengan kecenderungan masa depan. Mereka yang memandang masa silam dengan nostagia, seperti sebagian orang yang kini menyambut kenangan dan memasang senyum lebar masa lalu. Sebenarnya sedang menemukan alasan baru untuk menyatakan kritik kepada masa sekarang. Dalam kritik itu tersirat hasrat untuk sesuatu di masa yang akan datang.

Masa lalu tak pernah berdiri sendiri. Andai ia berdiri sendiri, ia tak akan pernah ada. Kita mengingat, dan itu sebenarnya mengaitkan apa yang kita ingat sesuatu yang muncul kembali dalam kepala kita dengan isi kepala yang ada di tubuh kita hari ini.
Sebab itu, nostagia bukanlah kerinduan akan masa lalu. Nostagia justru menginginkan masa depan. Merangkul harapan hidupnya akan menjadi lebih bahagia, dan bisa jadi ia keliru. Kita hidup dengan yang disebut “kipas ingatan”. Siapa saja yang membuka lipatan “kipas ingatan” itu selalu menemukan hal-hal baru, bagian baru, bacaan baru. Tapi bila yang “lama” (yang diingat-ingat) akhirnya sama dengan yang “baru” (yang saat itu ditemukan), yang terjadi sebenarnya semacam paralelisme antara ingatan dan lupa.
Apalagi lupa bisa punya peran yang diinginkan. Seperti nostagia, lupa juga bisa merupakan protes terhadap hari ini yang tak menyenangkan.
Ada suatu masa ketika orang melihat masa lalu sebagai peninggalan yang penuh dongeng, ada lagi masa lain ketika orang menatapnya sebagai perintang. Bahkan batu tak pernah mandek dan berdiri sendiri. Sebagaimana masa lalu yang murni tak pernah ada, begitu juga masa kini dan masa depan. Manusia tak bisa lupa sama sekali, manusia tak bisa ingat secara lengkap, juga manusia tak bisa tanpa diam-diam berharap.
KATALOG OASE
- Tuhan Izinkan Hamba Untuk Tidak Jatuh Cinta; 13 Januari 2009;
- Kehidupan Yang Terkadang Paradoks; 30 Januari 2009;
- Hantu; 20 Februari 2009;
- Memoar Romantik; 15 Juni 2010;
- Sang Maha Durjana; 18 Juni 2010;
- Bermain Dengan Waktu; 21 Mei 2011;
- Tentang Aku, Kamu Dan Kita; 10 Februari 2012;
- Pada Akhirnya Kita (Juga) Tak Paham; 19 Februari 2012;
- Pahit; 8 Maret 2012;
- Cerita (Belum) Selesai; 29 Maret 2012;
- Sebuah Perjalanan Sebuah Cerita; 28 April 2012;
- Monolog Bulan; 4 Juni 2012;
- Titik Tiada Kembali; 7 Juli 2012;
- Repetisi; 2 Agustus 2012;
- Ode Seekor Harimau; 18 Agustus 2012;
Pingback: THE MEANING OF NOSTALGIA | Tengkuputeh
Pingback: MANUSIA SEMESTA | Tengkuputeh
Pingback: MENJELANG PARUH BAYA | Tengkuputeh