SANG MAHA DURJANA

Untuk membuat orang menertawakan kebenaran, untuk membuat kebenaran tertawa.

SANG MAHA DURJANA

Dan kenanglah saat-saat dimana kaki-kaki kecilmu berlari dipematang sawah mengembala kambing, dan tersenyumlah mengingat kesedihan ketika kesayanganmu menghilang. Kamu bukanlah seorang gembala baik, namun bagaimanapun sejarahmu tetap membanggakanku. Dan ingatlah ketika tangan-tangan kecilmu menjamah kuburan Cina tanpa rasa takut, ya tanpa rasa takut demi sekerat apel busuk. Sesaji borjuis adalah makanan Proletar, sisa begitu nikmat bersama peluh, ya peluh dan kegembiraan.

Sang Maha Durjana, kamu bukanlah sosok itu lagi. Kamu adalah kamu, namun waktu telah menjebakmu. Sejarahmu tak membentukmu menjadi bijak, entah angkara apa yang merasukimu. Ya, waktu telah mengubah segalanya. Ketika kamu menjadikan dirimu orang yang paling kamu benci, dahulu. Tak sangka itu dirimu sendiri.

Ya, kamu bukanlah anak bertubuh ceking itu. Yang bergetar membaca buku Godaan Iblis di perpustakaan sekolah ketika Iblis menciumi keping uang logam pertama, dan ketika Iblis bersumpah bahwa sang Raja Syaitan Ridha dan ikhlas jika keping uang logam itu lebih di tuhankan dibandingkan dirinya demi menyesatkan manusia.

Kamu adalah kamu yang sekarang, yang manipulatif. Kulitmu melembut bersama wajahmu yang semakin berisi. Materi betapa kamu berkata itu tiada guna, namun betapa dengan culasnya kamu menggunakan kuasanya untuk membuatmu digjaya.

Ya, Sang Maha Durjana. Bahkan kamu belum sekaya Karun. Namun ternyata dirimu memiliki keangkuhan yang sana. Kitab-kitab Fiqih yang kau baca dahulu mempermanis bibirmu namun bukan hatimu. Ahli sufi cita-citamu dulu, sekarang terlalu naïf untukmu yang sekarang.

Kesombongan itu dari mana? Ketika engkau berkata terlambat untuk berubah. Layaknya Iblis yang menolak datang pada pintu taubat walau itu selamanya ada hingga kiamat. Ketahuilah itu semua tak akan meninggikan derajatmu, hanya kamuflase dimana sebenarnya kamu adalah manusia hina dina.

Ingin kukatakan padamu, semuanya belum terlambat. Mengingat hidungmu menghirup debu seraya mengepakkan sayap. Belum terlambat untuk melahirkan dirimu yang baru, yang putih bersih dan polos seperti dahalu. Tersenyum aku mengingat kamu memiliki kuasa atas dirimu tak terikat benda, menjadi manusia merdeka. Belum terlambat kawan, sahabat, teman seperjuangan dan juga diriku sendiri. Belum terlambat, sama sekali belum bahkan ketika mendapati dirimu terhina, bukan oleh orang lain tapi oleh kelakuanmu sendiri.

Takdir telah mengejutkan seseorang lelaki, betapa banyak perubahan dalam waktu singkat. Tempat yang sama bahkan terlihat berbeda jika memandang dalam waktu singkat. Namun garis takdir akan lebih mengejutkan seorang lelaki ketika mendapati dirinya berubah menjadi sosok yang sangat dibenci olehnya dahulu dalam waktu yang singkat.

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Kisah-Kisah, Kolom, Mari Berpikir, Puisiku and tagged , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

20 Responses to SANG MAHA DURJANA

  1. saya sangat berharap, sang maha durjana ini bisa dan mau kembali ke jalan yang benar dan lurus, mas abu. orang2 terdekat perlu terus men-support-nya.

  2. Aulia says:

    dan dimana dia sekarang sang maha durja?

  3. Artikel yang menarik sekali, semoga sukses selalu..thx,slm kenal

  4. Pingback: KEGUNCANGAN FILOSOFIS | Tengkuputeh

  5. Pingback: SEGALA SESUATU MEMILIKI ASAL MULA | Tengkuputeh

  6. Pingback: ANAK ANAK BERMAIN BOLA - TengkuputehTengkuputeh

  7. Pingback: PUISI TERINDAH - TengkuputehTengkuputeh

  8. Pingback: SEGALA SESUATU MEMILIKI ASAL MULA - TengkuputehTengkuputeh

  9. Pingback: MAKNA NOSTAGIA | Tengkuputeh

  10. Pingback: BARA API IDEALISME | Tengkuputeh

  11. Pingback: PASRAH | Tengkuputeh

  12. Pingback: PADA AKHIRNYA KITA (JUGA) TAK PAHAM | Tengkuputeh

  13. Pingback: PENGEMBARAAN | Tengkuputeh

  14. Pingback: YANG TERCINTA MALAHAYATI | Tengkuputeh

  15. Pingback: CINCIN | Tengkuputeh

  16. Pingback: MONOLOG BULAN | Tengkuputeh

  17. Pingback: DALAM JUBAH SUFIKU | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.