
Yang tercinta, Malahayati. Wahai angin, kutitipkan salam untuknya, kuharap disana ia baik-baik saja.
YANG TERCINTA MALAHAYATI
Dunia penuh warna-warna berbeda. Musim berganti. Air sungai yang sama masih mengalir. Terkadang tenang, terkadang menggelegak marah. Terkadang lebar bak tak terbatas, terkadang mengkerut diisap dinginnya musim dingin. Tapi ia terus mengalir. Bersama itulah cinta itu tumbuh, berkembang, mekar dan mewangi. Cinta adalah sesuatu yang maha akbar di alam semesta ini, namun tak mampu kita mengungkapkannya.
Mungkin, sedikit banyak aku bisa memahami, kala membayangkan deburan ombak yang memisahkan kita. Ketika takdir menjalin kita dalam sebuah ikatan, sepeti magnet yang diuji kekuatannya ketika berjauhan. Ada ketakutan, ada kekhawatiran, ada perhatian disana.

Cinta telah terpadu kepada pucuk puncak segala keindahan. Senantiasa bergerak dalam sanubari, namun terasa bekasnya di alam semesta.
Cinta telah terpadu kepada pucuk puncak segala keindahan. Senantiasa bergerak dalam sanubari, namun terasa bekasnya di alam semesta. Dengan cintaku telah ku hapuskan alat percintaan yang sebelum. Terasa olehku bahwa engkau jauh, tetapi engkau dekat. Kian lama jarak yang jauh itu, dipisahkan oleh lautan, dekatlah kamu. Sampai tiada lagi perantara di antara kita.
Sungguh, banyak kesulitan yang akan kita hadapi dalam hidup. Itulah keindahan mutlak, puncaknya segala kehidupan, dengan segenap hatiku menerima. Dalam mencari dan menuju kecintaan itu, sampai tercapai rasa bersatu paduan itu. Itu bukan ilmu, bukan filsafat, melainkan dari rasa di atas rasa.
Disanalah misteri cinta, bukan? Ketika hati dapat menjangkau kualitas-kualitas yang tidak tertangkap mata. Kita, aku dan engkau adalah fana. Kelak akan mati, bersamaan atau satu demi satu. Jika itu telah terjadi, disana, tak peduli segenap bidadari, cukuplah engkau bagiku. Malahayatiku.
Beberapa puisi lainnya:
- Pledoi Iblis; 12 Juni 2009;
- Berakhir Disini; 16 Juli 2009;
- Cerita Sebuah Gudang; 14 Januari 2010;
- Selamat Ulang Tahun Mama; 1 Februari 2010;
- Pledoi Iblis Jilid Dua; 14 Mei 2010;
- Sang Maha Durjana; 18 Juni 2010;
- Kenangan Akan Gerimis; 11 Februari 2012;
- Ada Setelah Tiada; 26 Februari 2012;
- Santiago Sang Pelaut; 23 Maret 2012;
- Monolog Bulan; 4 Juni 2012;
- Ode Seekor Harimau; 18 Agustus 2012;
- Al-Muwasysyah; 23 Mei 2013;
- Surga; 17 Juni 2013;
- Direbut Kabut Kelam; 10 Agustus 2013;
- Musim Hujan; 11 September 2013;
- Untukku; 17 November 2013;
Pingback: NUN | Tengkuputeh
Pingback: ODA SEBATANG POHON | Tengkuputeh
Pingback: SENANG BAGI MEREKA YANG BERPUNYA | Tengkuputeh