
Cerita ringkas yang (pasti) tak seindah dongeng. Tapi mungkin masih kebih manis ketimbang kenyataan.
LALAI
Diantara tubir-tubir perbukitan, atau jalan basah hujan badai tak kunjung selesai, atau bahkan curam ngarai pegunungan besi. Perjalanan panjang yang sedih, hampir tampak sia-sia, dengan, pengorbanan sampai dasar, tiada hendak mencapai apa yang begitu berharga, merasa tiada pilihan lain. Aku pikir aku sudah memahami semuanya.
Padahal azas berjalan pada tapak pertama, bambu harus diretakkan, istana pikiran dibuka, dimulai, mungkin, sebuah imaji bersahaja, segera akan pergi keluar (melihat), untuk membentuk hari esok yang bernyanyi kembali.
Mungkin aku lupa, akan cara berkreasi, padahal Tuhan sendiri ialah IA yang tak menyesali apa yang ia ciptakan sendiri. Tiap hari, tiap kali. Berbuat merupakan sebuah petualangan baru, ada berbagai kemungkinan langkah ke depan yang tak diduga.
Bisa jadi, aku terkena penyakit terbesar manusia, kian gemuk, bahkan kian bengkak. Berhenti dan berpuas diri, karena tentunya hidup berarti bukan karena (hanya) mencapai, Hidup menjadi berarti karena mencari.
Aku lalai. Harapanku hanya pada Tuhan, yang setahuku IA tak pernah menolak mereka yang mengaku, menyesal pada-Nya.
Lagi-lagi, aku merasa memahami, aih, alangkah tololnya.
Koetaradja, 10 Syawwal 1435 H. (bertepatan 6 Agustus 2014)
Beberapa pemikiran:
- Hanyalah Seorang Hamba; 20 November 2008;
- Tuhan Izinkan Hamba Untuk Tidak Jatuh Cinta; 13 Januari 2009;
- Menjadi Seseorang; 27 Januari 2009;
- Orang Asing Yang Terasing; 3 Februari 2009;
- Kekuatan Syair; 3 Maret 2009;
- Malam Ini Biarkanku Menyendiri; 20 April 2009;
- Menyerahkan Nasib Pada Takdir; 3 September 2009;
- Menegakkan Keadilan; 3 November 2009;
- Menelusuri Sejarah Perang Salib; 30 April 2010;
- Andalusia Sayup-Sayup Suaramu Sampai; 23 September 2010;
- Pahit; 8 Maret 2012;
- Kenangan Ayahanda; 24 Maret 2014;
- Nun; 3 Desember 2014;
- Persahabatan Kambing Dan Serigala; 19 Desember 2014;
- Pesan Kepada Penguasa; 17 Januari 2015;
Pingback: KEGUNCANGAN FILOSOFIS | Tengkuputeh
Pingback: KEGUNCANGAN FILOSOFIS | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: AKHLAK | Tengkuputeh