MENYERAHKAN NASIB PADA TAKDIR
Hari ini, kupasrahkan diriku pada takdir. Ya, pada takdir. Seperti aliran sungai pelan mengarah pada lautan luas. Aku yang selalu berupaya dan percaya bahwa manusia mampu mengubah aliran takdir. dihari ini mengakui bahwa segenap daya dan upaya tak akan berguna tanpa restu-MU.
Aku telah menunggu, semua orang menunggu jua waktunya. Pada sebuah masa depan, pada sesuatu yang telah tertulis dilangit. Akan perjalanan hidup, maupun akan akhir hidup. Dan sungguh jalan berkelok serta jurang menjadi sangat menakutkan jika harapan akan kehidupan semakin membesar. Memiliki harapan berakibat memiliki ketakutan pada kegagalan. Pada kecerobohan yang kelak disesali. Pada kemungkinan untuk gagal. Tiba-tiba segala kecerdikanku lenyap dan tak tahu berbuat apa.
Tuhan, dini hari ini ketika aku terjaga. Pada-MU kubersandar. Segala simpuh menjura pada-MU. Hamba yang hina ini memohon, dengan penuh harap. Tuhan, apapun yang terjadi nanti. Mohon lindungi dia, jangan biarkan ia tersakiti oleh cintaku. Cintaku yang segarang singa. Sebegitu menakutkan sehingga kupasrah. Dan menyerahkan nasib pada takdir-MU.
Lhokseumawe, dini hari 3 September 2009.
subhanallah, betapa kedhaifan manusia seringkali melupakan hakikat takdir. semoga dengan menyerahkan diri pada takdir dan kehendak Allah, kita akan terbimbing menuju jalan-Nya yang lurus dan mencerahkan. salam hangat dari kendal, mas tengku.
Dengan petunjuk dan kasih sayang-Nya, kita tak akan tersesat…
Pingback: RINDU KAMI PADAMU YA RASUL | Tengkuputeh
Pingback: POHON KEKEKALAN | Tengkuputeh
Pingback: ISMAIL | Tengkuputeh
Pingback: SERAKAH | Tengkuputeh
Pingback: KETIKA IKARUS JATUH | Tengkuputeh
Pingback: TUA | Tengkuputeh
Pingback: RIWAYAT SARUNG | Tengkuputeh
Pingback: LALAI | Tengkuputeh
Pingback: RAMADHAN DAN RELATIVITAS | Tengkuputeh