TUA
Resensi dan review film Mr. Holmes (2015)
Sherlock Holmes masih berjalan tegak bagai ia masih muda. Dia ulet menampik keuzuran. Berapa umurnya? Ian McKellen memerankan Sherlock berusia 93 tahun dalam Mr. Holmes (2015). Kubur mungkin sudah digali tapi Sherlock masih meneruskan memelihara lebah untuk memperkuat ingatannya dengan Royal Jelly.
Barangkali dia memang menyadari dengan proses menua. Barangkali dia terlalu berlogika. Sudah tentu Sherlock ini berbeda dengan Sherlock yang (biasa) kita kenal. Atau bahkan orang lain, dimasyarakat kita umumnya suka bila dituakan. Itu artinya mendapatkan hak tambahan buat rasa hormat. Tapi Sherlock ini ia jujur mengakui bahwa ia merasa takut, dan memilih menyendiri agar tak menyakiti orang lain. Berdasarkan pengalaman masa lalu.
Mereka yang ingin dihormati karena tua pada dasarnya hanya memberi bobot tinggi pada faktor pengalaman. Tapi apakah masa lalu itu? Masa lampau bukanlah panorama damai yang terbentang dibelakang, sebuah negeri yang bisa ditempuh ketika ingin, yang akan menunjukkan secara berangsur-angsur, bukit dan lembah rahasia. Tapi semakin kita ke depan, masa lampau itu dapat runtuh yang mana sebahagian reruntuhan itu masih dapat terlihat, tak punya warna, bisu dan maknanya lepas.
Kurasa aku pernah menjadi nyata sehingga Jhon (Watson) membuatku menjadi fiksi. Lalu setelah itu, aku tak banyak pilihan. Bermain peran seperti dia bentuk, atau menjadi kontradiksi. Itu adalah kata-kata Sherlock kepada Umezaki.
Tapi benarkah masa lalu menghilang? Tak semuanya benar. Masa lalu sering bisa dikunjungi kembali. Batu-batunya yang menutup satu-dua liang yang dulu tak berarti, kini bisa diungkit, menjadi detail menarik bagi suatu panorama yang dulu cuma biasa. Tapi memang jalan Baker Street itu tidak bisa mengulang kembali pengalaman masa silam seutuhnya.
Disitulah orang tua sering tersesat. Ketika mereka ingin menemukan makna hidupnya, rencana, harapan dan ketakutan di jalanan kota lama itu mereka cari untuk dihidupkan kembali lagi. Tapi yang di dapatkan hanya sepasang lebah yang diawetkan, terekat dalam kaca, tak bergerak.
Sementara itu bagi mereka masa depan sangat terbatas. Seperti yang di katakan Sherlock pula, “Aku takkan pernah kembali ke Jepang. Perjalanan itu terlalu panjang untuk orang tua.” Sang anak Roger bertanya, “Kau berhasil sebelumnya.” Sherlock menjawab, “Itu sebelumnya.”
Barangkali karena itu, dalam diri Sherlock Holmes yang diperankan oleh Ian McKellen, usia tua tampak seperti kegilaan. Atau, setidaknya sebuah pangkal kesalahan menilai, ia telah sedemikian uzur akhirnya mudah terpedaya oleh ingatan sendiri.
Sementara kebanyakan orang tua dimanjakan oleh masa silam dan cemas dilupakan masa depan. Tapi untunglah orang tua ini, meski (akhirnya) tidak lagi berjalan tegak menemukan akhir manis. Bahwa seharusnya hidup, adalah tanpa ada rasa penyesalan. Karena ia telah berusaha melakukan yang terbaik.
XXX
Beberapa artikel Hikmah:
- Menyerahkan Nasib Pada Takdir; 3 September 2009;
- Menegakkan Keadilan; 3 November 2009;
- Menelusuri Sejarah Perang Salib; 30 April 2010;
- Andalusia Sayup-Sayup Suaramu Sampai; 23 September 2010;
- Pahit; 8 Maret 2012;
- Kenangan Ayahanda; 24 Maret 2014;
- Nun; 3 Desember 2014;
- Persahabatan Kambing Dan Serigala; 19 Desember 2014;
- Pesan Kepada Penguasa; 17 Januari 2015;
- Bagaimana Mengubah Timah Hitam Menjadi Emas; 11 April 2015;
- Momentum; 18 Mei 2015;
- Ramadhan Dan Relativitas; 27 Juni 2015;
- Khusyuk; 14 Juli 2015;
- Ibrahim; 20 September 2015;
- Hijrah; 14 Oktober 2015;
Pingback: MANUSIA SEMESTA | Tengkuputeh
Pingback: PENUAI PAJAK DAN PERADABAN | Tengkuputeh
Pingback: SANG TIRAN | Tengkuputeh
Pingback: MUHASABAH | Tengkuputeh
Pingback: PERADABAN TANPA TULISAN | Tengkuputeh