
Dunia ini, waktu, seperti aliran air, kadang-kadang terbelokkan oleh secuil puing, oleh tiupan angin sepoi-sepoi.
KHUSYUK
Andaikan waktu adalah sebuah lingkaran, yang mengitari dirinya sendiri. Demikianlah, dunia mengulang dirinya sendiri, setepat-tepatnya, selama-lamanya.
Biasanya, orang tidak tahu bahwa mereka akan menjalani kehidupan mereka kembali. Pedagang tidak tahu bahwa mereka akan menawar dan menawar lagi. Politikus tidak akan tahu bahwa mereka akan berseru dari mimbar ke mimbar berulang-ulang dalam putaran waktu. Orang tua menikmati sepuas-puasnya tawa pertama anak-anak mereka seolah-olah tak akan mendengar kembali. Sepasang pengantin baru yang pertama kali bercinta malu-malu melepas busana, terkesima oleh paha yang gemulai, puting yang lembut.
Bagaimanakah gerangan mereka tahu bahwa tiap kerlingan rahasia, tiap sentuhan akan berulang tanpa henti, persis seperti sebelumnya?
Sebuah kota, sebuah semesta, demikian juga yang terjadi. Bagaimana gerangan para pekerja tahu bahwa tiap lembar uang, tiap ikat uang, tiap materai, tiap kerusakan yang terjadi dalam perjalanan kembali ke kantong mereka.
Pada malam hari, para pekerja pulang ke rumah atau mampir di kedai kopi, berteriak gembira bersama dengan teman-teman, membelai tiap kesempatan berharga itu bagai membelai zamrud yang dititipkan untuk sementara.
Bagaimana gerangan mereka tahu bahwa tak ada yang sementara, bahwa semuanya bisa kembali? Persis seekor semut yang memutari ulir lampu Kristal, tahu bahwa ia akan kembali kepada semula.
Dalam dunia di mana waktu adalah lingkaran, setiap jabat tangan, setiap ciuman, setiap kelahiran, setiap kata akan berulang persis. Begitu juga dengan peristiwa ketika dua orang sahabat berhenti berteman, ketika keluarga menjadi berantakan, ketika kata-kata busuk keluar dari mulut suami istri yang sedang bertengkar, ketika kesempatan rujuk menjadi sirna karena dibakar api cemburu, atau dosa yang terungkap, ketika janji tak tertepati.
Dan karena segala sesuatu akan berulang kembali di masa depan, maka yang terjadi saat ini telah terjadi pula jutaan kali sebelumnya. Beberapa orang di setiap kota, dalam mimpi mereka, secara samar-samar menyadari bahwa segala sesuatu yang mereka impikan telah terjadi di masa silam. Merekalah orang-orang yang hidupnya tak bahagia. Mereka merasa bahwa penilaian yang keliru, perbuatan yang salah serta ketidakberuntungan mereka telah mengambil tempat dalam putaran waktu sebelumnya.
Di malam yang sunyi senyap, ia bergumul dengan selimut, tak bisa tidur, dibenturkan pada pengetahuan bahwa mereka tak mampu mengubah satu tindakan pun, bahkan satu gerak tubuh. Kesalahan yang telah mereka lakukan akan berulang secara persis dalam kehidupan ini, sebagaimana kehidupan sebelumnya.
Padahal, jika ia berpikir. Manusia adalah ciptaan-Nya, bagian dari semesta. Semesta yang tercipta dengan energi yang sama ketika ia dihancurkan, maka berbahagialah mereka yang khusyuk. “Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya hal itu memang amat berat. Kecuali, atas orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang sungguh percaya, bahwasanya mereka akan bertemu dengan Tuhan mereka, dan bahwasanya mereka akan kembali kepada-Nya” (Q.S Al-Baqarah ayat 45-46).
Dunia ini, waktu, seperti aliran air, kadang-kadang terbelokkan oleh secuil puing, oleh tiupan angin sepoi-sepoi. Entah kini atau nanti, gerakan kosmis akan menyebabkan anak sungai berbelok dari aliran utama menuju aliran sebelumnya, namun akhirnya ke hulu jua ia akan bermuara.
Pingback: SOLEMN | Tengkuputeh
Pingback: MENCARI BELERANG MERAH | Tengkuputeh
Pingback: BAGAIMANA CARA CEMBURU YANG BENAR | Tengkuputeh
Pingback: BAGAIMANA CARA CEMBURU YANG BAIK DAN BENAR | Tengkuputeh
Pingback: RINDU KAMI PADAMU YA RASUL | Tengkuputeh
Pingback: ISMAIL | Tengkuputeh
Pingback: PENUAI PAJAK DAN PERADABAN | Tengkuputeh
Pingback: SANG TIRAN | Tengkuputeh
Pingback: SERAKAH | Tengkuputeh
Pingback: KETIKA IKARUS JATUH | Tengkuputeh
Pingback: TUA | Tengkuputeh
Pingback: RIWAYAT SARUNG | Tengkuputeh
Pingback: PERADABAN TANPA TULISAN | Tengkuputeh