RINDU KAMI PADAMU YA RASUL

Kaligrafi Muhammad Rasul Allah

RINDU KAMI PADAMU YA RASUL

Muhammad adalah nama yang paling banyak diberikan kepada setiap anak manusia yang lahir di dunia saat ini. Dan Muhammad adalah nama seorang manusia yang paling banyak dipuja dan puji oleh manusia di dunia. Dan yang paling penting, Muhammad adalah manusia yang paling dirindukan.

XXX

Tahun 1991

“Kakek tolong ceritakan kisah Nabi Muhammad S.A.W dari beliau lahir sampai wafat. Semua kejadian dalam hidup beliau, jangan ada yang ketinggalan!”

Kakek tertawa. “Tidak bisa!”

“Kenapa tidak bisa kek, bukankah kakek memiliki banyak buku yang menjelaskan tentang beliau?”

Masih tertawa kakek berkata, “Nabi Muhammad S.A.W hidup selama 63 tahun, kalau kakek menceritakan maka akan menghabiskan waktu selama 63 tahun.”

Abu berpikir sejenak kemudian mengiyakan, waktu itu Abu berumur 7 tahun sedang kakek berumur 62 tahun. Sewaktu kecil Abu sangat dekat dengan kakek, setiap pulang kampung Abu selalu berlari ke kamar kakek yang penuh dengan kitab-kitab. Sedari kecil Abu tumbuh dengan kisah-kisah para nabi dan rasul yang diceritakan kakek. Tahun depannya, dibulan Syawwal bertepatan 4 April 1992 di usia ke-63 kakek meninggal dunia sama dengan usia Rasulullah S.A.W ketika beliau wafat.

XXX

Tahun 1997

Abu sedang berjalan menelusuri rel kereta api yang sudah tak digunakan lagi, sesuatu berkecamuk dalam batin Abu yang tak tahu diungkapkan, entah kenapa kaki ini seraya berjalan menendang kerikil-kerikil tajam terhampar disepanjang rel itu, kadang-kadang seperti David Beckham, dan kadang-kadang seperti Demetrio Albertini.

Suasana sejuk, rel kereta api itu berada ditengah hutan perawan yang berembun pagi. Tiba-tiba Abu terkejut dari lamunan ketika melihat di depan seorang perempuan sedang diganggu beberapa orang laki-laki. Maka, Abu berlari menghampiri dan berteriak sekuat tenaga, “Woy, bangsat kalian!”

Perempuan itu kemudian berlari kebalik punggung Abu, wajah gerombolan itu kesal, mereka sekitar 4 orang. Abu berbisik pelan kepada perempuan tersebut, “dik silahkan lari, mereka akan aku tangani.” Ia pun berlari menjauh kearah tadi Abu datang.

“Sebaiknya kau tidak usah ikut campur kisanak!” Kata salah seorang diantara mereka, mungkin bosnya. Abu tidak pernah ingin mencampuri segala urusan orang lain, namun Abu tidak dapat melihat seseorang atau sekelompok orang menginjak-injak perasaan orang lain, siapapun itu. Tidak pernah bisa, begitu kata batin Abu.

“Oh, tidak bisa!” Kata Abu.

“Dia pikir dia seorang pendekar dari dunia persilatan. Kita hajar saja dia!” Seorang lain memberi kode kemudian melompat meninju kearah Abu. Mereka maju satu persatu, memukul dan menendang. Abu menangkis dan membalas pukul dan menendang juga. Perkelahian pun terjadi, awalnya Abu mampu mengimbangi mereka, tapi lama kelamaan Abu kelelahan. Perkelahian telah terjadi beberapa waktu, Abu tak tahu berapa lama tapi udara sudah terasa hangat. Situasi semakin tidak seimbang, maka Abu memutuskan melarikan diri kearah depan, berlawanan dari arah Abu datang.

Merasa kesal dengan Abu mereka pun mengejar seraya meneriakkan cacian. “Pengecut! Banci!” dan berbagai serapah yang tak terperikan. Peduli setan dengan mereka, Abu terus berlari dengan top speed. Entah karena takut atau kenapa, Abu mulai menjauhi mereka.

Abu pun berlari menyelusuri rel kereta api tersebut, sehingga dari kejauhan Abu melihat seorang lelaki berjubah putih berjalan membelakangi Abu. Ia berjalan pelan, maka Abu yang masih waspada terhadap orang-orang yang mengejar dibelakang memutuskan bergabung dengan orang tersebut. Kelihatannya bapak itu orang baik, dan berdua lebih baik daripada sendiri menghadapi para begundal tadi jika mereka berhasil menyusul.

Dengan terengah-engah Abu menyusul orang tersebut. Dia lebih tinggi dari Abu yang hanya sebahunya. Kemudian ia bertanya apa penyebab Abu berlari sampai terengah-engah. Abu tidak berani menatap wajahnya, ada aura yang mempesona pada orang ini, menatap rel dan kerikil sambil terus berjalan Abu bercerita tentang kejadian yang barusan terjadi.

Abu mendengar dia tertawa, kemudian orang tersebut menasehati Abu tentang banyak hal, Abu pun hanya mendengar dengan takzim. Kejadian itu telah berlangsung lebih dari dua puluh tahun lalu, sehingga Abu tidak dapat mengingat detil apa yang dia katakan. Abu hanya mampu mengingat perasaaan itu, perasaan seseorang dinasehati tentang kelemahan-kelemahan yang hanya dia ketahui sendiri benar adanya.

Hari ini, ketika Abu berusaha memanggil kembali ingatan pada hari itu. Sayup-sayup sedikit Abu mengingat ia mengatakan, “Abu, kamu adalah berusaha berjalan pada jalan yang lurus, dan itu bagus. Tapi ada satu karaktermu yang harus diperbaiki yaitu rasa marah. Kemarahan itu bukan hal yang sepenuhnya jelek, kita harus marah terhadap ketidakbenaran. Tapi itu akan menjadi kelemahan pada dirimu ketika kamu tidak mampu mengendalikannya.”

Ia menambahkan, seingat Abu hari ini. “Sejatinya kamu Abu adalah seorang pemberontak yang liar, tidak suka dikekang. Hanya orang-orang tertentu dalam hidupmu yang kelak akan bisa mengendalikan rasa marahmu, dan memahaminya. Kamu menyukai tantangan, dan petualangan disatu sisi.”

Kemudian ia tertawa, “Kamu juga keras kepala memegang prinsip terhadap apa yang kau yakini kebenarannya. Lebihnya (faedah) dari keras kepala itu membuat kamu mampu bertahan menghadapi tekanan.”

Ia menepuk bahu Abu, “tapi jangan takut, kamu adalah orang yang pintar dan mudah memahami pengetahuan, baik itu yang tersirat dan tersurat.”

Abu terpana akan kebijaksanaan orang ini, jelas ia bukan orang biasa. Didorong rasa penasaran Abu bertanya siapakah dia? Sampai hari ini jawaban beliau masih membekas erat di otak Abu, ketika ia menjawab siapa dia. “Namaku adalah Muhammad bin Abdullah.”

Muhammad bin Abdullah adalah nama dari Rasulullah S.A.W sebagaimana tertera pada perjanjian Hudaibiyah. Saat itu kaum kafir Quraisy menolak nama Rasulullah dalam draff perjanjian sehingga meminta beliau menandatangani dengan nama Muhammad bin Abdullah. “Jika kami mengakui engkau Rasulullah (utusan Allah) maka tidak mungkin kami memerangi engkau!” Kata mereka.

Maka, jangan-jangan, beliau adalah Sang Nabi. Seketika Abu yang tadi menunduk menatap wajah beliau. Wajahnya adalah wajah terindah yang pernah Abu saksikan. Dibalik kepalanya keluar seberkas cahaya perak yang kemudian menjadi emas. Disitulah saat Abu tersadar bahwa saat itu Abu sedang bermimpi.

Seraya bertahan untuk tetap berada dalam mimpi Abu berkata, “Ya Nabi, hamba ini adalah seseorang yang memiliki dosa, dan mungkin dalam kehidupan ke depan mungkin Abu merasa sulit jika tidak berbuat kesalahan lagi, pasti Abu akan berbuat dosa.”

Abu menangis dalam mimpi, “Saya takut bila nanti di akhirat tidak bisa bertemu denganmu lagi, karena dosa-dosa hamba ini. Maka ya Nabi dengan karamahmu, hamba meminta agar…”

Abu panik, apa yang hendak diminta. Bayang-bayang kesadaran sudah mendekat sesaat lagi Abu akan terjaga. Maka buru-buru Abu menambahkan, “Doakan supaya hamba, salah seorang umatmu yang hina dina ini, bisa mati dalam keadaan syahid!

Yang Abu ingat, ia tersenyum dan menegadahkan tangan ke langit. Ia tersenyum dan mengangguk pelan seketika Abu pun terjaga dari tidur Abu.

Abu terkejut, teman-teman Abu tertawa terbahak. Mereka mengelilingi Abu seraya memegang spidol, barusan mereka melukis wajah Abu. Dengan marah Abu merebut spidol itu dan melemparkan kearah mereka yang berlari berhamburan.

Malam itu Ramadhan, kami beberapa pemuda kampung bertadarus. Kalau ada yang mengantuk akan menepi dan tidur sekejap, dan itu adalah bencana bagi yang tidak siaga. Wajah yang tertidur akan dilukis oleh yang terjaga, bisa motif kucing, panda atau anjing. Sialnya malam itu Abu terkena. Kampret!!!

Abu mencuci muka dan berwudhu melanjutkan tadarus. Menjelang sahur, kami menutup Al-Qur’an dan Abu bercerita tentang mimpi tadi. Beberapa tertawa seolah tak percaya, tapi seorang teman yang paling saleh datang dan menghampiri seraya berkata. “Sesungguhnya Iblis mampu datang ke dalam mimpi kita dengan menyerupakan dirinya dengan orang yang kita paling hormati, bisa guru, orang tua atau orang yang paling kita kagumi sekalipun. Tapi Iblis tidak mampu dan tidak akan bisa menyerupakan dirinya dengan Nabi Muhammad S.A.W. Jadi jika kau bermimpi bertemu dengan Nabi maka mimpimu adalah kebenaran yang tidak dapat tertolak lagi.”

Teman-teman lain yang tadi menertawakan Abu terdiam, terlebih ketika ia menambahkan. “Aku rela menukarkan apapun yang aku miliki di dunia ini dengan mimpi yang barusan kamu dapatkan Abu.”

Hidung Abu kembang kempis karena bangga, tapi Abu kemudian memeluk sahabat Abu tadi. “Insya Allah, sahabat. Insya Allah kamu akan mendapatkan rahmat yang sama.”

Waktu itu Abu masih berumur 13 tahun dan waktu berjalan terus, kejadian itu bertahun-tahun yang lalu.

XXX

Kakek dan ayah Abu meninggal ditanggal yang sama 4 April serta tahun yang berbeda 1992 dan 2004. Sebagaimana seorang anak ataupun cucu manapun beruntung memperoleh warisan. Ada yang memperolah warisan berupa harta maupun ilmu. Abu merasa beruntung memperoleh warisan berupa kenangan.

Lembar-lembar ingatan Abu yang sepotong demi sepotong berkait erat dengan cerita-cerita Sirah Nabawiyah yang mereka ceritakan kepada Abu. Maka kerinduan Abu terhadap mereka yang telah tiada itu bertaut dengan kerinduan kepada Rasulullah S.A.W. Itu merasuk dalam karakter Abu secara sadar maupun tidak, mengalami keadaan juga mengalami perasaan. Seolah-olah apa yang pernah mereka ceritakan itu memberi pesan kepada Abu, bahwa nanti ketika kami sudah tidak ada lagi di dunia, ketika kamu menghadapi suatu masalah yang tidak mampu kamu pecahkan. Maka ada satu orang manusia yang layak kisahnya dijadikan pegangan bagi hidup Abu. Orang itu tak lain dan tak bukan adalah Nabi Muhammad S.A.W.

Warisan kenangan ini pula yang menyebabkan Abu tak pernah terpengaruh oleh ajaran-ajaran yang bertentangan dengan Nabi Muhammad S.A.W. Ada masanya ketika aliran kiri begitu deras, ketika menjadi progresif itu adalah kiri dan agnostic, tapi kapal Abu tak pernah berganti haluan. Jika Rasulullah adalah tauladan, maka manusia mana lagi bisa menyuntikkan paham-paham baru.

Atau ketika baru-baru ini, ada beberapa tokoh Islam seolah dinabikan, menjadi manusia “seolah” paling benar dan tanpa cela maka Abu tak pernah merasa inferior dan membebek. Bisa jadi mungkin mereka benar, tapi kalaupun mereka salah ya salah. Kita-kita ini sebagai muslim hanya memiliki satu guru besar dalam kehidupan kita, Nabi Muhammad S.A.W.

Maka pada momen maulid (maupun tidak), ada baiknya kita semua, kaum muslimin bersama-sama, ataupun bersendiri-sendiri berdoa kepada Allah S.W.T, “Ya Allah, hamba memohon kepada-Mu agar keimanan hamba kepada-Mu selalu terjaga, hamba memohon juga agar nikmat iman dan islam tidak pernah terputus dari hamba-Mu. Ya Allah perkenankan agar hamba menjadi pendamping Nabi Muhammad kelak di alam surga bersama pula orang-orang yang saleh.”

XXX

Klik disini untuk Kisah-kisah petualangan Abu yang lain

Kisah-Kisah Hikmah:

  1. Kekuatan Syair; 3 Maret 2009;
  2. Menyerahkan Nasib Pada Takdir; 3 September 2009;
  3. Andalusia Sayup-Sayup Suaramu Sampai; 23 September 2010;
  4. Nun; 3 Desember 2014;
  5. Persahabatan Kambing Dan Serigala; 19 Desember 2014;
  6. Pesan Kepada Penguasa; 17 Januari 2015;
  7. Bagaimana Mengubah Timah Hitam Menjadi Emas; 11 April 2015;
  8. Momentum; 18 Mei 2015;
  9. Khusyuk; 14 Juli 2015;
  10. Ibrahim; 20 September 2015;
  11. Hijrah; 14 Oktober 2015;
  12. Ismail; 9 September 2016;
  13. Pohon Kekekalan; 4 November 2017;
  14. Manusia Semesta; 21 November 2017;
  15. Bagaimana Cara Cemburu Yang Baik dan Benar; 28 November 2017;

 

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cerita, Kisah-Kisah, Kolom, Mari Berpikir, Pengembangan diri and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

2 Responses to RINDU KAMI PADAMU YA RASUL

  1. Pingback: SEGALA SESUATU MEMILIKI ASAL MULA | Tengkuputeh

  2. Pingback: POHON KEKEKALAN | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.