MALAM INI BIARKAN AKU MENYENDIRI

di puncak-puncak berhembus suasana damai

MALAM INI BIARKAN AKU MENYENDIRI

Malam ini biarkan kusendiri, mengecup sepi. Menikmati kehidmatan menyelami tulisan tertera dari langit. Sungguhpun disaatku merasa gundah gulana. Saat air mata tumpah ketika mengeja kitab suci bukan berarti hidup ini penuh kesedihan. Aku hanya menikmati air mata membasahi pipi merasakan kekhusyukan nyata menghindari hiruk pikuk dunia. Melepaskan segala topeng.

Sungguh disaat-saat seperti ini aku mengenali diri sendiri dalam kenyamanan amat sangat. Mohon biarkanku tenggelam dalam hening. Desirmu angin tak bisa menyentuh kalbu. Walau tiada kesempatan menelaah segala kekurangan. Ketidaksempurnaan kita maka tuhan mengajarkan mengerti cinta, mensucikan jiwa.

Kala insan lelap dalam buaian ditengah sunyinya malam. Betapa kumerindu kitab suci dengan nyanyian sendu menyayat. Menghiraukan jalannya waktu menjelang, tawa riang dan canda tak ingin lagi. Merenungi hidup sebelum layar diturunkan. Tanpa sepengetahuan dengan penuh rahasia. Dan tak ingin terduga oleh siapapun jua.

Duhai, terlalu sering sudah kumenafikan uluran tangan sampai tiba saat dimana merasa tak nyaman untuk menolak lebih banyak lagi. Pada keramaian, pada sebentuk senyuman. Sampai merasa sudah melebihi keangkuhan iblis. Bukan, bukan itu maksudku. Ku hanyalah seorang penyendiri yang berazzam menikmati sunyi, mohon biarkan. Jangan kau ambil semua itu, malam ini.

Ketika ragaku merapuh, kuingin ketenangan dalam tidurku. Tak ingin seorang pun menganggu. Jasadku tlah mendinginkan semua penat, jangan percikkan api lagi. Cukup, cukup sudah biarkanku beristirahat dalam damai yang hanya ku mengerti, sendiri.

XXX

Puisi:

  1. Dalam Jubah Sufiku; 3 Agustus 2008;
  2. Kita Yang Tak Akan Bertemu Kembali; 9 September 2008;
  3. Padamu Perempuanku; 25 September 2008;
  4. Mengenang Sebuah Perjalanan Cinta; 3 November 2008;
  5. Terima Kasih Telah Menolakku Kemarin; 24 November 2008;
  6. Selamanya; 14 Desember 2008;
  7. Ode Seorang Bujang; 17 Desember 2008;
  8. Tuhan Izinkan Hamba Untuk Tidak Jatuh Cinta; 13 Januari 2009;
  9. Selamat Ulang Tahun Mama; 1 Februari 2010;
  10. Kenangan Akan Gerimis; 11 Februari 2012;
  11. Direbut Kabut Kelam; 10 Agustus 2013;
  12. Setitik Noktah Di Dalam Noktah; 25 Februari 2015;
  13. Aku Mencintaimu Dengan Sederhana; 15 Mei 2017;
  14. Harap Damai; 14 September 2017;
  15. Renungan Malam; 19 November 2017;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Asal Usil, Cerita, Kisah-Kisah, Puisiku and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

28 Responses to MALAM INI BIARKAN AKU MENYENDIRI

  1. Aulia says:

    karena kita bisa untuk bersama disaat sapa dan canda tawa semua hilang begitu saja.
    wahai engkau yang jauh disana
    temanilah jiwa yang tenang dikala kesendirian telah menghadang
    aku masih disini untuk sendiri 🙂

  2. grubik says:

    ya, disaat seperti itulah diri terbaik kita muncul, ah… andai kita bisa demikian setiap saat setiap waktu, pasti semuanya akan terasa mudah…

  3. suryaden says:

    semoga lekas sembuh mas, dengan alunan ayat surga di hati dan ketenangan atas berkah…, semoga saat-saat indah itu selalu hadir…

  4. dalam kesendirian, seringkali kita bisa melakukan refleksi dan berkontemplasi, mas tengku, semoga dengan kesendirian itu, semua persoalan bisa diselesaikan dengan penuh kejernihan hati dan kearifan.

  5. srya says:

    emang suasana yang sendiri di tengah malam yang sunyi lebih membuat perasaan nyaman dan tenang untuk bisa berhadapan dengan Nya, mas tengku.

  6. tengkuputeh says:

    aULIA ==> Biasanya dalam keadaan sunyi jiwa kita serasa tenang. Bukan bgt bro???

    GruBIK ==> Sayangnya tak mungkin selamanya kita hidup sendiri…

    SurYaDeN ==> Mas sangat memahami bahwa jiwa Abu sedang ingin ketenangan. Mudah2an bukan sakit yang berlarut…

    SawaLY ==> Dalam kesunyian dan ketenangan kita dapat mencari jawaban dari segala tanya…

    srya ==> Iya, betul…

  7. icha says:

    lah mau gangguin kok malah pengen sendiri..gak jadi deh gangguin Abu 🙂

  8. tengkuputeh says:

    hahahaha mbak icha, ada2 saja.
    mengganggu bagaimana???
    sudahlah tak perlu dibahas lagi, ah…

  9. Pingback: TERIMA KASIH PADA SASTRA | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  10. Pingback: SEBUAH KOTAK HITAM | Tengkuputeh

  11. Pingback: RENUNGAN MALAM | Tengkuputeh

  12. Pingback: KEGUNCANGAN FILOSOFIS | Tengkuputeh

  13. Pingback: SEMINGGU SETELAH TSUNAMI ACEH | Tengkuputeh

  14. Pingback: SEGALA SESUATU MEMILIKI ASAL MULA | Tengkuputeh

  15. Pingback: ANAK ANAK BERMAIN BOLA - TengkuputehTengkuputeh

  16. Pingback: KEGUNCANGAN FILOSOFIS | TengkuputehTengkuputeh

  17. Pingback: BARA API IDEALISME | Tengkuputeh

  18. Pingback: ISMAIL | Tengkuputeh

  19. Pingback: KETIKA IKARUS JATUH | Tengkuputeh

  20. Pingback: PAHAMILAH APAKAH HIDUP DALAM DIRI MANUSIA | Tengkuputeh

  21. Pingback: KITA YANG TAK AKAN BERTEMU KEMBALI | Tengkuputeh

  22. Pingback: PENGEMBARAAN | Tengkuputeh

  23. Pingback: LALAI | Tengkuputeh

  24. Pingback: RAMADHAN DAN RELATIVITAS | Tengkuputeh

  25. Pingback: MONOLOG BULAN | Tengkuputeh

  26. Pingback: TAFSIR SANG PENAFSIR | Tengkuputeh

  27. Pingback: HANYALAH SEORANG HAMBA | Tengkuputeh

  28. Pingback: DALAM JUBAH SUFIKU | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.