SEBUAH KOTAK HITAM

Aku masih memiliki kotak hitam yang masih dapat kubuka kembali, dengan sandi-sandi yang hanya dapat kusarikan sendiri, sebagai sebuah penanda kenangan.

SEBUAH KOTAK HITAM

Aku sudah hidup, ketika semua orang muda zaman itu hanya memikirkan politik dan psikologi saja. Seorang teman lama berbisik, ketika saya masih muda dulu, kami lebih bisa bergembira, berdansa. Jika kalian menggulung karpet di ruang duduk bersama, kalian akan mendapatkan lantai yang tepat untuk berdansa dengan musik dan radio, tapi kalian tak pernah melakukannya. Masa-masa itu belum terlalu lama, tapi mungkin sudah lama jika mengenang bahwa Kaset, walkman dan tape combo punah sudah.

Segelas kopi lagi tolong barista, tambahkan terus sampai aku  tidak mengingat lagi betapa aku bisa sebercanda ini, aku mengetahui apa yang telah aku lewatkan. Tolong kencangkan musik sedikit, malam ini aku akan mengenang sedikit masa lalu. Mungkin besok, ini tak akan terulang. Bahwa aku pernah (menjadi) pecundang. Mungkin aku sudah sedikit melangkah, mencoba tidak melihat kebelakang, atas segala kesalahan-kesalahan yang pernah aku buat. Untunglah, hati seperti peti, terkunci dan tak tertembus.

Maka biarkanlah aku membuka kotak tersebut malam ini. Membaca kembali apa yang pernah kutulis, tentang apa yang pernah aku lewatkan, tentang apa yang pernah aku sesalkan. Bahwa aku pernah berjuang tak terlalu sungguh, dan duri-duri yang pernah aku lewati, tentang perjalanan yang tak akan mampu dilewati sekali lagi.

Ketika rambut-rambut mulai memutih, seperti setiap orang pasti mengalami masa-masa muda seperti itu. Dan untungnya masa muda itu telah berlalu. Padahal ia jelas tak lebih dari dua puluh lima tahun sekarang. Kenyataan hidup di zaman ini, kini semua orang muda yang akrab dengan youtube dan google daripada dirinya sendiri.

Ketika lemari tua semakin berdebu dan buku-buku tua tak tersentuh lagi, maka biarkanlah begitu. Aku masih memiliki kotak hitam yang masih dapat kubuka kembali, dengan sandi-sandi yang hanya dapat kusarikan sendiri, sebagai sebuah penanda kenangan.

Dalam kehidupanku selanjutnya, aku hanya akan menjadi seorang penulis. Seorang pencipta bahagia yang bisa menulis apapun yang dia inginkan. Sutradara apa kalau dia tidak bisa mengarahkan? Dia adalah proyektor tanpa sebuah film, Tukang giling tanpa jagung, Dia bukan siapa-siapa. Bukan siapa-siapa sama sekali. Mister Nobody.

Kisah-Kisah lain :

  1. Terima Kasih Telah Menolakku Kemarin; 24 November 2008;
  2. Malam Ini Biarkanku Menyendiri; 20 April 2009;
  3. Memoar Romantik; 15 Juni 2010;
  4. Bermain Dengan Waktu; 21 Mei 2011;
  5. Monolog Bulan; 4 Juni 2012;
  6. Mari Bicara Tentang Cinta; 9 Desember 2012;
  7. Kisah Perjuangan Tak Sampai; 13 Desember 2012;
  8. Keguncangan Filosofis; 23 Juni 2013;
  9. Selubung Impressi; 21 Desember 2013;
  10. Lelaki Tua Yang Miskin; 1 Maret 2014;
  11. Pesan Dalam Cermin; 18 April 2015;
  12. Akhlak; 13 Agustus 2015;
  13. Tanda Pedang Yang (Akan) Patah; 29 Februari 2016;
  14. Dimana Ada Cinta Disana Tuhan Ada; 7 September 2016;
  15. Renungan Malam; 19 November 2017;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cerita, Kisah-Kisah, Kolom, Literature, Mari Berpikir, Puisiku and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

10 Responses to SEBUAH KOTAK HITAM

  1. Alfi Syahril says:

    Luar biasa tulisannya kanda.. terus menulis karena menulis salah satu cara untuk berbagi.

  2. mcrokhim says:

    Mantap mas… saya tunggu tulisan berikutnya…

  3. Pingback: PERJALANAN YANG LUAR BIASA | Tengkuputeh

  4. Pingback: SUNYI | Tengkuputeh

  5. Pingback: APA ARTI MASA DEPAN | Tengkuputeh

  6. Pingback: PERAHU BAA MENCAPAI ALIF | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.