MEMOAR ROMANTIK

Après l'amour, le repentir.

Après l’amour, le repentir.

MEMOAR ROMANTIK

Adakala ketika terjaga dipagi hari, ku tak tahu berada dimana. Aliran kehidupan seperti sungai. Detak waktu telah membuat sadar bahwa diri tak lagi merupakan kanak-kanak. Hari ini kumengingat diri sebagai seorang bocah berumur tujuh tahun. Seperti pertama kali melihat matahari tenggelam, sudah banyak yang terlewati.

Dan hari ini ku mendapati tak akan ada yang mengerti, dan tak ada yang peduli dan tak akan pulang kembali. Bersama impian dan keyakinan tak akan menyerah. Mengingat sumpah setia bersama teman-teman yang telah pergi.

Berpikir bagaimana kehidupanku kembali setelah menjalani jalan ini tanpa berpikir lari dari takdir hingga pertolongan tiba. Mimpi dan cita belum terlaksana semuanya. Betapa sulit melaksanakan impian seorang bocah dunia dewasa, betapa kesempurnaan ide terbentur dengan realita.

Dan kumerasa sudah saatnya ku kembali, tanpa harus menahan satu malam lagi. Jika engkau mendapati mataku terpejam maka semua sudah tak ada. Delapan puluh lima tahun hidupku seperti sudah berlangsung berabad-abad. Dimana tubuh renta ini bertahan sekian lama hanya karena kekuatan cita.

Aku pulang, dan jika pun semua cita-cita lama tak tercapai. Maka, aku bisa bergembira dalam kepulangan ini. Pulang sebagai manusia merdeka. Manusia merdeka, oh betapa itupun sebegitu sulitnya.

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cerita, Kisah-Kisah, Mari Berpikir, Puisiku and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

13 Responses to MEMOAR ROMANTIK

  1. masichang says:

    enaknya yang mo mudik……..kemana nih mas?

  2. Pingback: TERIMA KASIH PADA SASTRA | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  3. Pingback: THE LIVING MEMOIRS | Tengkuputeh

  4. Pingback: SEBUAH KOTAK HITAM | Tengkuputeh

  5. Pingback: MAKNA PUISI YANG HILANG | Tengkuputeh

  6. Pingback: KEGUNCANGAN FILOSOFIS | Tengkuputeh

  7. Pingback: TEORI KEMUNGKINAN | Tengkuputeh

  8. Pingback: MALAM YANG TERTAKLUKKAN - TengkuputehTengkuputeh

  9. Pingback: MAKNA NOSTAGIA | Tengkuputeh

  10. Pingback: PASRAH | Tengkuputeh

  11. Pingback: PADA AKHIRNYA KITA (JUGA) TAK PAHAM | Tengkuputeh

  12. Pingback: PENGEMBARAAN | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.