LELAKI TUA YANG MISKIN
Siapa menyana aku akan sampai disini? Tiga puluh. Banyak sekali yang kita alami kalau kita menenggok ke belakang. Di belakang kita berdiri satu tugu yang bernama nasib, di sana telah tertulis rol yang akan kita jalani. Meskipun bagaimana kita mengelak dari ketentuan yang tersebut dalam nasib itu, tiadalah dapat, tetapi harus patuh kepada perintahnya.
Manusia seperti apapun pasti akan selalu berpijak pada tanah, dia tidak akan dapat menghindar dari daya tarik bumi. Aku pun pernah merasakan kehilangan sesuatu yang berharga karena ketidakmampuan diri sendiri. Mustahil kita menjalani hidup tanpa terluka. Atau menolak terluka. Luka-luka yang kita kumpulkan menandai kesalahan sekaligus keberhasilan kita.
Aku berhutang banyak pemaafan dari setiap orang yang telah aku sakiti. Atas tajam perkataan, atas dingin hati, atas keras tindakan. Untuk setiap apa yang telah aku lakukan dibiarkan pengampunan datang. Aku beruntung mendapatkan persahabatan yang hangat dari setiap orang. Atas apa-apa yang kadang aku merasa, tidak pantas mendapatkan itu semua. Seseorang yang berhati dingin tak pernah membayangkan mendapatkan ketulusan sebanyak ini.
Siapakah aku? Adakah ia seseorang yang mengenakan satu wajah yang sama bertahun-tahun, ataukah ia seseorang yang bisa berganti muka dengan cepat? Ataukah ia seseorang yang sudah sampai pada parasnya yang penghabisan, yang kini sudah lungset, berlobang-lobang, dengan lapisan yang telah tersingkap, hingga yang tampak sebenarnya yang-bukan-wajah
Hidup adalah serangkaian kebetulan, kebetulan adalah takdir yang menyamar.
Tapi memang aku sudah banyak berubah, dalam waktu.
Konsep waktu dimunculkan manusia di level pikirannya. Bukan fisik. Sel tidak mengenal konsep waktu. Ia cuma memperbaharui diri, terus menerus tanpa ada sangkut paut dengan hitungan detik. Kita (manusia) sendiri yang mengadakan konsep waktu linear dan setuju mengikutinya. Konsep waktu lahir dari keinginan fundamental manusia untuk memiliki kendali atas hidup, termasuk diri. Masa sekarang, masa depan dan sekarang hanya satu gerakan tunggal. Sekarang, lebih penting dari masa lalu dan masa depan. Karena saat ini adalah momen dimana potensi termanifestasi. Hanya sekarang, kita mampu merasakan masa lalu dan mewujudkan masa depan. Momen saat ini mampu memperbaharui diri tanpa batas, manusia bisa menjadi apa saja.
Waktu bukan Cuma bisa dipahami lewat detik jam. Memangnya apa itu detik? Apa itu hari? Sekedar istilah buat dikotomi langit terang dan langit gelap, kan? Hanya tidak ada satuan. Waktu itu sendiri, apa itu waktu? 24 jam, 365 hari, itu cuma satuan. Bagian dari sistem kalender yang bukan cuma satu di dunia. Tapi, coba kita lebih akrab dengan waktu. Waktu itu seperti karet, elastis. Waktu itu seperti air, cair. Waktu memiliki dua sifat ; pertama, mekanis seperti jam dan ; kedua, waktu yang relatif. Tapi ada sifat ketiga, waktu ilusif. Bertolak dari premis bahwa sesungguhnya waktu tidak ada.
Aku tidak pernah merasa sendirian. Aku memiliki banyak sahabat. Merekalah yang mengubahku. Rupanya aku harus melampaui mereka lebih dulu. Bukan hanya “kuat” saja, tapi semua hal dari kekuatan itu. Aku akan melakukannya, apalagi aku masih banyak kekurangan! Jadi harus terus melangkah untuk mengejarnya! Selamat tinggal diriku yang dibelakang. Aku akan maju sedikit demi sedikit dengan demikian akan bisa mengejar. Terus berlari dan menjajari para lelaki hebat ini.
Aku hanya seorang pria tua yang miskin. Berkeinginan untuk kaya, dan kekayaan yang sebenarnya adalah menerima berbagai sisi tanpa gentar. Segalanya mungkin.
Beberapa renungan lain:
- Mari Bicara Tentang Cinta; 9 Desember 2012;
- Kisah Perjuangan Tak Sampai; 13 Desember 2012;
- Sebuah Kota Beragam Cerita; 26 Februari 2013;
- 29; 1 Maret 2013;
- Sang Penyair; 1 April 2013;
- Busuk; 8 Mei 2013;
- Keguncangan Filosofis; 23 Juni 2013;
- Mencari Belerang Merah; 25 Agustus 2013;
- 1998; 24 Oktober 2013;
- Untukku; 17 November 2013;
- Nisbi; 13 Desember 2013;
- Selubung Impressi; 21 Desember 2013;
- Jaring Kamalanga; 29 Desember 2013;
- Fana; 14 Januari 2014;
- Taman Kanak-Kanak; 24 Februari 2014;
Pingback: SEBUAH KOTAK HITAM | Tengkuputeh
Pingback: SEGALA SESUATU MEMILIKI ASAL MULA | Tengkuputeh
Pingback: AKHLAK | Tengkuputeh