SEMINGGU SETELAH TSUNAMI ACEH
(KAMI YANG BERTAHAN)
Malam-malam tak bisa lelapkan jiwa
Lelah ditempa panasnya matahari membakar
Dan gelombang yang menghempas itu telah berlalu
Tinggalkan puing-puing berserakan di seluruh penjuru
Biarlah waktu yang menjawab
Perginya asa bersama tangisan kehilangan
Caruk-maruk hati dihantam badai
Siratkan luka membekas selamanya

Seminggu Setelah Tsunami kami masih mencari sahabat Nino Priyanka yang menghilang pada bencana tersebut (Foto berlatar belakang Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Ulee Lheu di Banda Aceh yang hancur akibat bencana Tsunami Aceh 2004)
Bersama orang-orang tegar bersimbah air mata
Bersama kelemahan kami mencoba menguatkan diri
Menatap hari yang akan berlalu terus berganti
Karena kami tidak lemah, kami orang-orang perkasa
Banda Aceh, Minggu, 2 Januari 2005
XXX
Puisi:
- Dalam Jubah Sufiku; 3 Agustus 2008;
- Padamu Perempuanku; 25 September 2008;
- Hikayat Sang Pengembara; 6 Oktober 2008;
- Pada Pandangan Pertama; 18 Oktober 2008;
- Puisi Tentang Gerimis; 22 Desember 2008;
- Menjadi Seseorang; 27 Januari 2009;
- Malam Ini Biarkanku Menyendiri; 20 April 2009;
- Selamat Ulang Tahun Mama; 1 Februari 2010;
- Ode Seekor Harimau; 18 Agustus 2012;
- Al-Muwasysyah; 23 Mei 2013;
- Surga; 17 Juni 2013;
- Supaya Aku, Kamu Dan Kita (Lebih) Saleh; 9 Desember 2016;
- Buah Amarah; 18 Desember 2016;
- Harap Damai; 14 September 2017;
- Diatas Puing-Puing; 6 November 2017;
Pingback: A WEEK AFTER THE ACEH TSUNAMI (2004) | Tengkuputeh
Pingback: MENGUNCI MALAM | Tengkuputeh
Pingback: PENANTIAN | Tengkuputeh
Pingback: JEJAK LANGKAH | Tengkuputeh
Pingback: HATI RESAH BERKISAH | Tengkuputeh
Pingback: KOPI PAHIT SEMALAM | Tengkuputeh