PENANTIAN
Kain jendela masih bergoyang
Dan gubuk tua ini
Seakan menjadi saksi
Waktu yang berjalan
Senja datang membara
Tapi tidak membelah
Mungkinkah malam membawa damai
Aku masih disini menanti dan terus menanti
Kabong, November 2004
Keadaan kampong Kabong sebelum tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 adalah lanskap yang tak akan berulang kembali, pohon-pohon bakau di sebelah Barat telah musnah total, pohon-pohon kelapa disamping rumah yang menjulang telah berganti baru, pohon-pohon besar di selatan dari zaman purba telah digulung air bah dasyat. Lanskap telah berganti, sesuatu yang pernah ada menghilang dalam sekejap dan tak tertengok kembali. Yang tersisa adalah kenangan.
Tak semua warisan adalah bangunan. Tidak setiap kali ada tambatan yang tulus diri kita kini dan sebuah bangunan bersejarah. Jauh atau dekat sebuah peninggalan masa lalu tak ditentukan peta bumi, bahkan tak selamanya ditentukan oleh kronologi.
Cerita terkait:
Beberapa Puisi lainnya:
- Selamat Sobat; 17 April 2017;
- Bara Api Idealisme; 27 April 2017;
- Aku Mencintaimu Dengan Sederhana; 15 Mei 2017;
- Bila Aku Pulang; 9 Juni 2019;
- Salam Kepada Malahayati; 17 Juli 2017;
- Rindu; 4 Agustus 2017;
- Yang Menggelandang; 27 Agustus 2017;
- Untuk Sebuah Senyuman; 12 September 2017;
- Harap Damai; 14 September 2017;
- Hidup; 16 September 2017;
- Bulan Dan Bintang; 29 September 2017;
- Menantikan Bayang-Bayang; 26 Oktober 2017;
- Diatas Puing-Puing; 6 November 2017;
- Renungan Malam; 19 November 2017;
- Seminggu Setelah Tsunami Aceh; 13 Desember 2017;
Pingback: MENGUNCI MALAM | Tengkuputeh
Pingback: JEJAK LANGKAH | Tengkuputeh
Pingback: HATI RESAH BERKISAH | Tengkuputeh
Pingback: KOPI PAHIT SEMALAM | Tengkuputeh
Pingback: PUISI WARUNG KOPI | Tengkuputeh
Pingback: MIMPI MIMPI PION | Tengkuputeh